Sabtu, 30 Mei 2015

BTS Jimin & VIXX Ravi Fanfiction "Fright In This Love"



Art & Storyline by                   : Yeon Veggy
Tittle                                        : Fright In This Love
Cast                                         :
-          Yoo Haeji
-          Park Jimin (BTS Main Vocal, Lead Dancer)
-          Kim Woonsik (VIXX Main Rapper, Lead Dancer)
Genre                                       : Romance sad, Ratting 21±, (Sensor), sad ending.
Length                                     : One Shoot

 
Ost                                           :
-          Autumn Breeze~하고싶은거다 (Without You)
-          Autumn Breeze~내려놓기 (One Last Memory)             
Happy Reading~

          Tampak di sebuah balkon hotel, seorang yeoja dan namja tengah terlihat begitu romantis.Sang namja memeluk tubuh yeoja-nya dari belakang dengan begitu erat. Mereka begitu menikmati angin malam di atas balkon tersebut sambil melihat pemandangan kota yang begitu indah dari atas sana.
“Hahh..chagi-ah. Jika aku jadi seorang prince. Kau akan jadi apa?” Namja itu menyandarkan dagunya pada bahu kecil yeoja itu.
Ia bernama Park Jimin.Dan yeoja yang tengah berada dalam pelukannya itu adalah Yoo Haeji. Sudah hampir setahun mereka menjalin hubungan.Jimin dan Haeji sama-sama dari kalangan sederhana. Meskipun begitu, mereka saling mencintai satu sama lain dan tidak memandang dari sisi kehidupan.
“Na?? Aku akan jadi princess Aurora. Karnaia begitu cantik, aku menyukai dongengnya yang bercerita ia tertidur selamanya karna terkena kutukan. Dan akan bangun dari tidur matinya itu ketika ada seorang pangeran yang memberikannya ciuman hangat. Jeongmal..aku merasa sedih dengan cerita itu”Haeji mempoutkan bibirnya.
“Aah geurae..cerita itu sedih tetapi sangat romantis. Aku pernah menyaksikan versi kartoonnya, dan bagian ciumannya lah yang ku tunggu-tunggu sejak awal. Ehehe..”Jimin tertawa malu mengatakan itu.
“Aish..dasar yadong!” Haeji memukul pelan kepala Jimin.
“Wae?yadong itu menyenangkan” seloroh namja itu lalu mengeratkan lilitan tangannya di perut Haeji.
“Yah..terserah kau saja Jimin oppa. Asal jangan sampai aku mendapatimu menyaksikan film yadong. Jika itu terjadi, aku akan menghajarmu oppaa…!” Haeji mencubit lengan Jimin dengan kuat.
“Aaaaa appayoo… ne.. yaksokhae.. aku tidak akan menonton film yadong lagi. Hehee..”Jimin meletakkan jari V di sudut mata kanannya, ber-aegyeo pada yeoja itu.
“Hm… anak pintar…” Haeji mengelus-ngelus rambut ke coklatan Jimin.
          Saat ini Haeji tengah membereskan piring, mangkuk, dan beberapa gelas di meja-meja sebuah restoran. Ia sudah mengambil kerja ketika sekolah sudah jarang belajar lantasan angkatan kelas 12 sudah melaksanakan ujian nasional, jadi ia tinggal menunggu hasil dari ujian tersebut dan segera memasuki kampus yang telah ia pilih.
~Handphone Haeji berdering~
          Ia tersenyum senang ketika melihat nama pemanggil di layar tabletnya tersebut adalah Jimin oppa.
“Yeobosoyo oppa?.Ne jhamkemmaneyo, ini tinggal yang terakhir.Ne aku segera menyelesaikannya.Ne..aku akan menghubungimu nanti. Ne nado saranghae Jimin oppa…” Haeji segera menutup telponya dan di bibirnya masih menyisakan sebuah senyuman.
          Ia kembali berlanjut mengepel salah satu meja di ruangan besar restoran tersebut.
“Annyeonghaseo” sapa seorang namja dengan suara besarnya.
          Seketika wajah ceria Haeji berubah drastis menjadi tatapan benci pada namja tersebut.Namja itu bernama Kim Woonsik, anak dari salah satu pemilik saham di Busan. Dan kebetulan, kedua orang tua Dongyoo mempunyai hutang sekitar 90.000.000,- Won dengan Apaa Woonsik yang bernama Kim Sanggi.
Jadi Woonsik mengenal Haeji dari berita Appa-nya.Ia mencoba mendekati yeoja itu, tapi seperti yang sudah di ketahui, Haeji tidak ingin di dekati dengan namja lain karna ia juga sudah milik Jimin. Haeji terus menjauh dan selalu bersikap sinis pada Woonsik.Tetapi namja itu tetap mencoba mendekatinya tanpa sepengetahuan kekasih dari yeoja itu.
“Restoran ini sudah tutup” ujar Haeji tetap melanjutkan pekerjaanya.
“Geuraeyo?? Lalu kenapa tulisan di depan itu masih Open eoh?.Setidaknya kau membuatkan minuman gratis untukku” sebaliknya Woonsik malah mengambil salah satu kursi di salah satu meja dan segera duduk dengan nyaman.Wajah spooky namja itu selalu membuat Haeji semakin muak untuk menatapnya.
          Haeji terlihat berjalan ke belakang. Entah apa yang di lakukan yeoja itu, Woonsik tetap antusias menunggunya.
~3 menit kemudian~      
                    Haeji kembali dan ia malah terlihat mengenakan pakaian umum, seperti switter coklat dan dress pendek yang berwarna pink pudar, ia juga mengenakan stoking hitam yang bisa melindungi kakinya dari dingin malam ini.
