Kamis, 23 Juli 2015

BTS NC 22+ FANFICTION YOU'RE IN DANGER THE SERIES JUNGKOOK VERS







Art & Story-line by         : Yeon Veggy
Tittle                              : Favorite Girl (You’re In Danger the Series)
Prominent cast                :
-         Jeon Jeongkook
-         Lee Hakyo
Length                            : Part 1



         Beberapa menit kemudian. Semuanya tertidur di depan laptop yang masih menayangkan anime hentai tersebut. Hanya manusia-manusia yang ada di video itu saja sekarang yang sedang beraktivitas. 

>>> 

          Hakyo bersama ke enam teman-temannya sudah tiba di sekolah mereka Hannyoung High School setelah di hantarkan oleh bus. Nae, mereka hari ini bersama-sama naik bus karna sudah bermalam di kediaman Dongyoo. Mereka berjalan dengan santai ketika di koridor. Membuat beberapa haksaeng memperhatikan mereka dengan iri karna kedekatan mereka yang berjumlahkan tujuh orang tersebut. Tetapi masing-masing dari mereka sudah mempunyai pasangan yang paling dekat. Seperti halnya Richan~Soo-ah, Yeon Young~Je In, Eunhwa~Dongyoo, dan Hakyo yang easy going terhadap siapa saja. Ia termasuk yeoja yang cocok bergaul dengan siapa saja dan lebih tepatnya, ia sangat mudah menyukai seorang namja.
Flashback
          10 september 2014. Ia sedang mengikuti paduan suara bersama Yeon Young di setiap hari Jumat. Ia memilih klub tersebut karna memang ia suka bernyanyi dan merasa suaranya sudah mampu mengimbangi irama.
Hakyo POV
Ku lihat Yeon Young sangat serius bernyanyi dan memperhatikan Dirigen di depan. Sepeti kebiasaan, mataku selalu saja mencari dan memperhatikan orang-orang di sekeliling. Aku rasa hanya aku saat ini yang tidak bisa menahan pandangan. Tetapi aku mendapat pemandangan yang sedikit membuat jantungku terasa berbeda. Seorang namja yang sejalur dengan ku hanya saja di pisahkan oleh 5 siswa. Ia menatapku, tetapi sekarang tidak lagi karna aku juga menatapnya, ia langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Tapi.. aku tidak yakin kalau ia memperhatikanku, hm..
Aku pun mulai iseng lagi untuk melihatnya, dan… TEPAT!! Ia memang memperhatikanku, tetapi lagi-lagi ia membuang pandangannya saat aku menatapnya. Kyaa…! ia memang tampan dan manis. Tapi.. ia kan namja yang menjadi favorit yeoja-yeoja di sini. Pasti ia playboy!. Tapi.. kenapa rasanya degupan ini belum reda juga? Apa aku menyukainya? Omo.. apa ia menyukaiku? Ah, tapi itu sangat tidak mungkin Hakyo-ssi, arraseo??.
Hakyo POV end
          Hakyo kembali serius menatap Dirigen di depan dan melantangkan suaranya dengan semangat.
          Saat kejadian tersebut Hakyo selalu mengingatnnya dan membayangkan wajah namja tersebut. Eunhwa dan Dongyoo saling menatap karna melihat Hakyo yang melamun sejak tadi. Biasanya ia juga merupakan anggota yang salah satunya suka berbicara.
“HAKYO-SSI…!!!” teriak Eunhwa dan Dongyoo serempak.
“Aish.. kecilkan suara kalian pabo!” Hakyo menekan-nekan kedua telinganya karna hampir tuli.
“Yak wae?” tanya Je-in bingung.
“Hakyo melamunkan namja lagi” jawab Eunhwa dan ia sudah sangat tahu dengan sikap Hakyo.
“Eum..” Je-in mengangguk.
~~
“Aigo.. yak, temani ke toilet palli..” Hakyo menggoyang lengan Dongyoo dan yeoja tersebut tengah tertidur.
“Yaak, temani ke toilet..” Hakyo berpaling ke Eunhwa.
