Art
& Storyline by : Yeon Veggy
Tittle : Fright
In This Love
Cast :
-
Yoo Haeji
-
Park Jimin (BTS Main
Vocal, Lead Dancer)
-
Kim Woonsik (VIXX
Main Rapper, Lead Dancer)
Genre : Romance sad, Ratting 21±, (Sensor),
sad ending.
Ost :
-
Autumn Breeze~하고싶은거다
(Without You)
-
Autumn Breeze~내려놓기
(One Last Memory)
Happy Reading~
Tampak di sebuah balkon hotel, seorang
yeoja dan namja tengah terlihat begitu romantis.Sang namja memeluk tubuh
yeoja-nya dari belakang dengan begitu erat. Mereka begitu menikmati angin malam
di atas balkon tersebut sambil melihat pemandangan kota yang begitu indah dari
atas sana.
“Hahh..chagi-ah.
Jika aku jadi seorang prince. Kau akan jadi apa?” Namja itu menyandarkan
dagunya pada bahu kecil yeoja itu.
Ia bernama Park Jimin.Dan yeoja yang tengah
berada dalam pelukannya itu adalah Yoo Haeji. Sudah hampir setahun mereka
menjalin hubungan.Jimin dan Haeji sama-sama dari kalangan sederhana. Meskipun
begitu, mereka saling mencintai satu sama lain dan tidak memandang dari sisi
kehidupan.
“Na??
Aku akan jadi princess Aurora. Karnaia begitu cantik, aku menyukai dongengnya
yang bercerita ia tertidur selamanya karna terkena kutukan. Dan akan bangun
dari tidur matinya itu ketika ada seorang pangeran yang memberikannya ciuman
hangat. Jeongmal..aku merasa sedih dengan cerita itu”Haeji mempoutkan bibirnya.
“Aah
geurae..cerita itu sedih tetapi sangat romantis. Aku pernah menyaksikan versi
kartoonnya, dan bagian ciumannya lah yang ku tunggu-tunggu sejak awal.
Ehehe..”Jimin tertawa malu mengatakan itu.
“Aish..dasar
yadong!” Haeji memukul pelan kepala Jimin.
“Wae?yadong
itu menyenangkan” seloroh namja itu lalu mengeratkan lilitan tangannya di perut
Haeji.
“Yah..terserah
kau saja Jimin oppa. Asal jangan sampai aku mendapatimu menyaksikan film
yadong. Jika itu terjadi, aku akan menghajarmu oppaa…!” Haeji mencubit lengan
Jimin dengan kuat.
“Aaaaa
appayoo… ne.. yaksokhae.. aku tidak akan menonton film yadong lagi. Hehee..”Jimin
meletakkan jari V di sudut mata kanannya, ber-aegyeo pada yeoja itu.
“Hm…
anak pintar…” Haeji mengelus-ngelus rambut ke coklatan Jimin.
Saat ini Haeji tengah membereskan piring,
mangkuk, dan beberapa gelas di meja-meja sebuah restoran. Ia sudah mengambil
kerja ketika sekolah sudah jarang belajar lantasan angkatan kelas 12 sudah
melaksanakan ujian nasional, jadi ia tinggal menunggu hasil dari ujian tersebut
dan segera memasuki kampus yang telah ia pilih.
~Handphone Haeji berdering~
Ia tersenyum senang ketika melihat
nama pemanggil di layar tabletnya tersebut adalah Jimin oppa.
“Yeobosoyo
oppa?.Ne jhamkemmaneyo, ini tinggal yang terakhir.Ne aku segera
menyelesaikannya.Ne..aku akan menghubungimu nanti. Ne nado saranghae Jimin
oppa…” Haeji segera menutup telponya dan di bibirnya masih menyisakan sebuah
senyuman.
Ia kembali berlanjut mengepel salah
satu meja di ruangan besar restoran tersebut.
“Annyeonghaseo”
sapa seorang namja dengan suara besarnya.
Seketika wajah ceria Haeji berubah
drastis menjadi tatapan benci pada namja tersebut.Namja itu bernama Kim Woonsik,
anak dari salah satu pemilik saham di Busan. Dan kebetulan, kedua orang tua
Dongyoo mempunyai hutang sekitar 90.000.000,- Won dengan Apaa Woonsik yang
bernama Kim Sanggi.
Jadi Woonsik mengenal Haeji dari berita
Appa-nya.Ia mencoba mendekati yeoja itu, tapi seperti yang sudah di ketahui,
Haeji tidak ingin di dekati dengan namja lain karna ia juga sudah milik Jimin.
Haeji terus menjauh dan selalu bersikap sinis pada Woonsik.Tetapi namja itu
tetap mencoba mendekatinya tanpa sepengetahuan kekasih dari yeoja itu.
“Restoran
ini sudah tutup” ujar Haeji tetap melanjutkan pekerjaanya.
“Geuraeyo??
Lalu kenapa tulisan di depan itu masih Open eoh?.Setidaknya kau membuatkan
minuman gratis untukku” sebaliknya Woonsik malah mengambil salah satu kursi di salah
satu meja dan segera duduk dengan nyaman.Wajah spooky namja itu selalu membuat
Haeji semakin muak untuk menatapnya.
Haeji terlihat berjalan ke belakang.
Entah apa yang di lakukan yeoja itu, Woonsik tetap antusias menunggunya.
~3 menit kemudian~
Haeji kembali dan ia malah terlihat
mengenakan pakaian umum, seperti switter coklat dan dress pendek yang berwarna
pink pudar, ia juga mengenakan stoking hitam yang bisa melindungi kakinya dari
dingin malam ini.
“Yak!Kau
ingin pulang??Seenaknya kau meninggalkan pelanggan di sini eoh?Apa kau ingin di
pecat?” ujar Woonsik terdengar seperti tidak terima.
“Panggil
saja pelayan lain, aku ingin pulang” jawab Haeji sembari berjalan menuju pintu
exit.