“Yak!Kau ingin pulang??Seenaknya kau meninggalkan pelanggan di sini eoh?Apa kau ingin di pecat?” ujar Woonsik terdengar seperti tidak terima.
“Panggil saja pelayan lain, aku ingin pulang” jawab Haeji sembari berjalan menuju pintu exit.
          Woonsik beranjak dari tempatnya ingin mengejar Haeji, tetapi yeoja itu begitu cepat berlalu.Ia mendecak kecil dengan wajah bengisnya. Tangan kanannya mengepal kuat.
“Awas saja kau” gumamnya pelan, terdengar seperti menyimpan sesuatu dari perkataan tersebut.
~~
Jimin POV
          Saat ini aku tengah berjalan menuju restoran Pico di mana tempat itu adalah tempat kekasihku Haeji bekerja paruh waktu di sana. Aku benar-benar merindukannya, jam bersama kami terhalang oleh jam kuliahku dan dirinya yang tengah mencoba mencukupi kebutuhannya.
“Ano basho de, kimi to mata (di tempat itu, denganmu lagi)
 Ano basho de, aerunaraba.. (di tempat itu, jika kita dapat bertemu)
 Ano basho de, matterukara (di tempat itu, aku akan menunggu)
 Kite hoshinda Girl.. (aku ingin kau datang girl)
 Oh baby I...” (oh sayang ku..)
          Sambil berjalan santai, mulutku secara respek menyanyikan lagu yang berjudul I Like It pt.2 milik BTS, Boyband yang tengah naik daun di Seoul sekarang. Sebenarnya aku bukan fanboy mereka, tetapi karna kerap melihat mereka tampil comeback di chanel KBS. Salah satu lirik mereka selalu teringiang di pikiranku, yaah aku akui lagu-lagu mereka jeongmal daebak..!.
“Hei kenapa aku jadi memikirkan mereka? Aish..” aku menggaruk-garuk kepala ku bingung dengan sendiri.
          Aku sedikit melongo ketika sorot mataku seperti mendapat bayangan yeoja yang sangat aku kenali di ujung sana. Ia juga berjalan ke arahku, ini sudah malam dan cuaca sedikit berkabut.Sebaiknya aku menghubungi Haeji.
“Yeobosoyo?. Chagi-ah apa benar itu kau? Ne..coba lihat ke depan dan lambaikan tanganmu. Aaaaah ternyata memang kau Yoo Haeji… let’s come to me baby…” aku berteriak senang padanya.
          Ku langkahkan kaki ku cepat lalu mulai berlari kecil menemuinya, dan ia juga terlihat tengah berlari kecil ke arahku. Aah jeongmal, rasanya seperti sudah 2 tahun tidak bertemu dengannya sejak pukul 8 kemarin malam aku ke rumahnya.
“Jimin oppa..” ia tersenyum manis padaku tatkala ketika kami mulai berdekatan.
          Aku langsung memeluk tubuhnya dan menciumkepalanya dengan hangat.
“Kau sudah makan chagi-ah?” aku memegangi wajahnya dan menatapnya lekat.
“Aniy, aku ingin makan bersama mu oppa” ia tertawa kecil.
“Aah kajja kalau begitu, kita beli ramyeon instan” aku mengucak rambutnya pelan.
“Ne kajja..hawa dingin seperti ini pasti sangat nikmat jika menyantap ramyeon”
“Tentu saja^^” aku merangkul tubuhnya dan kami mulai berjalan bersama.
Jimin POV end
~~
          Sepulang dari berjalan-jalan, Haeji dan Jimin segera pulang.Jimin menghantarkan yeojachingu kesayangannya itu hingga tiba di kediamannya yang terletak di salah satu gang kecil.
“Apa tidak ingin mampir dahulu eoh?” Eomma Haeji tampak heran melihat Jimin yang hanya bertamu di depan saja.
“Aniy Eommonim, hari sudah malam. Eomma Appa pasti khawatir karna sejak tadi aku belum  pulang, hehe..” Jimin tertawa kecil.
          Eomma Haeji begitu senang karna melihat anaknya berkembang dengan baik bersama namja yang telah menjaganya selama hampir setahun ini.Beliau juga tidak keberatan jika Haeji membawa Jimin untuk menginap di rumahnya terkadang. Tetapi..ini karna tanpa sepengetahuan Appa Haeji. Jika ia tahu, mungkin ia akan marah dan menghajar Jimin. Appa Haeji memang tidak ingin jika anak semata wayangnya itu bergaul terlalu bebas, jadi sampai saat ini sebetulnya namja paruh baya itu tidak terlalu suka dengan hubungan Haeji dan Jimin. Hanya saja ia masih menjaga image. Jimin berani menginap di rumah Haeji ketika Appa yeoja itu tidak pulang, Appa-nya memang bekerja di kota lain. Jadi di rumah, Haeji hanya bersama dengan Eomma-nya.Kedua orang tua dari Jimin pun turut senang anak laki-laki pertamanya itu menjalin hubungan dengan Haeji.Mereka tidak terlalu mengekang Jimin.
“Aish..ya sudah. Berhati-hatilah di jalan” Eomma Haeji mengingatkan.
“Ne algaesseoyo eommonim” Jimin membungkukkan tubuhnya pada wanita itu.
          Eomma Haeji segera masuk terlebih dahulu ke rumah.Meninggalkan Haeji bersama Jimin di luar.
“Palli oppa, cuaca semakin dingin dan berkabut.Nanti kau sakit” celoteh Haeji sambil mengeratkan mantel coklat Jimin.
“Arro..jika aku sakit, maka kau-lah obatnya chagi-ah” Jimin tersenyum nakal pada Haeji.
“Mwo?Apa itu?”Haeji mengerutkan alisnya bingung.