“Chakaman.. lihat ini tinggal sedikit lagi” Eunhwa tengah  mencatat tugas milik Je-in.
“Aissh!! Yeon Young-ah.. temani aku ke toilet..” Kini ia memohon lagi.
“Hm.. aku.. malas.. hehe..^^” Jawab Yeon Young apa adanya.
“Je-in.. Je-in…” dan sekarang pada Je-in.
“Okay..” Je-in langsung beranjak dari bangkunya.
“Je In-ssi, kau di panggil oleh Hwa In saem” kata Dong Bin salah satu anggota Osis di kelas tersebut.
“Ah arraseo.. segera.. Hakyo-ssi mian…” ujar Je-n yang sudah berjalan menuju ke luar.
          Padahal sekarang Hakyo sedang terburu-buru dan ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Di lihatnya Richan dan Soo-ah sedang sibuk ber-selca. Terpaksa ia pun pergi dengan sendirian. Baru kali ini ia keluar kelas seorang diri. Tapi masa bodoh untuknya, ia pun mempercepat  langkahnya dan akhirnya berlari juga.
BUG! BUG!
          Karna terburu-buru, saat berlari di koridor ia juga sudah tidak memperdulikan haksaeng-haksaeng yang ia senggol. Haksaeng-haksaeng korban senggolan Hakyo hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.       
Hakyo POV
Kyaaa… palli… mengapa toilet di ciptakan selalu jauh dari kelas. Aaa… ini rasanya sudah di ujung..!!!. aaa.. eommaaa…. Jebaaal…..
BUG!!!
Aigo appo! Aku, aku menabrak seorang namja? Nae.. kini aku tengah berada di depan dadanya. Perlahan ku angkat sedikit kepalaku dan melihat siapa pemilik wajah tersebut. Dan…
OMO!!!! Namja itu…?? Ia menatapku tajam, sepertinya ia marah padaku. Aku harus pergi, ini memalukaan!. Aku langsung lari begitu saja, tidak perduli ia ingin berkata apa, karna sekarang yang ku butuhkan adalah toilet!
Hakyo POV end
          Hakyo memang sangat terburu-buru sehingga ia tidak menyadari ada seorang namja yang sedang berjalan searah dengannya. Dan akhirnya ia memang menabraknya, untung saja mereka berdua tidak terjatuh. Namja itu adalah namja yang sudah di pikirkannya akhir-akhir ini, namja yang terkenal di sekolah tersebut. Terkenal dengan bakat-bakatnya dan ketampanannya, Jeon Jeongkook.  
“Hm, dasar tidak tahu malu. Meminta maaf saja tidak.. ck”       gumam Jeongkook pelan. Jeongkook melanjutkan kembali jalannya.
~~
          Saat yang di tunggu-tunggu pun tiba, apalagi kalau bukan bel pertanda jam sekolah berakhir. Semua haksaeng Hanyoung berlomba-lomba keluar dari kelas. Begitu pula dengan Soo-ah, Richan, Dongyoo, Eunhwa, Yeon Young, Je In, dan Hakyo. Sesampainya di depan gerbang, mereka menghentikan langkah dan mulai berpamitan satu sama lain. Karna Hakyo dan Yeon Young setiap pulang sekolah mereka akan menunggu jemputan di halte. Sementara Eunhwa, Richan, Dongyoo, dan Soo-ah memilih untuk naik bus, lain halnya dengan Je-in, ia tinggal berjalan kaki saja karna rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah.
“Annyeong..” pamit Eunhwa, Dongyoo, Richan, dan Soo-ah ketika bus sudah tiba.
“Annyeong..” lambai Yeon Young, Hakyo, dan Je in.
“Aku juga harus pulang sekarang, annyeong..” setelah kepergian ke empat temannya barusan, Je in segera menyusul untuk pulang.
“Nae annyeong..” Yeon Young.
“Hati-hati..” Hakyo.