Woonsik beranjak dari tempatnya ingin
mengejar Haeji, tetapi yeoja itu begitu cepat berlalu.Ia mendecak kecil dengan
wajah bengisnya. Tangan kanannya mengepal kuat.
“Awas
saja kau” gumamnya pelan, terdengar seperti menyimpan sesuatu dari perkataan
tersebut.
~~
Jimin POV
Saat ini aku tengah berjalan menuju
restoran Pico di mana tempat itu adalah tempat kekasihku Haeji bekerja paruh
waktu di sana. Aku benar-benar merindukannya, jam bersama kami terhalang oleh
jam kuliahku dan dirinya yang tengah mencoba mencukupi kebutuhannya.
“Ano
basho de, kimi to mata (di tempat itu, denganmu lagi)
Ano basho de, aerunaraba.. (di tempat itu, jika kita dapat bertemu)
Ano basho de, matterukara (di tempat itu, aku akan menunggu)
Kite hoshinda Girl.. (aku ingin kau datang girl)
Oh baby I...” (oh sayang ku..)
Ano basho de, aerunaraba.. (di tempat itu, jika kita dapat bertemu)
Ano basho de, matterukara (di tempat itu, aku akan menunggu)
Kite hoshinda Girl.. (aku ingin kau datang girl)
Oh baby I...” (oh sayang ku..)
Sambil berjalan santai, mulutku secara
respek menyanyikan lagu yang berjudul I Like It pt.2 milik BTS, Boyband yang
tengah naik daun di Seoul sekarang. Sebenarnya aku bukan fanboy mereka, tetapi
karna kerap melihat mereka tampil comeback di chanel KBS. Salah satu lirik
mereka selalu teringiang di pikiranku, yaah aku akui lagu-lagu mereka jeongmal
daebak..!.
“Hei
kenapa aku jadi memikirkan mereka? Aish..” aku menggaruk-garuk kepala ku
bingung dengan sendiri.
Aku sedikit melongo ketika sorot
mataku seperti mendapat bayangan yeoja yang sangat aku kenali di ujung sana. Ia
juga berjalan ke arahku, ini sudah malam dan cuaca sedikit berkabut.Sebaiknya
aku menghubungi Haeji.
“Yeobosoyo?.
Chagi-ah apa benar itu kau? Ne..coba lihat ke depan dan lambaikan tanganmu. Aaaaah
ternyata memang kau Yoo Haeji… let’s come to me baby…” aku berteriak senang
padanya.
Ku langkahkan kaki ku cepat lalu mulai
berlari kecil menemuinya, dan ia juga terlihat tengah berlari kecil ke arahku.
Aah jeongmal, rasanya seperti sudah 2 tahun tidak bertemu dengannya sejak pukul
8 kemarin malam aku ke rumahnya.
“Jimin
oppa..” ia tersenyum manis padaku tatkala ketika kami mulai berdekatan.
Aku langsung memeluk tubuhnya dan
menciumkepalanya dengan hangat.
“Kau
sudah makan chagi-ah?” aku memegangi wajahnya dan menatapnya lekat.
“Aniy,
aku ingin makan bersama mu oppa” ia tertawa kecil.
“Aah
kajja kalau begitu, kita beli ramyeon instan” aku mengucak rambutnya pelan.
“Ne
kajja..hawa dingin seperti ini pasti sangat nikmat jika menyantap ramyeon”
“Tentu
saja^^” aku merangkul tubuhnya dan kami mulai berjalan bersama.
Jimin POV end
~~
Sepulang
dari berjalan-jalan, Haeji dan Jimin segera pulang.Jimin menghantarkan
yeojachingu kesayangannya itu hingga tiba di kediamannya yang terletak di salah
satu gang kecil.
“Apa
tidak ingin mampir dahulu eoh?” Eomma Haeji tampak heran melihat Jimin yang
hanya bertamu di depan saja.
“Aniy
Eommonim, hari sudah malam. Eomma Appa pasti khawatir karna sejak tadi aku
belum pulang, hehe..” Jimin tertawa
kecil.
Eomma Haeji begitu senang karna
melihat anaknya berkembang dengan baik bersama namja yang telah menjaganya
selama hampir setahun ini.Beliau juga tidak keberatan jika Haeji membawa Jimin
untuk menginap di rumahnya terkadang. Tetapi..ini karna tanpa sepengetahuan
Appa Haeji. Jika ia tahu, mungkin ia akan marah dan menghajar Jimin. Appa Haeji
memang tidak ingin jika anak semata wayangnya itu bergaul terlalu bebas, jadi
sampai saat ini sebetulnya namja paruh baya itu tidak terlalu suka dengan
hubungan Haeji dan Jimin. Hanya saja ia masih menjaga image. Jimin berani
menginap di rumah Haeji ketika Appa yeoja itu tidak pulang, Appa-nya memang
bekerja di kota lain. Jadi di rumah, Haeji hanya bersama dengan Eomma-nya.Kedua
orang tua dari Jimin pun turut senang anak laki-laki pertamanya itu menjalin
hubungan dengan Haeji.Mereka tidak terlalu mengekang Jimin.
“Aish..ya
sudah. Berhati-hatilah di jalan” Eomma Haeji mengingatkan.
“Ne
algaesseoyo eommonim” Jimin membungkukkan tubuhnya pada wanita itu.
Eomma Haeji segera masuk terlebih dahulu
ke rumah.Meninggalkan Haeji bersama Jimin di luar.
“Palli
oppa, cuaca semakin dingin dan berkabut.Nanti kau sakit” celoteh Haeji sambil
mengeratkan mantel coklat Jimin.
“Arro..jika
aku sakit, maka kau-lah obatnya chagi-ah” Jimin tersenyum nakal pada Haeji.
“Mwo?Apa
itu?”Haeji mengerutkan alisnya bingung.