“Ah kau tidak perlu tahu, hahaha..baiklah, oppa pulang. Annyeong….” Pamit Jimin mulai berjalan sembari melambai kecil.
“Annyeong..” tak kalah Haeji pun membalas lambaiannya.
          Baru saja Jimin berjalan 4 langkah, tiba-tiba saja ia berhenti. Ia berbalik pada Haeji dengan reaksi heran, berpura-pura mencoba mengingat sesuatu.
“Sepertinya aku melupakan sesuatu..”kata namja itu berakting.
          Haeji yang melihatnya pun turut bingung dan ia hanya membiarkan Jimin mencoba berpikir jelas.
          Jimin beralih menatap Haeji, lalu ia berjalan mendekatinya lagi. Memegangi wajah yeoja itu dan secara spontan..
Chup~
          Jimin mengecup dalam bibir Haeji tanpa di sadari yeoja itu.Ia menjauhkan kepalanya dari hadapan wajah Haeji setelah berhasil melakukannya. Dan Haeji tampak terlihat salah tingkah di buatnya.
“Aah Jimin oppa…!” Haeji tertawa malu pada namja itu.
“Hm… jaljayo Haeji-ah..have a nice dream.. and take me in your dream..don’t forget it” kata-kata romantis itu kerap Jimin katakan ketika ia akan pulang dari kediaman Haeji dan menjelang tidur.
“Tentu saja Jimin oppa, kau akan selalu ada di pikiranku^^”
“Annyeong..saranghae Yoo Haeji” pamit Jimin kembali dengan di barengi senyum manisnya yang selalu membuat kedua matanya hampir hilang.
“Anyeong..nado saranghe Jimin oppa” balas Haeji begitu senang.
          Namja itu meninggalkan Haeji untuk beberapa jam kedepan. Ia tetap memandangi Jimin dari depan rumahnya hingga namja itu menghilang di tengah-tengah kegelapan di sana.
Padahal di benaknya, Haeji selalu ingin terus bersama Jimin, bisa berada di sisinya dan mendekapnya kapan pun ia ingin. Entah apa yang membuatnya begitu mencintai namja tersebut.
Haeji POV
Aku tidak perduli dengan keadaan hidup Jimin oppa, aku tidak perduli semiskin apapun ia di depan kedua orang tuaku. Yang ku inginkan adalah cinta tulus darinya, aku mencintai Jimin oppa apa adanya. Meskipun Appa melarangku untuk menikah dengannya, masa bodoh. Aku akan melakukan apa yang telah ku rencanakan, yang punya masa depan adalah aku. Jadi aku yang berhak menentukan.
          Tuhan, terima kasih banyak kau telah mempertemukan namja itu padaku. Aku sangat mencintainya, ia begitu sederhana, ramah, dan tidak pelit senyuman dengan setiap orang yang ia jumpai. Senyuman itulah yang membuat ku luluh padanya, menciptakan rasa cinta di hati ini.
          Jimin oppa, jeongmal jeongmal saranghae. Aku tidak perduli jika bahaya mengancam  hubungan kita. Aku akan tetap mencintaimu, sekalipun ajal menjemputku. Aku akan setia menunggumu di surga.Aku juga yakin kau tak kalah menyayangiku, Park Jimin saranghamnida.
Haeji POV end
          Di tengah kesunyian malam yang dingin itu, Haeji duduk di tangga tepat di depan rumahnya. Ia melamun menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Dan betapa tidak sadarnya, jika air matanya terjatuh begitu saja melewati pipi mulusnya.Ia semakin menekuk tubuhnya menahan hawa dingin yang mencekam saat ini.
          Selang beberapa menit, sebuah cahaya mobil dari kejauhan tampak masuk melalui celah pagar rumahnya.Ia sadar jika orang yang berada di mobil tersebut akan berkunjung ke kediamannya, dan ia tahu betul siapa orang di dalam mobil yang kerap mengunjungi rumahnya tersebut.
          Haeji berdiri dari tempatnya saat seorang namja paruh baya keluar dari dalam mobil mewah itu dengan mengenakan jas hitam, di temani dua bodyguardnya.Namja itu adalah Kim Sanggi, ayah Woonsik.
“Annyeonghaseo”
“Annyeonghaseo” Haeji membungkukkan separuh tubuhnya.
          Haeji sadar mengapa Sanggi datang ke rumahnya saat ini.Namja itu meminta tagihan hutang yang sudah di lakukan oleh Appa Haeji terhadapnya.
“Mianhamnida, tetapi Eomma sudah tidur.Sebaiknya besok saja anda ke sini” ujar Haeji dengan menundukkan pandangannya.
“Mwo?Memangnya aku perduli eoh?Aku hanya ingin uang itu di kembalikan secepatnya” balas Sanggi sengit sembari menunjuk-nunjuk tepat ke wajah Haeji.
“Arrayo, kami akan membayarnya tuan. Appa belum pulang selama hampir dua bulan ini, jadi tolong beri kami waktu lagi.Aku juga sekarang berusaha keras untuk mencukupinya. Jeongmal mianhamnida..”Haeji membungkukkan tubuhnya lagi dengan rasa sangat bersalah.
“Eoh, jadi kau sudah bekerja? Hahh! Baguslah kalau begitu.Kau lebih berguna dari kedua orang tuamu yang tidak jelas itu” ejek namja itu dengan sinis.
“Mianhae, kau boleh mencemoohku, tapi jangan mereka.Mereka kedua orang tuaku, biar bagaimanapun aku menyayangi mereka. Aku tahu Eomma tidak bekerja, ia sudah terlalu tua untuk melakukan itu. Jadi jangan salahkan mereka” seketika wajah Haeji berubah murka.