          Hakyo dan Yeon Young duduk bersebelahan di kursi panjang halte tersebut. Bukan hanya mereka berdua, tetapi beberapa haksaeng lainnya pun juga ada yang menunggu jemputan. Sejak masuk di SMA tersebut, Hakyo dan Yeon Young sudah terbiasa dengan menunggu jemputan. Yeon Young, ia berkata sendiri kalau ia tidak bisa naik bus, selain itu ia juga malu jika harus pulang berjalan kaki terkecuali ada teman. Sementara Hakyo, eomma-nya sudah memberi peringatan padanya agar setiap pulang ia akan di jemput dan tidak boleh ke mana-mana, seperti jalan-jalan, naik bus, ke rumah teman, dan sebagainya. Itulah yang menyebabkan mereka mati kutu untuk menunggu jemputan dan terkadang mereka harus menunggu dari batas waktu, karna si penjemput biasanya lupa waktu.
“Aigoo, lama sekali..” keluh Hakyo sebal.
“Nae..” Yeon Young mengangguk.
          Tidak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam mendarat di depan halte tersebut. Kaca mobil turun dan menampakkan wajah Yoon Dong.
“Mianhaeyo, aku duluan..” Yeon Young meninggalkan halte tersebut.
“Nae, gwaenchana^_^. Annyeong..” Hakyo melambaikan tangganya.
“Annyeong..” balas Yeon dari dalam mobil.
          Dan mobil tersebut segera melaju dari halte tersebut. Kini tersisa tiga haksaeng yeoja termasuk Hakyo.
“(Jaeyooong oppa…!!!  Kau di mana eoh??)” batin Hakyo geram sembari meremas tali tasnya.
          Dengan mengayunkan kakinya sambil memperhatikan mobil-mobil yang lalu lalang di jalan tersebut. Ia belum juga mendapatkan mobil keluarganya yang berwarna silver, yang mungkin akan menuju ke halte itu. Karna terlalu lama Hakyo pun menekuk kepalanya, menatap kosong rok sekolahnya tersebut.
Tuk, tuk, tuk, tuk
          Ia dapat mendengar suara langkah kaki seseorang dari kejauhan yang berjalan menuju halte tersebut. Tetapi ia tidak tertarik untuk menatapnya.
Hakyo Pov
Setelah beberapa detik mendengar langkah kaki yang membuatku penasaran itu. Aku pun memutuskan untuk melihatnya, apakah itu seorang kakek-kakek berlumut yang ingin menggigitku?.
Karna lampu jalanan di dekat halte ini mati, aku jadi tidak terlalu jelas melihatnya. Tapi itu sudah jelas ia bukan kakek-kakek, tetapi seorang namja yang juga memakai seragam SMA ini.
Semakin dekat.. tampaknya aku mengenalnya.. Omona! Ia tengah menatapku? Nae! Ia Jeongkook.. aigooo… apa yang harus ku lakukan??. Aku pun menundukkan pandanganku kembali, dan ia semakin mendekat ke halte ini. Ketika ia berada tepat di depan halte ia menghentikan langkahnya.
“Yak” panggilnya, mungkin ia memanggil salah satu yeoja di sampingku.
“Yak, neo..” panggilnya lagi.
“Dia memanggilmu..” bisik yeoja di sampingku, aku pun mengangkat wajahku dan memberanikan diri untuk menatapnya.
“Kau memanggilku?” tanyaku berpura-pura pabo.
“Nae..” jawabnya santai.
Aku pun berjalan ke arahnya dengan ragu. Menatap ke bagian tubuhnya, tidak berani melihat ke wajahnya karna takut gugup jadi penyebab.
“Wae?” tanyaku seperti tidak punya salah, dan kini aku dapat menatap kedua matanya.
“Kau yang tadi menabrak dadaku kan?” tanya Jeongkook.
“Nde, waeyo? Apa kau juga ingin memukul dadaku?” kataku tidak tahu malu.
“Pabo!”
PLAK!
Ia menjitak kepalaku dengan keras, lalu ia pergi melanjutkan jalannya lagi. Aigoo.. hampir saja jantung ini putus. Aku menggosok-gosok kepalaku yang tadi di jitak olehnya. Dan untung saja aku pintar berakting, agar wajahku yang memerah ini tidak terlihat di depan matanya. Hahahaha… good job today!