“Ah
kau tidak perlu tahu, hahaha..baiklah, oppa pulang. Annyeong….” Pamit Jimin
mulai berjalan sembari melambai kecil.
“Annyeong..”
tak kalah Haeji pun membalas lambaiannya.
Baru saja Jimin berjalan 4 langkah,
tiba-tiba saja ia berhenti. Ia berbalik pada Haeji dengan reaksi heran,
berpura-pura mencoba mengingat sesuatu.
“Sepertinya
aku melupakan sesuatu..”kata namja itu berakting.
Haeji yang melihatnya pun turut
bingung dan ia hanya membiarkan Jimin mencoba berpikir jelas.
Jimin beralih menatap Haeji, lalu ia
berjalan mendekatinya lagi. Memegangi wajah yeoja itu dan secara spontan..
Chup~
Jimin mengecup dalam bibir Haeji tanpa
di sadari yeoja itu.Ia menjauhkan kepalanya dari hadapan wajah Haeji setelah
berhasil melakukannya. Dan Haeji tampak terlihat salah tingkah di buatnya.
“Aah
Jimin oppa…!” Haeji tertawa malu pada namja itu.
“Hm…
jaljayo Haeji-ah..have a nice dream.. and take me in your dream..don’t forget
it” kata-kata romantis itu kerap Jimin katakan ketika ia akan pulang dari
kediaman Haeji dan menjelang tidur.
“Tentu
saja Jimin oppa, kau akan selalu ada di pikiranku^^”
“Annyeong..saranghae
Yoo Haeji” pamit Jimin kembali dengan di barengi senyum manisnya yang selalu
membuat kedua matanya hampir hilang.
“Anyeong..nado
saranghe Jimin oppa” balas Haeji begitu senang.
Namja itu meninggalkan Haeji untuk
beberapa jam kedepan. Ia tetap memandangi Jimin dari depan rumahnya hingga
namja itu menghilang di tengah-tengah kegelapan di sana.
Padahal di benaknya, Haeji selalu ingin terus
bersama Jimin, bisa berada di sisinya dan mendekapnya kapan pun ia ingin. Entah
apa yang membuatnya begitu mencintai namja tersebut.
Haeji POV
Aku tidak perduli dengan keadaan hidup Jimin
oppa, aku tidak perduli semiskin apapun ia di depan kedua orang tuaku. Yang ku
inginkan adalah cinta tulus darinya, aku mencintai Jimin oppa apa adanya.
Meskipun Appa melarangku untuk menikah dengannya, masa bodoh. Aku akan
melakukan apa yang telah ku rencanakan, yang punya masa depan adalah aku. Jadi
aku yang berhak menentukan.
Tuhan,
terima kasih banyak kau telah mempertemukan namja itu padaku. Aku sangat
mencintainya, ia begitu sederhana, ramah, dan tidak pelit senyuman dengan
setiap orang yang ia jumpai. Senyuman itulah yang membuat ku luluh padanya,
menciptakan rasa cinta di hati ini.
Jimin
oppa, jeongmal jeongmal saranghae. Aku tidak perduli jika bahaya mengancam hubungan kita. Aku akan tetap mencintaimu,
sekalipun ajal menjemputku. Aku akan setia menunggumu di surga.Aku juga yakin
kau tak kalah menyayangiku, Park Jimin saranghamnida.
Haeji POV end
Di tengah kesunyian malam yang dingin
itu, Haeji duduk di tangga tepat di depan rumahnya. Ia melamun menatap ke arah
depan dengan tatapan kosong. Dan betapa tidak sadarnya, jika air matanya
terjatuh begitu saja melewati pipi mulusnya.Ia semakin menekuk tubuhnya menahan
hawa dingin yang mencekam saat ini.
Selang beberapa menit, sebuah cahaya
mobil dari kejauhan tampak masuk melalui celah pagar rumahnya.Ia sadar jika
orang yang berada di mobil tersebut akan berkunjung ke kediamannya, dan ia tahu
betul siapa orang di dalam mobil yang kerap mengunjungi rumahnya tersebut.
Haeji berdiri dari tempatnya saat
seorang namja paruh baya keluar dari dalam mobil mewah itu dengan mengenakan
jas hitam, di temani dua bodyguardnya.Namja itu adalah Kim Sanggi, ayah
Woonsik.
“Annyeonghaseo”
“Annyeonghaseo”
Haeji membungkukkan separuh tubuhnya.
Haeji sadar mengapa Sanggi datang ke
rumahnya saat ini.Namja itu meminta tagihan hutang yang sudah di lakukan oleh
Appa Haeji terhadapnya.
“Mianhamnida,
tetapi Eomma sudah tidur.Sebaiknya besok saja anda ke sini” ujar Haeji dengan
menundukkan pandangannya.
“Mwo?Memangnya
aku perduli eoh?Aku hanya ingin uang itu di kembalikan secepatnya” balas Sanggi
sengit sembari menunjuk-nunjuk tepat ke wajah Haeji.
“Arrayo,
kami akan membayarnya tuan. Appa belum pulang selama hampir dua bulan ini, jadi
tolong beri kami waktu lagi.Aku juga sekarang berusaha keras untuk
mencukupinya. Jeongmal mianhamnida..”Haeji membungkukkan tubuhnya lagi dengan
rasa sangat bersalah.
“Eoh,
jadi kau sudah bekerja? Hahh! Baguslah kalau begitu.Kau lebih berguna dari
kedua orang tuamu yang tidak jelas itu” ejek namja itu dengan sinis.
“Mianhae,
kau boleh mencemoohku, tapi jangan mereka.Mereka kedua orang tuaku, biar
bagaimanapun aku menyayangi mereka. Aku tahu Eomma tidak bekerja, ia sudah
terlalu tua untuk melakukan itu. Jadi jangan salahkan mereka” seketika wajah
Haeji berubah murka.
“Ahahahahahaha….