“Ahahahahahaha…. Arraseo arraseo!. Tapi ingat! Cepat lunasi hutang-hutang ini padaku, jika tidak..kalian akan merasakan akibatnya. Cuih!” Sanggi meludah ke sembarang tempat di depanmata Haeji.
          Ia berlalu begitu saja setelah berhasil membuat hati Haeji begitu sakit layaknya daging yang di sayat dengan silet. Lagi-lagi air matanya tidak bisa ia tahan, karna amarahnya ingin meledak sekarang.
          Sepulang kerja Haeji langsung pergi.Ia mendapat pesan dari namjachingu-nya jika namja itu sekarang juga tengah berjalan ingin menemuinya. Jadi mereka akan saling bertemu satu sama lain seperti kemarin malam.
“Ne annyeong Jimin oppa..nado saranghae..” Haeji menutup telponnya lalu mempercepat langkahnya.Ia tidak sabar ingin berjumpa dengan kekasihnya Jimin.
Haeji POV
          Ahh jinja..kata Jimin oppa ia akan mengajakku ke tepi pantai. Tapi..bukankah malam-malam seperti ini cuaca laut begitu dingin??. Hm aku tidak perduli, yang penting Jimin oppa selalu berada di sampingku. Mungkin ia akan memelukku, hehe..
          Apa aku terlihat seperti orang gila karna tersenyum sendiri sejak tadi?. Ah mollaseo..
TIIIIIIIN~
          Suara klakson mobil dari kejauhan sedikit membuatku kaget. Mobil itu mendarat tepat di sampingku, hm..Woonsik lagi. Mengapa ia terus mengejarku eoh? Apa ia suka jika aku selalu membentakknya?.
          Aku tetap melanjutkan jalanku. Untuk apa menungguinya, ia bukan siapa-siapa untuk ku. Sebaliknya ia lah pengganggu dalam  hidupku sekarang.
“Yak Haeji-ah..!!” teriaknya. Aku tahu ia berusaha mengejarku, aku tidak ingin menatapnya sama sekali.
“Yaak apa kau tidak punya telinga eoh?” ia berlari dan berhasil mendapatkanku.
          Tangannya menggenggam erat lengan kananku.Aku menatapnya dengan benci.Sudah keberapa kalinya Woonsik mendapatkan ku seperti ini.
“Lepaskan, ada pekerjaan yang masih menungguku” bohongku padanya agar ia bisa melepaskan tanganku.
“Mwo? Kau masih ingin bekerja ketika malam seperti ini??.Aaa arrayo, kau ingin ke bar eoh? Dan memberikan tubuhmu pada para namja begitu?”
PLAK!!
         Spontan tangan kiriku menampar pipinya dengan keras ketika ia melontarkan kata-kata gila itu. Dasar namja yang tidak punya moral!.Ia memegangi wajahnya, dan tatapannya semakin menatapku dengan tajam.
“Lepaskaaan Woonsik-ah!Kau benar-benar jahat” aku berusaha melepaskan genggamannya dengan sekuat tenaga.
“Ikut aku sekarang” sebaliknya ia malah menarikku menuju mobilnya.
“Shireo!!! Lepaskan..yak!!” elakku padanya.
         Tetapi seperti apa aku melawan, tetap tidak bisa. Ia begitu besar dan tentunya karna ia seorang namja. Apa yang ingin ia lakukan eoh? Menculikku??. Aah tolonglah siapa saja yang berada di sekitar tempat ini, entah kenapa saat ini hanya kami berdua yang mengisi kesepian di jalan ini.
“Palliwaaa…!” teriaknya geram dengan tetap menyeretku.
“Aniyaa..”
“HAEJI-AH..!!”
         Tiba-tiba saja dari kejauhan beberapa meter di sana, aku mendengar suara Jimin oppa yang memanggilku. Oppa palii.., sebelum namja ini membawaku pergi.
Haeji POV end
        Jimin berlari sekencang mungkin melihat Haeji yang tengah di tarik-tarik oleh namja lain. Tiba-tiba saja sorot matanya tidak sengaja melihat pepatahan ranting pohon yang lumayan besar di tepi jalan raya tersebut.Ia langsung mengambilnya dan berlanjut mendatangi Haeji.
“Lepaskan aku paboya…”
BUG~
“Aakkhh…”
         Woonsik seketika tersungkur di aspal saat Jimin melayangkan patahan ranting itu ke kepala Woonsik dengan kuat.Namja itu terlihat meringis kesakitan sambil memegangi pucuk kepalanya yang begitu sakit, tetapi tidak sampai mengluarkan darah.
         Jimin membuang kayu tersebut dan langsung menarik tangan Haeji untuk secepatnya pergi dari tempat itu.Kesempatan sebelum Woonsik bangun dan mengendarai mobilnya.
~~
“B bagaimana itu bisa terjadi nak?” tanya Eomma Jimin pada Haeji.
         Wanita itu tampak khawatir dengan Haeji setelah mendengar cerita dari Jimin. Adik laki-laki Jimin yang berumur 5 tahun duduk di samping Eomma pun, ia terlihat biasa saja karna belum terlalu mengerti. Tetapi karna melihat ekspresi Haeji yang masih tampak trauma, namja imut itu seperti sedikit ingin tahu.
“Noona gwaenchana…?” tanyanya terlihat begitu lucu.Ia bernama Park Dongmin.
“Gwaenchana Dongmin-ssi..^^” Haeji tersenyum manis pada Dongmin.
“Tidurlah Dongmin-ah, ini sudah larut.Kajja temui Appa di kamar” suruh Jimin lalu menggendong Dongmin dan menurunkan anak itu dari sofa.
“Jeongmal… nappeun hyung..!” bentak Dongmin lalu ia memeletkan lidahnya.
“Aish jinja..”Jimin mendecak kecil melihat adiknya yang mulai pergi itu.