Tiiiiiiiiin..!!!
Dari kejauhan mobil berwarna silver sudah mengklakson dengan panjang. Nae, pasti itu Jaeyong oppa. Dasar gila orang ini, ia pikir aku tidak melihat?.
“Annyeong…” sapanya dari jendela mobil, ia pikir aegyeo-nya itu akan membuatku luluh? Hueekk!!
Aku pun melangkahkan kakiku dengan sedikit di hentakkan, ini adalah hari paling lama aku menunggu, biasanya tidak selama ini.
“Yak, kemana saja kau oppa? Jangan bilang kau sedang kencan” kata Hakyo gusar.
“Aniyo, aku hanya menonton saja di rumah. Hahaha..” jawabnya sambil terkekeh.
“Dasar gila, tahu seperti itu. Lebih baik tadi aku ikut Jeongkook..” kataku berbohong, nae.. aku hanya memancing amarahnya. Padahal dengan Jeongkook, kenal saja tidak. Hahaha
“Mwo? Siapa itu? Kau berpacaran? Akan ku adukan pada eomma” ancamnya.
“Adukan saja, lagi pula aku tidak mengenalnya. Hahaha..” kini giliran aku yang tertawa.
“Lalu?”
“Dia? Artis di sekolah..” balasku.
“Dan kau menyukainya? Setampan apa dia? Aku tidak yakin kalau ia lebih tampan dariku” ujarnya sombong.
“Haha.. wajah kau itu setara dengan cangkang dangkomang” ledek ku.
Di perjalanan menuju pulang, kami tidak berhenti saling mengejek. Ia memang oppa yang menyebalkan, kenapa aku tidak mempunyai oppa seperti Yoon Dong oppa, oppa-nya Yeon Young. Tapi.. namja itu terlalu pendiam dan dingin. Pantas saja dongsaeng-nya juga seperti itu. Aku jadi takut kalau punya kakak namja seperti dia.
Yang paling sempurna adalah mempunyai oppa seperti Young Hoon, oppa sepupunya Dongyoo. Ia manis, baik hati, dan mempunyai lesung pipi. Kyaaa… !! Aku jadi ingat saat ia tersenyum ketika kami datang ke kediamannya. Beruntunglah kau Dongyoo.. tapi sayangnya hanya oppa sepupu, ahahaha..
“Yak! Sampai kapan kau akan melamun di sana heoh?” bentak Jaeyong oppa dari luar mobil, aku tidak sadar ternyata sudah sampai. Aku hanya menatapnya dengan kesal lalu turun dari mobil.
Hakyo POV end
>>> 
Di kampus. Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin, dan Taehyung sedang bermain basket di lapangan tepatnya di halaman. Karna di kampus tersebut menyediakan dua lapangan basket, yakni di dalam ruangan dan di luar ruangan tepatnya bersebelahan dengan pertamanan di kampus tersebut. Jadi mereka lebih memilih dan kerap bermain di lapangan terbuka.
“Taehyung-ah..!” teriak Jimin yang satu tim dengan Taehyung agar melemparkan bola padanya.
          Secepatnya Taehyung melempar bola tersebut dengan kekuatan penuh. Bola tersebut terlempar terlalu jauh hingga melewati keberadaan Jimin.
BUG!
          Bola itu mengenai wajah seorang namja yang tengah berjalan melewati taman di samping lapangan tersebut. Namja itu sekarang tengah terduduk di tanah sambil menutupi hidungnya yang terasa sakit mungkin, dua temannya terlihat khawatir dengan keadaannya sekarang.
“Yoon Dong-ah, gwaenchanayo?” tanya Heechon khawatir.
          Ia tidak menjawab, di usapnya darah yang keluar sedikit dari hidungnya. Ia menatap marah pada Namjoon dan teman-teman yang kini terdiam di lapangan sambil menatap ke arahnya. Yoon Dong langsung berdiri lalu berjalan ke lapangan basket.