Arraseo arraseo!. Tapi ingat! Cepat lunasi hutang-hutang ini padaku, jika
tidak..kalian akan merasakan akibatnya. Cuih!” Sanggi meludah ke sembarang
tempat di depanmata Haeji.
Ia berlalu begitu saja setelah
berhasil membuat hati Haeji begitu sakit layaknya daging yang di sayat dengan
silet. Lagi-lagi air matanya tidak bisa ia tahan, karna amarahnya ingin meledak
sekarang.
Sepulang kerja Haeji langsung pergi.Ia
mendapat pesan dari namjachingu-nya jika namja itu sekarang juga tengah
berjalan ingin menemuinya. Jadi mereka akan saling bertemu satu sama lain
seperti kemarin malam.
“Ne
annyeong Jimin oppa..nado saranghae..” Haeji menutup telponnya lalu mempercepat
langkahnya.Ia tidak sabar ingin berjumpa dengan kekasihnya Jimin.
Haeji POV
Ahh jinja..kata Jimin oppa ia akan
mengajakku ke tepi pantai. Tapi..bukankah malam-malam seperti ini cuaca laut
begitu dingin??. Hm aku tidak perduli, yang penting Jimin oppa selalu berada di
sampingku. Mungkin ia akan memelukku, hehe..
Apa aku terlihat seperti orang gila
karna tersenyum sendiri sejak tadi?. Ah mollaseo..
TIIIIIIIN~
Suara klakson mobil dari kejauhan
sedikit membuatku kaget. Mobil itu mendarat tepat di sampingku, hm..Woonsik
lagi. Mengapa ia terus mengejarku eoh? Apa ia suka jika aku selalu
membentakknya?.
Aku tetap melanjutkan jalanku. Untuk
apa menungguinya, ia bukan siapa-siapa untuk ku. Sebaliknya ia lah pengganggu
dalam hidupku sekarang.
“Yak
Haeji-ah..!!” teriaknya. Aku tahu ia berusaha mengejarku, aku tidak ingin
menatapnya sama sekali.
“Yaak
apa kau tidak punya telinga eoh?” ia berlari dan berhasil mendapatkanku.
Tangannya menggenggam erat lengan
kananku.Aku menatapnya dengan benci.Sudah keberapa kalinya Woonsik mendapatkan
ku seperti ini.
“Lepaskan,
ada pekerjaan yang masih menungguku” bohongku padanya agar ia bisa melepaskan
tanganku.
“Mwo?
Kau masih ingin bekerja ketika malam seperti ini??.Aaa arrayo, kau ingin ke bar
eoh? Dan memberikan tubuhmu pada para namja begitu?”
PLAK!!
Spontan
tangan kiriku menampar pipinya dengan keras ketika ia melontarkan kata-kata
gila itu. Dasar namja yang tidak punya moral!.Ia memegangi wajahnya, dan
tatapannya semakin menatapku dengan tajam.
“Lepaskaaan Woonsik-ah!Kau benar-benar jahat” aku
berusaha melepaskan genggamannya dengan sekuat tenaga.
“Ikut aku sekarang” sebaliknya ia malah menarikku
menuju mobilnya.
“Shireo!!! Lepaskan..yak!!” elakku padanya.
Tetapi
seperti apa aku melawan, tetap tidak bisa. Ia begitu besar dan tentunya karna
ia seorang namja. Apa yang ingin ia lakukan eoh? Menculikku??. Aah tolonglah
siapa saja yang berada di sekitar tempat ini, entah kenapa saat ini hanya kami
berdua yang mengisi kesepian di jalan ini.
“Palliwaaa…!” teriaknya geram dengan tetap
menyeretku.
“Aniyaa..”
“HAEJI-AH..!!”
Tiba-tiba
saja dari kejauhan beberapa meter di sana, aku mendengar suara Jimin oppa yang
memanggilku. Oppa palii.., sebelum namja ini membawaku pergi.
Haeji
POV end
Jimin
berlari sekencang mungkin melihat Haeji yang tengah di tarik-tarik oleh namja
lain. Tiba-tiba saja sorot matanya tidak sengaja melihat pepatahan ranting
pohon yang lumayan besar di tepi jalan raya tersebut.Ia langsung mengambilnya
dan berlanjut mendatangi Haeji.
“Lepaskan aku paboya…”
BUG~
“Aakkhh…”
Woonsik
seketika tersungkur di aspal saat Jimin melayangkan patahan ranting itu ke
kepala Woonsik dengan kuat.Namja itu terlihat meringis kesakitan sambil
memegangi pucuk kepalanya yang begitu sakit, tetapi tidak sampai mengluarkan
darah.
Jimin
membuang kayu tersebut dan langsung menarik tangan Haeji untuk secepatnya pergi
dari tempat itu.Kesempatan sebelum Woonsik bangun dan mengendarai mobilnya.
~~
“B bagaimana itu bisa terjadi nak?” tanya Eomma
Jimin pada Haeji.
Wanita
itu tampak khawatir dengan Haeji setelah mendengar cerita dari Jimin. Adik
laki-laki Jimin yang berumur 5 tahun duduk di samping Eomma pun, ia terlihat
biasa saja karna belum terlalu mengerti. Tetapi karna melihat ekspresi Haeji
yang masih tampak trauma, namja imut itu seperti sedikit ingin tahu.
“Noona gwaenchana…?” tanyanya terlihat begitu
lucu.Ia bernama Park Dongmin.
“Gwaenchana Dongmin-ssi..^^” Haeji tersenyum
manis pada Dongmin.
“Tidurlah Dongmin-ah, ini sudah larut.Kajja temui
Appa di kamar” suruh Jimin lalu menggendong Dongmin dan menurunkan anak itu
dari sofa.
“Jeongmal… nappeun hyung..!” bentak Dongmin lalu
ia memeletkan lidahnya.