“Jiminie, kau tidak apa-apakan?” tanya Eomma kembali pada Jimin.
“Aniya, aku senang bisa memukul namja itu.Seenaknya saja ingin menculik yeojachingu-ku” ujar Jimin dengan wajah sedikit kesal.
“Oppa jebal, jangan lakukan itu lagi.Aku takut terjadi apa-apa padamu” Haeji tampak takut.Ia takut Woonsik akan balas dendam terhadap kekasihnya itu.
“Aku tidak takut, jika aku melihatnya lagi ingin membawamu.Mungkin aku akan membunuhnya” tambahnya seperti menyimpan dendam yang mendalam.
“Aigoo jangan sampai itu terjadi Jimin-ah, kau akan berhadapan dengan hukum jika melakukannya” mohon Eomma-nya.
“Ne andwae oppa..apa kau ingin berpisah dariku eoh?” Haeji menatapnya cemberut.
“A aniya..bukan begitu maksudku”
         Jimin segera memeluk tubuh Haeji dengan hangat.Tangannya membelai rambut terurai yeoja itu dengan penuh kasih sayang.
~~
         Haeji tidak ingin pulang ke rumahnya.Ia ingin tetap berada di kediaman Jimin.
“Cha, kau tidurlah di sini. Aku akan tidur di sana..”Jimin menunjuk ke sofa yang terletak di dekat jendela kamarnya.
         Haeji mengangguk kecil dengan senyuman di bibirnya.Tetapi ketika Jimin ingin melangkah, tangannya dengan respek menahan tangan namja itu.
“Waeyo?”Jimin duduk kembali ke tepi kasur tersebut.
“Apa kau ingin makan?” tanyanya memandangi mata Haeji.
“Aniya..aku kenyang oppa” jawab Haeji yang juga menatap jeli pada kedua mata bening Jimin.
         Jimin tersenyum mendengarnya.Kedua tangannya memegangi wajah lonjong yeoja itu.
“Haeji-ah, jeongmal saranghae. Aku tahu sudah berapa kali aku mengatakan ini, keundae nae jinja sarangae..aku terobsesi padamu” tuturnya tulus. Membuat kedua mata Haeji berkaca-kaca mendengarnya.
“Nado, nado Jimin oppa..aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Aku tetap ingin bersamamu selamanya..yaksokhae..” Haeji membuat janji itu dengan mantap.
Chup~
         Seketika jawaban dari Haeji membuat Jimin terharu dan ia langsung mengecup bibir yeoja itu dalam. Tidak ingin mengakhirinya hanya dengan sebuah kecupan, Jimin pun membuka bibirnya.Melumat kecil bibir Haeji dengan perlahan.
         Kedua tangan Haeji berpindah ke leher Jimin.Ia juga mencoba membalas ciuman hangat dari bibir Jimin. Lalu membiarkan Jimin memasukan lidahnya. Mereka mulai bermain lidah satu sama lain.
         Hari ini Jimin sedang berjalan-jalan dengan sahabat dekatnya sekaligus teman satu angkatan di kampus yang bernama Kim Namjoon. Mereka berjalan ke sebuah Mall besar di kota Busan tersebut.
“Aah aku bingung ingin memberikan hadiah apa untuk Ah-jeong” Namjoon menggaruk-garuk kepalanya bingung sambil menatapi kiri kanannya yang menyimpan berbagai barang dan peralatan bagus.
“Nado hyungnim..di sini terlalu mewah” Jimin juga menengok-nengok dengan wajah bingungya.
         Beberapa menit kemudian, Namjoon dan Jimin sudah terlalu jauh berkeliling di Mall tersebut. Dan akhirnya Jimin menemukan sesuatu yang ia anggap benda itu sangat cocok di berikan pada kekasihnya, Haeji.Ia menjumpai toko cincin.
“Aah kau ingin membeli ini?” tegur Namjoon melihat Jimin yang tengah menatapi jejeran cincin mewah di dalam kaca.
“Aku ingin melihat-lihat dulu” sahut namja itu tampak bimbang.
~2 menit kemudian~
“Noonim..yang ini berapa?” Jimin menunjuk salah satu cincin putih yang berada di tengah-tengah jejeran cincin lainnya.
“Ah, itu model prancis. Harganya 50.000.000,- Won” jelas yeoja yang menjaga toko itu.
         Spontan Namjoon membelalakkan kedua matanya mendengar perkataan yeoja itu.Ia meneguk liurnya dengan susah payah.
“Apa kau gila?” bisik Namjoon.
“Itu pilihanku, aku akan berusaha keras untuk mendapatkannya” Jimin mengangguk pasti.
~~
         Di tempat kerjanya, Haeji terlihat duduk di ruang belakang sambil berbicara dengan seseorang lewat tabletnya.
“Ah geuraeyo..? jadi kau tidak bisa menjemputku?. Hm..baiklah… Ne arrayo..gwaenchanna.. mwo jinjayoo?? Setelah itu oppa langsung ke rumah ku?? Yeeei… oke..annyeong.. nado saranghae Jimin oppa..” wajah Haeji begitu senang mendengar Jimin nanti akan berkunjung ke rumahnya.
         Untuk malam ini Jimin tidak bisa menjemput Haeji.Ia mengatakan pada yeojachingunya itu bahwa ada sesuatu yang harus ia selesaikan. Entah apakah itu, ia tidak ingin memberitahukannya pada Haeji.
“Aah aku tidak sabar ingin cepat pulang..” gumam Haeji sambil tersenyum  tidak jelas.
~~
“Yee haengbokhaja..haengbokhaja..”
         Akhirnya Haeji telah tiba di rumah. Cepat-cepat ia membereskan rumahnya begitu pula kamarnya. Entah kenapa ia begitu senang mendengar Jimin ingin berkunjung ke kediamannya  nanti.