“Siapa yang melempar heoh?!!” bentak Yoon Dong geram sembari mendekat ke arah Namjoon cs.
          Dengan ragu-ragu Jimin menunjuk ke arah Taehyung. Dan Taehyung kini tengah menatap dingin pada Yoon Dong yang sekarang malah berjalan tepat ke arahnya dengan membawa bola basket tadi. Dengan tempo cepat, Yoon Dong juga melemparkan bola tersebut pada Taehyung dan
BUG!!, bola itu tepat mengenai jidat Taehyung dengan keras.
          Merasa tidak terima, Taehyung datang ke arahnya dengan geram
BUG!!
          Sebuah tinjuan dari Taehyung mengenai sudut bibir Yoon Dong. Yoon Dong juga tidak mau kalah dan balas meninju wajah Taehyung dengan keras. Taehyung mencekram kerahnya sampai ia termundur ke belakang dan perkelahian hampir berlanjut.
“Yak yak yak yak…” Hoseok datang secepat mungkin ke arah Taehyung dan langsung memegangi lengannya.
          Taehyung mengelak dan ia kembali mencekram kerah baju Yoon Dong dengan tatapan tajamnya. Tetapi sekarang Seokjin juga ikut menahannya. Heechon dan Inhaeng juga mendekat lalu menarik Yoon Dong agar mundur. Yoon Dong dan Taehyung saling menatap satu sama lain dengan tatapan marah.
“Jeongmal mianhae.. kami tidak sengaja” Jimin membungkukkan tubuhnya pada Yoon Dong.
          Yoon Dong tidak menjawab apa-apa dan langsung pergi dari lapangan tersebut, di ikuti dengan Heechon dan Inhaeng. Taehyung masih menyaksikan kepergian ketiga orang tersebut dengan tatapan kesalnya.
“Siphal!” ia menyumpah sejadinya.
“Yak, kau sendiri yang melakukannya, buat apa kau marah” Yoongi terkekeh melihat tingkah dongsaengnya itu.
“Kau tahu sendiri kalau Taehyung sensitive” bisik Jimin pelan.
“Aaa.. setelah berkelahi dengan Jimin, kau berkelahi dengan kelas lain” Seokjin menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Taehyung.
          Taehyung meninggalkan hyung-hyungnya di lapangan tersebut masih dengan wajah kesalnya. Para hyung-nya saling menatap satu sama lain.
“Chakaman, sepertinya.. sebelumnya aku pernah melihatnya” Jimin memegang dagunya.
“Itu karna kita satu kampus pabo!” sambung Namjoon.
“Aniy, aku baru saja melihatnya di kampus ini..” Jimin membenarkan lagi.
“Itu karna kita baru melihatnya sekarang, kau pikir mengenali wajah mahasiswa di sini mudah? Haish..” cibir Hoseok.
“Jimin benar, aku juga merasa begitu..” Seokjin juga ikut memegangi dagu-nya.
“Aigo sudahlah. Jangan menambah beban pikiran.. kajja” Yoongi mengajak teman-temannya itu untuk pergi dari lapangan tersebut.
~~
Talk
Richan {Setelah pulang, kajja jalan-jalan }
Soo-ah {Nae nae nae }
Hakyo {Terdengar menyenangkan , aku akan menghubungi nan oppa}
Dongyoo {Jinja?  Ah arraseo arraseo}
Eunhwa {Yeeei, I like it! Traktiiir… }
Je In {Okay.. mumpung uang bulananku masih banyak }
Yeon Young {Aku mengantuk, keundae, gwaenchana.. }

          Di saat keheningan ketika Son seonsaengnim sedang sibuk menerangkan di papan tulis tanpa menoleh ke arah murid-muridnya. Kesempatan bagi Je In CS untuk mengetik pesan di tablet dan berkomunikasi lewat Talk. Lagi pula pelajaran saat ini adalah pelajaran terakhir. Jadi tidak ada salahnya mereka mulai rusuh.
Aku akan keluar sebentar malam ini, jadi ketika aku menghubungimu lagi, itu saatnya kau harus menjemputku, arraseo??  Huh!!!