“Aish jinja..”Jimin mendecak kecil melihat
adiknya yang mulai pergi itu.
“Jiminie, kau tidak apa-apakan?” tanya Eomma
kembali pada Jimin.
“Aniya, aku senang bisa memukul namja
itu.Seenaknya saja ingin menculik yeojachingu-ku” ujar Jimin dengan wajah
sedikit kesal.
“Oppa jebal, jangan lakukan itu lagi.Aku takut
terjadi apa-apa padamu” Haeji tampak takut.Ia takut Woonsik akan balas dendam
terhadap kekasihnya itu.
“Aku tidak takut, jika aku melihatnya lagi ingin
membawamu.Mungkin aku akan membunuhnya” tambahnya seperti menyimpan dendam yang
mendalam.
“Aigoo jangan sampai itu terjadi Jimin-ah, kau
akan berhadapan dengan hukum jika melakukannya” mohon Eomma-nya.
“Ne andwae oppa..apa kau ingin berpisah dariku
eoh?” Haeji menatapnya cemberut.
“A aniya..bukan begitu maksudku”
Jimin
segera memeluk tubuh Haeji dengan hangat.Tangannya membelai rambut terurai
yeoja itu dengan penuh kasih sayang.
~~
Haeji
tidak ingin pulang ke rumahnya.Ia ingin tetap berada di kediaman Jimin.
“Cha, kau tidurlah di sini. Aku akan tidur di
sana..”Jimin menunjuk ke sofa yang terletak di dekat jendela kamarnya.
Haeji
mengangguk kecil dengan senyuman di bibirnya.Tetapi ketika Jimin ingin
melangkah, tangannya dengan respek menahan tangan namja itu.
“Waeyo?”Jimin duduk kembali ke tepi kasur
tersebut.
“Apa kau ingin makan?” tanyanya memandangi mata
Haeji.
“Aniya..aku kenyang oppa” jawab Haeji yang juga
menatap jeli pada kedua mata bening Jimin.
Jimin
tersenyum mendengarnya.Kedua tangannya memegangi wajah lonjong yeoja itu.
“Haeji-ah, jeongmal saranghae. Aku tahu sudah
berapa kali aku mengatakan ini, keundae nae jinja sarangae..aku terobsesi
padamu” tuturnya tulus. Membuat kedua mata Haeji berkaca-kaca mendengarnya.
“Nado, nado Jimin oppa..aku juga merasakan hal
yang sama denganmu. Aku tetap ingin bersamamu selamanya..yaksokhae..” Haeji
membuat janji itu dengan mantap.
Chup~
Seketika
jawaban dari Haeji membuat Jimin terharu dan ia langsung mengecup bibir yeoja
itu dalam. Tidak ingin mengakhirinya hanya dengan sebuah kecupan, Jimin pun
membuka bibirnya.Melumat kecil bibir Haeji dengan perlahan.
Kedua
tangan Haeji berpindah ke leher Jimin.Ia juga mencoba membalas ciuman hangat
dari bibir Jimin. Lalu membiarkan Jimin memasukan lidahnya. Mereka mulai
bermain lidah satu sama lain.
Hari
ini Jimin sedang berjalan-jalan dengan sahabat dekatnya sekaligus teman satu
angkatan di kampus yang bernama Kim Namjoon. Mereka berjalan ke sebuah Mall
besar di kota Busan tersebut.
“Aah aku bingung ingin memberikan hadiah apa
untuk Ah-jeong” Namjoon menggaruk-garuk kepalanya bingung sambil menatapi kiri
kanannya yang menyimpan berbagai barang dan peralatan bagus.
“Nado hyungnim..di sini terlalu mewah” Jimin juga
menengok-nengok dengan wajah bingungya.
Beberapa
menit kemudian, Namjoon dan Jimin sudah terlalu jauh berkeliling di Mall
tersebut. Dan akhirnya Jimin menemukan sesuatu yang ia anggap benda itu sangat
cocok di berikan pada kekasihnya, Haeji.Ia menjumpai toko cincin.
“Aah kau ingin membeli ini?” tegur Namjoon
melihat Jimin yang tengah menatapi jejeran cincin mewah di dalam kaca.
“Aku ingin melihat-lihat dulu” sahut namja itu
tampak bimbang.
~2 menit kemudian~
“Noonim..yang ini berapa?” Jimin menunjuk salah
satu cincin putih yang berada di tengah-tengah jejeran cincin lainnya.
“Ah, itu model prancis. Harganya 50.000.000,-
Won” jelas yeoja yang menjaga toko itu.
Spontan
Namjoon membelalakkan kedua matanya mendengar perkataan yeoja itu.Ia meneguk
liurnya dengan susah payah.
“Apa kau gila?” bisik Namjoon.
“Itu pilihanku, aku akan berusaha keras untuk mendapatkannya”
Jimin mengangguk pasti.
~~
Di
tempat kerjanya, Haeji terlihat duduk di ruang belakang sambil berbicara dengan
seseorang lewat tabletnya.
“Ah geuraeyo..? jadi kau tidak bisa menjemputku?.
Hm..baiklah… Ne arrayo..gwaenchanna.. mwo jinjayoo?? Setelah itu oppa langsung
ke rumah ku?? Yeeei… oke..annyeong.. nado saranghae Jimin oppa..” wajah Haeji
begitu senang mendengar Jimin nanti akan berkunjung ke rumahnya.
Untuk
malam ini Jimin tidak bisa menjemput Haeji.Ia mengatakan pada yeojachingunya
itu bahwa ada sesuatu yang harus ia selesaikan. Entah apakah itu, ia tidak
ingin memberitahukannya pada Haeji.
“Aah aku tidak sabar ingin cepat pulang..” gumam
Haeji sambil tersenyum tidak jelas.
~~
“Yee haengbokhaja..haengbokhaja..”