BUG!!
“Omona!”
         Haeji begitu kaget melihat pintu rumahnya yang terbuka secara tiba-tiba dengan kuat karna tendangan dari seseorang di luar sana.Kedua matanya membulat ketika melihat Sanggi yang datang lagi ke rumahnya, di sertai dua bodyguardnya yang tidak pernah luput dari sampingnya.
         Kedua kaki Haeji mulai terasa lemas, seakan tidak bisa menopangnya dengan baik.Ia tahu namja itu begitu marah sekarang, sementara uang yang ia kumpulkan belum seberapa untuk memenuhi hutang itu.
“Mana uang itu..” tanya Sanggi dengan nada pelan, tetapi tatap matanya begitu mengerikan.
“M mianhae tuan..tapi aku belum dapat memenuhinya” Haeji menggenggam kedua tangannya dengan sangat takut.
         Tidak mudah untuk mendapatkan uang sebanyak hutang tersebut. Sementara Haeji mendapatkan uang kerja setiap sebulan sekali sebanyak 3000.000,- Won, sementara hutang tersebut berjumlah 90.000.000,- Won. Sungguh sangat jauh untuk di gapai, ini semua karna perbuatan Appa-nya yang lari dari tanggung jawab.Appa-nya sengaja tidak pulang karna takut dengan hutang itu.Membuat istri dan anak satu-satunya itu terancam bahaya.
“Mwo??!!Jadi kau belum mendapatkannya eoh???!!” bentaknya dengan nyaring.
“Aigoo… ada apa ini..o ooh, t tuan Sanggi..” mulanya Eomma Haeji yang tampak gusar mendengar keributan di rumahnya, seketika ia terdiam melihat Sanggi berdiri di ruang tamunya.
“Yak wanita tua! Aku tidak mau tahu! Bagaimana caranya kalian harus melunasi ini.Sejak 3 tahun ini aku sudah berbaik hati pada kalian, bersabar lalu meminta secara lemah lembut.Tapi kalian mengabaikan itu, DI MANA YOO CHULSOOK EOH??Mengapa namja itu seenaknya lari dari tanggung jawab. Aku benar-benar tidak mau tahu! Lunasi sekarang juga!!!”
“Tolonglah..beri kami waktu lagi tuan Sanggi.. kami berjanji akan membayarnya.. jeongmal..” tanpa sepengetahuan Haeji, Eomma-nya tiba-tiba bersujud di hadapan namja itu.
“Eomma waegeurae..”Haeji segera menarik Eomma-nya untuk berdiri.
“Tuan ku mohon..kami benar-benar tidak bisa memenuhinya saat ini. Tapi aku berjanji, aku berjanji akan melunasinya dengan jerit payahku tuan..jebal..” setetes air menetes di sudut mata Haeji. Tidak kuasa dengan cobaan sekarang yang ia hadang bersama keluarganya.
“Hm, semalam aku sudah memberi peluang.Dan sekarang kau masih belum menepatinya, ini saatnya kau harus merasakan akibatnya.Yak, bawa dia!!” suruh Sanggi kepada dua bodyguard-nya yang bertubuh besar.
         Sontak Haeji dan Eomma begitu terkejut mendengarnya.Eomma langsung memeluk tubuh Haeji dengan erat melihat dua bodyguard itu mulai mendekat.
“Andwae..jangan anakku..!” sergah Eomma-nya dan wanita itu mulai menangis.
“Eomma eottokhae…”Haeji mencekram baju Eomma-nya kuat.
“PALLI!!”
         Salah satu bodyguard itu menarik tangan Haeji dengan kasar, dan yang satunya menjauhkan Eomma Haeji lalu mendorong wanita itu hingga tersungkur ke lantai dengan keras.Mereka mulai menggeret anak kesayangannya itu.Dan Sanggi sudah masuk terlebih dahulu ke dalam mobilnya.
“Eommaaaa….” Haeji meronta-ronta sambil menangis. Tetapi ia sudah tidak bisa lari kemana-mana.
“Yoo Haeji….!!!!”Teriak Eomma-nya tidak kuasa melihat Haeji sudah di bawa masuk ke dalam mobil dengan bodyguard Sanggi.
~~
BUG!
         Dua bodyguard tersebut menutup pintu ruangan itu dengan keras ketika berhasil memasukan Haeji ke sebuah kamar di salah satu apartemen. Yeoja itu masih menangis dengan wajah tertunduk, ketika ia mengangkat wajahnya.
“Kim Woonsik” ucapnya pelan dan matanya menajam melihat namja itu berdiri di depannya.
“Annyeong Yoo Haeji. Berbahagialah sekarang, karna semua hutang-hutang milik Appa mu akan terlunasi tanpa kau harus bekerja keras dan menunggu lama. Kemarilah..” Woonsik melangkah mendekati Haeji yang menatapnya dengan benci.
“Kau mau apa! jangan macam-macam denganku Woonsik-ah..” Haeji memundurkan langkahnya seiring dengan Woonsik yang semakin dekat.
“Layani aku malam ini, tubuhmu lah pengganti hutang itu, hm!” namja itu tersenyum simpul.
“Shireo..!!!” teriak Haeji geram.
         Woonsik tidak menanggapi perkataan Haeji lagi. Masa bodoh jika yeoja itu ingin mengelak darinya, ia akan tetap melakukan apa yang ia ingin malam ini. Woonsik telah bersekongkol dengan Appa-nya tentang ini, tetapi ini adalah permintaan Woonsik, dan bodohnya lagi Appa-nya sangat setuju dengan akal licik anaknya tersebut.