SEND!
          Hakyo mengirim pesan tersebut pada oppa-nya, Jaeyong.
~~
          Setelah tiba di kawasan pameran malam. Mereka mulai berjalan kesana kemari untuk melihat berbagai macam pertunjukkan, games, event, pernak-pernik yang di jual, sampai pada makanan dan minuman.
Setelah beberapa menit kemudian. Mereka terpencar karna sibuk memperhatikan segala macam yang ada di pameran tersebut. Richan dan Soo-ah, Je In dan Yeon Young, Dongyoo dan Eunhwa, mereka berjalan entah kemana, mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Sementara Hakyo, ia tersesat sendirian. Ia berjalan mencari jalan keluar, tetapi karna kawasannya yang luas dan terlebih lagi banyak penungunjung yang berdatangan, jadi ia susah menemukan jalan keluar.
Hakyo POV
Omonaaa!! Aku di mana?? Ke mana mereka?? Jangan-jangan mereka sudah pulang! Aigooo.. Aku sangat lelah saat ini karna sedari tadi berjalan tidak henti-hentinya. Ku lihat ada warung kecil yang tidak banyak pengunjungnya. Aku pun segera berjalan ke sana dan masuk untuk beristirahat sebentar. Ku lihat ke tujuh orang tersebut tengah sibuk dengan aktifitas mereka, entah apa yang mereka lakukan aku tidak perduli. Aku  kembali sibuk dengan menelepon Jaeyong oppa.
Tut tut tut
“Yak!! Apa dia kencan lagi heoh?? iiish!!!” kata ku berbicara sendiri dengan kesal, aku tidak perduli orang-orang yang ada di belakang ku itu ingin mengataiku apa, aku memang sedang geram sekarang.
Hakyo POV end
~~
“Wuahahaha…. Huuuuuu!! Kalian kalah… hahahahaha” gelak tawa Namjoon membuat berisik warung tersebut.
“Hahahaha… ini menyenangkan” tak kalah Yoongi juga tertawa puas.
“Hehehehe, yak kau golden maknae, kemana perginya golden andalanmu itu heoh? Hahaha…” ejek Seokjin sambil menunjuk wajah Jeongkook.
“Yak, kalian harus siap menerima hukumannya. Wahahaa…” Hoseok memegangi perutnya karna ia tertawa kelewat batas.
          Jimin dan Taehyung hanya dapat tertawa pasrah mendengar tim mereka kalah. Sementara Jeongkook, ia sudah merasa tidak nyaman dengan akal para hyung-nya tersebut.
Jeongkook POV
Ku lihat mereka tengah berbisik sambil membelakangi kami, sementara Taehyung hyeong dan Jimin hyeong, mereka asik bertudingan satu sama lain tentang hukuman apa yang akan di berikan. Pasti hukuman sekarang menyebalkan. Apa mereka merencanakan untuk menggoda Halmeoni lagi? Aah.. michigeseo..!.
“Aahh.. ini dia hukumannya” kata Hoseok hyeong, mereka berbalik ke posisi semula.
“Men..dapat..kan yeo…ja..” kata Namjoon hyeong slow motion dengan gaya tangan kasnya.
“Geurae..” tambah Seokjin hyeong setuju.
“Hm.. itu mudah” aku mengacungkan jempolku.
“Sombong sekali kau, mentang-mentang populer di sekolah” cibir Jimin hyeong.
“Waeyo? Apa kau cemburu? Haha.. aku tahu kau itu tidak laku hyeong.. hahaha” tawaku lalu di ikuti yang lainnya, dan sekarang wajah Jimin hyeong tampak kusut.
Taehyung hyeong hanya tersenyum-senyum memperhatikan kami yang heboh berbicara. Itu memang kebiasaannya, ia seperti mati kutu ketika kami sibuk berdebat. Tetapi ia akan jadi gila ketika semuanya diam. Dasar alien.. ckckck. Apa ia tidak berpikir bagaimanakah ia harus mendapatkan yeoja? Dasar alien.. aku yakin ia belum berpengalaman. Hahaha… Hm, dari pada berlama-lama dan membiarkan hukuman ini menghantui pikiranku, lebih baik aku beraksi sekarang.