Akhirnya
Haeji telah tiba di rumah. Cepat-cepat ia membereskan rumahnya begitu pula
kamarnya. Entah kenapa ia begitu senang mendengar Jimin ingin berkunjung ke
kediamannya nanti.
BUG!!
“Omona!”
Haeji
begitu kaget melihat pintu rumahnya yang terbuka secara tiba-tiba dengan kuat
karna tendangan dari seseorang di luar sana.Kedua matanya membulat ketika
melihat Sanggi yang datang lagi ke rumahnya, di sertai dua bodyguardnya yang
tidak pernah luput dari sampingnya.
Kedua
kaki Haeji mulai terasa lemas, seakan tidak bisa menopangnya dengan baik.Ia
tahu namja itu begitu marah sekarang, sementara uang yang ia kumpulkan belum
seberapa untuk memenuhi hutang itu.
“Mana uang itu..” tanya Sanggi dengan nada pelan,
tetapi tatap matanya begitu mengerikan.
“M mianhae tuan..tapi aku belum dapat
memenuhinya” Haeji menggenggam kedua tangannya dengan sangat takut.
Tidak
mudah untuk mendapatkan uang sebanyak hutang tersebut. Sementara Haeji
mendapatkan uang kerja setiap sebulan sekali sebanyak 3000.000,- Won, sementara
hutang tersebut berjumlah 90.000.000,- Won. Sungguh sangat jauh untuk di gapai,
ini semua karna perbuatan Appa-nya yang lari dari tanggung jawab.Appa-nya
sengaja tidak pulang karna takut dengan hutang itu.Membuat istri dan anak
satu-satunya itu terancam bahaya.
“Mwo??!!Jadi kau belum mendapatkannya eoh???!!”
bentaknya dengan nyaring.
“Aigoo… ada apa ini..o ooh, t tuan Sanggi..”
mulanya Eomma Haeji yang tampak gusar mendengar keributan di rumahnya, seketika
ia terdiam melihat Sanggi berdiri di ruang tamunya.
“Yak wanita tua! Aku tidak mau tahu! Bagaimana
caranya kalian harus melunasi ini.Sejak 3 tahun ini aku sudah berbaik hati pada
kalian, bersabar lalu meminta secara lemah lembut.Tapi kalian mengabaikan itu,
DI MANA YOO CHULSOOK EOH??Mengapa namja itu seenaknya lari dari tanggung jawab.
Aku benar-benar tidak mau tahu! Lunasi sekarang juga!!!”
“Tolonglah..beri kami waktu lagi tuan Sanggi..
kami berjanji akan membayarnya.. jeongmal..” tanpa sepengetahuan Haeji,
Eomma-nya tiba-tiba bersujud di hadapan namja itu.
“Eomma waegeurae..”Haeji segera menarik Eomma-nya
untuk berdiri.
“Tuan ku mohon..kami benar-benar tidak bisa
memenuhinya saat ini. Tapi aku berjanji, aku berjanji akan melunasinya dengan
jerit payahku tuan..jebal..” setetes air menetes di sudut mata Haeji. Tidak
kuasa dengan cobaan sekarang yang ia hadang bersama keluarganya.
“Hm, semalam aku sudah memberi peluang.Dan sekarang
kau masih belum menepatinya, ini saatnya kau harus merasakan akibatnya.Yak,
bawa dia!!” suruh Sanggi kepada dua bodyguard-nya yang bertubuh besar.
Sontak
Haeji dan Eomma begitu terkejut mendengarnya.Eomma langsung memeluk tubuh Haeji
dengan erat melihat dua bodyguard itu mulai mendekat.
“Andwae..jangan anakku..!” sergah Eomma-nya dan
wanita itu mulai menangis.
“Eomma eottokhae…”Haeji mencekram baju Eomma-nya
kuat.
“PALLI!!”
Salah
satu bodyguard itu menarik tangan Haeji dengan kasar, dan yang satunya
menjauhkan Eomma Haeji lalu mendorong wanita itu hingga tersungkur ke lantai
dengan keras.Mereka mulai menggeret anak kesayangannya itu.Dan Sanggi sudah
masuk terlebih dahulu ke dalam mobilnya.
“Eommaaaa….” Haeji meronta-ronta sambil menangis.
Tetapi ia sudah tidak bisa lari kemana-mana.
“Yoo Haeji….!!!!”Teriak Eomma-nya tidak kuasa
melihat Haeji sudah di bawa masuk ke dalam mobil dengan bodyguard Sanggi.
~~
BUG!
Dua
bodyguard tersebut menutup pintu ruangan itu dengan keras ketika berhasil
memasukan Haeji ke sebuah kamar di salah satu apartemen. Yeoja itu masih
menangis dengan wajah tertunduk, ketika ia mengangkat wajahnya.
“Kim Woonsik” ucapnya pelan dan matanya menajam
melihat namja itu berdiri di depannya.
“Annyeong Yoo Haeji. Berbahagialah sekarang,
karna semua hutang-hutang milik Appa mu akan terlunasi tanpa kau harus bekerja
keras dan menunggu lama. Kemarilah..” Woonsik melangkah mendekati Haeji yang
menatapnya dengan benci.
“Kau mau apa! jangan macam-macam denganku
Woonsik-ah..” Haeji memundurkan langkahnya seiring dengan Woonsik yang semakin
dekat.
“Layani aku malam ini, tubuhmu lah pengganti
hutang itu, hm!” namja itu tersenyum simpul.
“Shireo..!!!” teriak Haeji geram.
Woonsik
tidak menanggapi perkataan Haeji lagi. Masa bodoh jika yeoja itu ingin mengelak
darinya, ia akan tetap melakukan apa yang ia ingin malam ini. Woonsik telah
bersekongkol dengan Appa-nya tentang ini, tetapi ini adalah permintaan Woonsik,
dan bodohnya lagi Appa-nya sangat setuju dengan akal licik anaknya tersebut.