         Dengan gerakan cepat, Woonsik langsung menggendong tubuh Haeji. Lalu membaringkannya ke kasur putih di kamar tersebut. Ia mulai melepas pakaian Haeji.
“Andwaee..!!” teriak Haeji berusaha mengelak.
         Hingga akhirnya tubuhnya tidak mengenakan pakaian sama sekali, Woonsik mulai menjelajahi tubuh Haeji dengan kasar. Haeji yang sejak tadi memberontak, akhirnya ia hanya pasrah sambil menangis kecil.
        Bosan mendengar tangisan yeoja itu, Woonsik melumat bibirnya. Mengulumnya hingga habis, memasukkan lidahnya dengan bebas ke dalam  mulut Haeji. Hingga Haeji kesulitan mengambil nafas akibat desakan Woonsik.
“Hmmpp…” desah Haeji terdengar kecil saat jari-jari Woonsik memainkan daerah sensitivnya dengan kasar. Lalu namja itu memasukkan telunjuknya ke lubang ke perawanan Haeji. Menusuk-nusuknya dengan gerakan cepat.
“Aakkhh..!! Haeji tidak kuasa merasakan bagian tubuh bawahnya di sentuh oleh Woonsik dengan kasar. Tangannya mencekram baju namja itu dengan kuat.
“Tubuhmu sungguh indah chagi..”  bisik Woonsik di sela-sela menciumi leher Haeji.
         Woonsik terus menyerangnya. Tidak ada yang terlewatkan dari tubuh yeoja itu. Haeji hanya bisa menjerit dan menangis di kamar apartemen tersebut. Pasrah adalah pilihannya saat ini di tangan Woonsik.
Haeji POV
Jimin oppa.. tolong aku.. aku sungguh membutuhkanmu sekarang. Aku tersiksa di tempat ini, apa yang ku lakukan padamu tentang hal ini. Apa aku harus berbohong atau memberitahu mu yang sebenarnya. Tapi aku sungguh tidak terima dengan kelakuan Woonsik yang melakukan ini padaku. Mengapa berani-beraninya ia menyentuhku sebelum kau Jimin oppa..!!!
Haeji POV end
~~
         Jimin terus berjalan mencari pekerjaan sampingan.Entah pekerjaan macam apa yang ia dapatkan, selagi tidak negative untuknya, sesulit apapun pekerjaan tersebut ia akan melakukannya. Namja itu benar-benar ingin mendapatkan cincin yang ia lihat saat di Mall siang tadi. Tentu saja cincin itu akan ia hadiahkan kepada yeojachingu-nya, Yoo Haeji. Apapun kendalanya, ia yakin akan mendapatkan cincin tersebut.Ia sungguh yakin.
“Tunggu aku chagi-ah..” ucap Jimin dengan senyum manisnya.
~~
         Di udara malam yang begitu dingin itu, Haeji berjalan terluntang lantung dengan tataan pakaian yang berantakan dan rambutnya yang tergerai berantakan.Air matanya terus mengalir, membuat kedua matanya membengkak.
“Haeji-ah..!!” tiba-tiba saja suara yang sangat ia kenal memanggilnya sekarang.
         Haeji pun berbalik dan mendapati Jimin yang tengah menatapnya dengan tatapan khawatir dari jarak 5 meter di belakangnya.Yeoja itu juga tampak khawatir melihat keadaan Jimin yang sedikit terlihat kusut.
“J jimin oppa..hiks,hiks..” Haeji semakin tidak kuasa menahan tangisannya.
         Jimin langsung berlari menemui Haeji.Di tatapnya wajah tersakiti yeoja itu dengan tatapan takut.
“A apa yang terjadi padamu eoh? Waegeurae??” tanya namja itu sambil memegangi wajah Haeji.
         Haeji malah semakin menangis, ia bingung ingin menjawab apa. Trauma yang ia alami masih melekat erat di dirinya. Melihatnya yang seperti itu Jimin pun langsung memeluknya erat.
“Kau kenapa Haeji-ah?? Beritahu aku sekarang, jangan membuatku bingung seperti ini” tanya Jimin sambil mengelus rambut Haeji.
“Jebal..bawa aku pulang sekarang oppa..” kata Haeji di tengah isakannya.
“Ne ne.. kajja..” Jimin segera meggandeng tubuh Haeji.
~~
         Jimin membawa Haeji ke kediamannya, tepatnya di kamar.Ia berusaha menenangkan Haeji yang sejak tadi tidak berhenti menangis. Karna ia sudah tidak sabar ingin memberikan cincin yang sudah ia dapatkan dari hasil jerit payahnya.
         Di raihnya kotak kecil cincin itu dari dalam kantong mantelnya, lalu tanpa sepengetahuan Haeji, cincin itu sudah berada di genggaman Jimin.Ia sungguh tidak sabar ingin menunjukkannya pada yeojachingu-nya itu. Haeji sibuk menyembunyikan wajahnya sejak tadi, jadi apa salahnya Jimin ingin menghiburnya dengan memberikan cincin itu.
“Aku sudah tidak perawan, Jimin oppa”
DEG!
         Cincin yang Jimin genggam seketika terjatuh begitu saja dari genggamannya.Kedua matanya terblelalak tidak percaya mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Haeji.Bukan main hatinya sangat sakit, mempengaruhi air matanya untuk keluar.
“S siapa yang melakukannya, Haeji-ah” tanya Jimin dengan amarah yang mulai mencuat. Tangannya gemetar, seakan ingin menghajar habis-habisan siapa namja yang telah menodai kekasihnya tersebut.
“Kim Woonsik, oppa” sahut Haeji begitu pelan.”
“Namja itu benar-benar sialan..”Jimin tidak dapat menahan kemarahannya.