Aku mulai berdiri dari kursi ku, niatku adalah keluar dari warung ini dan mencari yeoja manis di sekitar pameran ini. C chakaman! Ternyata baru ku sadari di warung ini ada satu yeoja, nae.. ia tengah membelakangi kami. Dari pada Jimin dan Taehyung hyeong yang lebih dahulu mengambilnya, aku harus bertindak secepat mungkin dan membuktikkan pada para hyeong bahwa aku ahli dalam hal ini, ahahah..
Para hyeong mulai berbisik ketika melihatku yang mulai berjalan mendekati yeoja itu, hah.. biarkanlah burung meraung.
Cause your sex takes me to paradise
Yeah your sex takes me to paradise
And it shows, yeah, yeah, yeah
Cause you make me feel like,
I've been locked out of heaven
For too long, for too longYeah
you make me feel like,
I've been locked out of heaven
For too long, for too long~
Tanpa basa-basi aku langsung menyanyikan lagu dari Bruno Mars Locked Of Heaven sambil berjalan mengitari yeoja tersebut mencoba menggodanya, layaknya JB yang menyanyikan lagu One Less Lonely Girl untuk fans-nya. Ia tidak menatapku dan sepertinya memang tidak menyadari keberadaan ku. Hei, aku bukan pengamen arraseo?.
Karna melihatnya yang tidak meresponku, langsung saja aku duduk tepat di samping yeoja tersebut.
“Annyeonghaseo” dan ketika aku menatap wajahnya, dan ia yang langsung menatapku, ia kan… yeoja yang menabrak dadaku kemarin??.
“Neo? Wae?” tanyanya terlihat bingung, tapi kenapa aku rasa ia terlihat sedikit bergetar?.
Ku lihat para hyeong sedikit menahan tawanya karna melihat aku dan yeoja ini. Aku kembali menatap yeoja yang kini berada di sampingku sambil menundukkan wajahnya.
“Jeongkook imnida” aku mengulurkan tanganku padanya.
“Arro, Hakyo imnida, bangawoyo..^_^” yah, aku sudah bisa menebak itu, tidak mungkin haksaeng yeoja Hannyoung tidak mengenaliku. Hahaha..
“Nado..” aku tersenyum begitu manis padanya, tetapi tiba-tiba saja aku melihat perubahan aneh padanya, pipinya memerah begitu saja.
Jeongkook POV end
          Namjoon, Yoongi, Hoseok, Seokjin, dan Jimin asik menertawakan mereka dengan diam-diam, sementara Taehyung hanya menampakkan reaksi blank-nya dengan mulut terbuka.
“Yak! Kau yang tertawa paling over, kau juga kena hukuman arraseo?” akhirnya Namjoon berhenti tertawa, tetapi tidak untuk Jimin.
“Ah hyeong.. perutku sakit wuahahaha…” Jimin.
“Kenapa kalian masih di sini?” Hoseok mengerutkan keningnya menatap pada Jimin dan Taehyung.
“Ah besok saja hyeong, aku ingin membeli gelembung” kata Taehyung asal dan ia pun meninggalkan warung tersebut.
“Nado nado.. di sini tidak ada yang cantik, lain kali saja nae..” Jimin juga ikut keluar.
“Ck, dasar..” decak Seokjin.
“Gwaenchana, kita akan lihat. Apa mereka bisa melakukannya atau tidak” ujar Yoongi.
 “(Aaaaa mwoya ige..???? aaahh simjangi twinda!!. Hm, kau harus kuat Lee Hakyo! Ini adalah kesempatan yang tidak boleh di abaikan)” gerutu Hakyo di benaknya berusaha tetap terlihat tegar.
          Cukup lama Jeongkook dan Hakyo saling diam. Hakyo hanya berpura-pura memainkan tabletnya karna ia sungguh mati kutu sekarang. Sementara Jeongkook, ia hanya menyanyi-nyanyi kecil.