Dengan
gerakan cepat, Woonsik langsung menggendong tubuh Haeji. Lalu membaringkannya
ke kasur putih di kamar tersebut. Ia mulai melepas pakaian Haeji.
“Andwaee..!!” teriak Haeji berusaha mengelak.
Hingga
akhirnya tubuhnya tidak mengenakan pakaian sama sekali, Woonsik mulai
menjelajahi tubuh Haeji dengan kasar. Haeji yang sejak tadi memberontak,
akhirnya ia hanya pasrah sambil menangis kecil.
Bosan
mendengar tangisan yeoja itu, Woonsik melumat bibirnya. Mengulumnya hingga
habis, memasukkan lidahnya dengan bebas ke dalam mulut Haeji. Hingga Haeji kesulitan mengambil
nafas akibat desakan Woonsik.
“Hmmpp…” desah Haeji terdengar kecil saat
jari-jari Woonsik memainkan daerah sensitivnya dengan kasar. Lalu namja itu
memasukkan telunjuknya ke lubang ke perawanan Haeji. Menusuk-nusuknya dengan
gerakan cepat.
“Aakkhh..!! Haeji tidak kuasa merasakan bagian
tubuh bawahnya di sentuh oleh Woonsik dengan kasar. Tangannya mencekram baju
namja itu dengan kuat.
“Tubuhmu sungguh indah chagi..” bisik Woonsik di sela-sela menciumi leher
Haeji.
Woonsik
terus menyerangnya. Tidak ada yang terlewatkan dari tubuh yeoja itu. Haeji
hanya bisa menjerit dan menangis di kamar apartemen tersebut. Pasrah adalah
pilihannya saat ini di tangan Woonsik.
Haeji
POV
Jimin oppa.. tolong aku.. aku sungguh
membutuhkanmu sekarang. Aku tersiksa di tempat ini, apa yang ku lakukan padamu
tentang hal ini. Apa aku harus berbohong atau memberitahu mu yang sebenarnya.
Tapi aku sungguh tidak terima dengan kelakuan Woonsik yang melakukan ini
padaku. Mengapa berani-beraninya ia menyentuhku sebelum kau Jimin oppa..!!!
Haeji
POV end
~~
Jimin
terus berjalan mencari pekerjaan sampingan.Entah pekerjaan macam apa yang ia
dapatkan, selagi tidak negative untuknya, sesulit apapun pekerjaan tersebut ia
akan melakukannya. Namja itu benar-benar ingin mendapatkan cincin yang ia lihat
saat di Mall siang tadi. Tentu saja cincin itu akan ia hadiahkan kepada
yeojachingu-nya, Yoo Haeji. Apapun kendalanya, ia yakin akan mendapatkan cincin
tersebut.Ia sungguh yakin.
“Tunggu aku chagi-ah..” ucap Jimin dengan senyum
manisnya.
~~
Di
udara malam yang begitu dingin itu, Haeji berjalan terluntang lantung dengan
tataan pakaian yang berantakan dan rambutnya yang tergerai berantakan.Air
matanya terus mengalir, membuat kedua matanya membengkak.
“Haeji-ah..!!” tiba-tiba saja suara yang sangat
ia kenal memanggilnya sekarang.
Haeji
pun berbalik dan mendapati Jimin yang tengah menatapnya dengan tatapan khawatir
dari jarak 5 meter di belakangnya.Yeoja itu juga tampak khawatir melihat
keadaan Jimin yang sedikit terlihat kusut.
“J jimin oppa..hiks,hiks..” Haeji semakin tidak
kuasa menahan tangisannya.
Jimin
langsung berlari menemui Haeji.Di tatapnya wajah tersakiti yeoja itu dengan
tatapan takut.
“A apa yang terjadi padamu eoh? Waegeurae??” tanya
namja itu sambil memegangi wajah Haeji.
Haeji
malah semakin menangis, ia bingung ingin menjawab apa. Trauma yang ia alami
masih melekat erat di dirinya. Melihatnya yang seperti itu Jimin pun langsung
memeluknya erat.
“Kau kenapa Haeji-ah?? Beritahu aku sekarang,
jangan membuatku bingung seperti ini” tanya Jimin sambil mengelus rambut Haeji.
“Jebal..bawa aku pulang sekarang oppa..” kata
Haeji di tengah isakannya.
“Ne ne.. kajja..” Jimin segera meggandeng tubuh
Haeji.
~~
Jimin
membawa Haeji ke kediamannya, tepatnya di kamar.Ia berusaha menenangkan Haeji
yang sejak tadi tidak berhenti menangis. Karna ia sudah tidak sabar ingin
memberikan cincin yang sudah ia dapatkan dari hasil jerit payahnya.
Di
raihnya kotak kecil cincin itu dari dalam kantong mantelnya, lalu tanpa
sepengetahuan Haeji, cincin itu sudah berada di genggaman Jimin.Ia sungguh
tidak sabar ingin menunjukkannya pada yeojachingu-nya itu. Haeji sibuk
menyembunyikan wajahnya sejak tadi, jadi apa salahnya Jimin ingin menghiburnya
dengan memberikan cincin itu.
“Aku sudah tidak perawan, Jimin oppa”
DEG!
Cincin
yang Jimin genggam seketika terjatuh begitu saja dari genggamannya.Kedua
matanya terblelalak tidak percaya mendengar kata-kata yang baru saja keluar
dari bibir Haeji.Bukan main hatinya sangat sakit, mempengaruhi air matanya
untuk keluar.
“S siapa yang melakukannya, Haeji-ah” tanya Jimin
dengan amarah yang mulai mencuat. Tangannya gemetar, seakan ingin menghajar
habis-habisan siapa namja yang telah menodai kekasihnya tersebut.
“Kim Woonsik, oppa” sahut Haeji begitu pelan.”
“Namja itu benar-benar sialan..”Jimin tidak dapat
menahan kemarahannya.