         Haeji beranjak dari sofa yang tersedia di kamar tersebut, ia melucuti pakaiannya satu persatu hingga tubuhnya polos tanpa penutup lagi. Jimin yang menatapnya hanya menampakkan reaksi dinginnya.
“Lakukan padaku sekaran Jimin oppa, hilangkan jejak namja itu di tubuhku. Aku siap menerima perlakukan apapun darimu, hiks, hiks..”Haeji berjalan mendekat pada Jimin.
“Algaesseoyo, kalau itu mau mu”
Jimin langsung menciuminya dengan membabi buta. Menahan tengkuk Haeji  agar tak terlepas. Tangan Haeji meremas kuat kemeja yang Jimin kenakan.Tubuh mereka menempel ketat.
          Seminggu kemudian.Jimin dan Haeji tengah menikmati kencan mereka di sebuah café.Tepat saat itu, para pengunjung sedang sepi.Jadi hanya mereka berdua yang mengisi kesunyian di café itu di temani dengan music yang di putar dengan lembut.
          Malam ini, Jimin akan melamar yeoja itu. Sebuah perasaan yang sudah lama ia pendam selama ini. Ia tidak ingin hubungan mereka hanya seperti itu itu saja. Jadi malam inilah saatnya jika ia akan mengatakan akan melamarnya.
Masitge deuseyo..” kata salah seorang pelayan yeoja setelah selesai menyajikan minuman untuk Jimin dan Haeji. 
          Dengan senang hati Haeji pun mulai meminum minuman itu.Jimin yang melihatnya tersenyum senang.
          Tiba-tiba saja Haeji terdiam.Ia memegangi kepalanya sebentar.
“Aah, aku ingin ke toilet” ujar Haeji dengan wajah yang berbeda dari sebelumnya.
“Gwaenchanayo??”Jimin mulai khawatir dengan keadaan yeoja itu.
          Haeji pun mulai beranjak dari kursinya dengan pandangan yang mulai petang dan tubuhnya sedikit terhuyung-huyung.
BRAK!       
“Haeji-ah!!”
          Dengan sigap Jimin langsung mengangkat setengah dari tubuh atas Haeji, ia memangkukan kepala yeoja itu.
“Haeji-ah..apa yang terjadi??” Jimin memegangi wajah Haeji yang sudah tampak pucat.
Tentu saja Jimin begitu panik dan takut sekarang,  di angkatnya lengan kanan Haeji lalu menggenggamnya dalam. Berusaha merasakan denyut nadi yeoja itu.
.
.
.
.
.
Jimin POV
Seketika air mataku mengalir begitu saja.Apa yang ku alami saat ini seperti mimpi. Kenapa yeoja yang ada di pangkuanku sudah tidak bernyawa sekarang?.Kenapa denyut nadinya sudah tidak terasa lagi? Kenapa jantungnya yang selama ini selalu berdetak kencang jika di dekatku sudah tidak menggetarkan hatiku lagi??.
“Haeji-ah..kenapa kau meninggalkanku lebih dulu eoh..?” aku terisak dalam tangisan tidak berarti ku ini.
          Ingatanku tiba-tiba saja teringat dengan minuman yang masih tertera di meja kami tadi.Aku menatap minuman yang sudah seteguk di minum Haeji. Siapa itu yang berencana meracuni yeojachingu-ku, aku yakin ia orang-orang terdekat. Kim Woonsi, aku tahu kau yang melakukan semua ini.
Aku tidak ingin membiarkan Haeji di sana sendirian, dan aku juga tidak kuasa jika hidup di sini seorang diri. Lebih baik, aku juga meminumnya. Maka semua akan impas.
Jimin POV end
          Jimin meraih gelas minuman itu dan langsung menghabiskannya tanpa pikir panjang.Ia membaringkan tubuhnya tepat di samping tubuh Haeji. Tangannya perlahan bergerak memeluk tubuh yeoja itu dengan erat.
“Haeji-ah, aku berjanji..akan selalu berada di dekatmu. S saranghae, Yoo .. Hae..ji..” kelopak mata Jimin tertutup perlahan. Nafasnya pun sudah tidak berhembus lagi.Ia juga mati karna meminum minuman yang sama.
          Dan akhirnya, kata-kata yang pernah di ucapkan Haeji terjadi kenyataan.Kata-katanya yang pernah ia ceritakan pada Jimin, karna ia menyukai cerita dongeng Aurora yang tertidur selamanya karna sebuah kutukan. Itu terjadi pada dirinya sendiri.Dan tentang ciuman yang hanya bisa di lakukan oleh seorang pangeran untuk membangunkan Aurora dari tidur panjangnya itu, ini adalah sebuah keterbalikan. Jika di dongeng itu mereka hidup bahagia di dunia, dan kenyataannya untuk Haeji dan Jimin, mereka bertemu kembali sana.
Jimin oppa, jeongmal jeongmal saranghae. Aku tidak perduli jika bahaya mengancam  hubungan kita. Aku akan tetap mencintaimu, sekalipun ajal menjemputku. Aku akan setia menunggumu di surga. Aku juga yakin kau tak kalah menyayangiku, Park Jimin saranghamnida
The End

2 komentar:

  1. Huaaa chingu..bagus nih FF nya..
    Aku kira bakal jadi cinta segitiga..ternyata..aku tertipu 😄😄
    Btw mungkin alurnya sedikit kecepetan part haeji minum oplosan *ehh? Ya minuman apa gitu..
    But keep writing ya chingu..aku nunggu FF mu yg lain :)
    Salam kenal :) kalo boleh..mampir juga dong ke blog ku oktavuri.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Huaaaa gomawo udah mo baca chingudeul~~~~ :D
    Sering-sering aja join ne :). Masih banyak koq ff ku di blog ini :)
    Oke aku follow ne.. :D

    BalasHapus