Haeji
beranjak dari sofa yang tersedia di kamar tersebut, ia melucuti pakaiannya satu
persatu hingga tubuhnya polos tanpa penutup lagi. Jimin yang menatapnya hanya
menampakkan reaksi dinginnya.
“Lakukan padaku sekaran Jimin oppa, hilangkan
jejak namja itu di tubuhku. Aku siap menerima perlakukan apapun darimu, hiks,
hiks..”Haeji berjalan mendekat pada Jimin.
“Algaesseoyo, kalau itu mau mu”
Jimin langsung menciuminya dengan
membabi buta. Menahan tengkuk Haeji agar
tak terlepas. Tangan Haeji meremas kuat kemeja yang Jimin kenakan.Tubuh mereka
menempel ketat.
Seminggu
kemudian.Jimin dan Haeji tengah menikmati kencan mereka di sebuah café.Tepat
saat itu, para pengunjung sedang sepi.Jadi hanya mereka berdua yang mengisi
kesunyian di café itu di temani dengan music yang di putar dengan lembut.
Malam
ini, Jimin akan melamar yeoja itu. Sebuah perasaan yang sudah lama ia pendam
selama ini. Ia tidak ingin hubungan mereka hanya seperti itu itu saja. Jadi
malam inilah saatnya jika ia akan mengatakan akan melamarnya.
“Masitge
deuseyo..” kata salah seorang pelayan yeoja setelah selesai menyajikan minuman
untuk Jimin dan Haeji.
Dengan
senang hati Haeji pun mulai meminum minuman itu.Jimin yang melihatnya tersenyum
senang.
Tiba-tiba
saja Haeji terdiam.Ia memegangi kepalanya sebentar.
“Aah, aku ingin ke toilet” ujar Haeji dengan wajah
yang berbeda dari sebelumnya.
“Gwaenchanayo??”Jimin mulai khawatir dengan keadaan yeoja
itu.
Haeji
pun mulai beranjak dari kursinya dengan pandangan yang mulai petang dan
tubuhnya sedikit terhuyung-huyung.
BRAK!
“Haeji-ah!!”
Dengan
sigap Jimin langsung mengangkat setengah dari tubuh atas Haeji, ia memangkukan
kepala yeoja itu.
“Haeji-ah..apa yang terjadi??” Jimin memegangi wajah
Haeji yang sudah tampak pucat.
Tentu saja Jimin begitu panik dan takut
sekarang, di angkatnya lengan kanan
Haeji lalu menggenggamnya dalam. Berusaha merasakan denyut nadi yeoja itu.
.
.
.
.
.
Jimin
POV
Seketika air mataku mengalir begitu
saja.Apa yang ku alami saat ini seperti mimpi. Kenapa yeoja yang ada di
pangkuanku sudah tidak bernyawa sekarang?.Kenapa denyut nadinya sudah tidak
terasa lagi? Kenapa jantungnya yang selama ini selalu berdetak kencang jika di
dekatku sudah tidak menggetarkan hatiku lagi??.
“Haeji-ah..kenapa kau meninggalkanku lebih dulu
eoh..?” aku terisak dalam tangisan tidak berarti ku ini.
Ingatanku
tiba-tiba saja teringat dengan minuman yang masih tertera di meja kami tadi.Aku
menatap minuman yang sudah seteguk di minum Haeji. Siapa itu yang berencana
meracuni yeojachingu-ku, aku yakin ia orang-orang terdekat. Kim Woonsi, aku
tahu kau yang melakukan semua ini.
Aku tidak ingin membiarkan Haeji di sana
sendirian, dan aku juga tidak kuasa jika hidup di sini seorang diri. Lebih
baik, aku juga meminumnya. Maka semua akan impas.
Jimin
POV end
Jimin
meraih gelas minuman itu dan langsung menghabiskannya tanpa pikir panjang.Ia
membaringkan tubuhnya tepat di samping tubuh Haeji. Tangannya perlahan bergerak
memeluk tubuh yeoja itu dengan erat.
“Haeji-ah, aku berjanji..akan selalu berada di
dekatmu. S saranghae, Yoo .. Hae..ji..” kelopak mata Jimin tertutup perlahan.
Nafasnya pun sudah tidak berhembus lagi.Ia juga mati karna meminum minuman yang
sama.
Dan
akhirnya, kata-kata yang pernah di ucapkan Haeji terjadi kenyataan.Kata-katanya
yang pernah ia ceritakan pada Jimin, karna ia menyukai cerita dongeng Aurora
yang tertidur selamanya karna sebuah kutukan. Itu terjadi pada dirinya
sendiri.Dan tentang ciuman yang hanya bisa di lakukan oleh seorang pangeran
untuk membangunkan Aurora dari tidur panjangnya itu, ini adalah sebuah
keterbalikan. Jika di dongeng itu mereka hidup bahagia di dunia, dan
kenyataannya untuk Haeji dan Jimin, mereka bertemu kembali sana.
Jimin oppa, jeongmal jeongmal saranghae. Aku
tidak perduli jika bahaya mengancam
hubungan kita. Aku akan tetap mencintaimu, sekalipun ajal menjemputku.
Aku akan setia menunggumu di surga. Aku juga yakin kau tak kalah menyayangiku,
Park Jimin saranghamnida
The End

Huaaa chingu..bagus nih FF nya..
BalasHapusAku kira bakal jadi cinta segitiga..ternyata..aku tertipu 😄😄
Btw mungkin alurnya sedikit kecepetan part haeji minum oplosan *ehh? Ya minuman apa gitu..
But keep writing ya chingu..aku nunggu FF mu yg lain :)
Salam kenal :) kalo boleh..mampir juga dong ke blog ku oktavuri.blogspot.com
Huaaaa gomawo udah mo baca chingudeul~~~~ :D
BalasHapusSering-sering aja join ne :). Masih banyak koq ff ku di blog ini :)
Oke aku follow ne.. :D