Tetapi tiba-tiba saja Jeongkook menumpukan wajahnya di atas meja tersebut sambil menatapi Hakyo. Hakyo yang menyadari itu menjadi sedikit salah tingkah.
“W waeyo?” tanya Hakyo berusaha menyembunyikan kegugupannya. Jeongkook hanya menggeleng dan tetap menatapnya sambil tersenyum.
“Hakyo-ssi..” panggilnya.
“N nae?” yeoja itu semakin bergetar sebab tatapan sendu Jungkook yang begitu mempesona.
“Naneun…”
Drrrrrddddddddddd~
          Pembicaraan Jeongkook terpotong karna Hakyo yang tiba-tiba mengangkat tabletnya yang tengah bergetar.
“Yak pabo! Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku heoh?? Kau kencan kan???. Haiiish jinja, jemput aku di depan taman pameran arraseo??”
Tut~
“Mian.. aku harus pulang. Annyeong..”
          Hakyo bergegas keluar dari warung tersebut. Jeongkook hanya menyaksikan bayang-bayangnya yang sudah menghilang cepat dari pandanganya itu dengan wajah yang sedikit kecewa.
“Gwaenchana, gwaenchana, ahahaha..” ejek Hoseok tertawa geli melihat Jungkook yang di tinggalkan yeoja itu.
“Uljima Kookie-ah..” tambah Seokjin bermaksud mengejek.
“Ehehe..” Jeongkook hanya tertawa pasrah.
“(Jadi ia sudah mempunyai namjachingu? Aigoo.. untung saja aku belum sempat mengatakan cinta padanya. Kalau tidak, mungkin ketika Hakyo menolak pasti para hyeong sudah menertawaiku, huh!!)” batin Jungkook yang sedikit merasa malu.
Jungkook segera berdiri dari kursi di mana ia duduk tepat bersebelahan dengan yeoja tadi. Ia pun berbalik untuk kembali ke tempat para hyung-nya.
“Annyeonghaseo” tiba-tiba saja suara yeoja terdengar memberi salam pada mereka yang tengah berdiri di ambang pintu kedai tersebut.Mendengar suara yang tidak asing itu, Jungkook berbalik kembali.
“Jeongkook-ssi.. apa.. kau ingin mengantarkanku ke luar? Sebenarnya aku sudah tersesat sejak tadi” yeoja itu tidak lain adalah Hakyo. Jeongkook sedikit menatapnya dengan tidak percaya.
“Oh tentu saja, kajja..” dengan cepat mood-nya yang low kembali high karena Hakyo yang kembali padanya.
          Hakyo dan Jeongkook berjalan pelan menuju keluar. Mereka kembali diam satu sama lain. Jeongkook yang sudah pupus harapannya sangat yakin ia tidak akan bisa mendapatkan Hakyo dan ia terpaksa mencari yeoja lain lagi. Tetapi Hakyo, sedari tadi ia belum juga bisa meredakan debaran di jantungnya hingga sekarang. Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Jeongkook-ssi..” tegur Hakyo sambil memainkan kedua jari telunjuknya.
“Nae?”
“Boleh aku minta sesuatu?” tanya Hakyo dan masih memainkan kedua jari telunjuknya.
“Nae, mwoya?” Jeongkook menaikan alisnya. Hakyo menyurungkan tabletnya pada namja itu.
“Tolong.. tuliskan nomor teleponmu” kata Hakyo ragu.
“Apa kau tidak takut namjachingumu marah karna kau menghubungiku?” tanya Jeongkook khawatir.
“Eoh? Aku tidak mempunyai namjachingu.. berpacaran saja tidak pernah” bela Hakyo yang terkejut dengan pertanyaan namja itu.
“Jadi tadi..”
“Aaa arro, tadi itu oppa-ku” jelas Hakyo jujur.
“Geuraeyo? Ah mian aku terlalu berpikiran negative. Tapi untunglah..” ujar Jeongkook menghela nafasnya lega.
“Untunglah? wae?” kini Hakyo-lah yang menatap Jeongkook dengan curiga.
“E ehehe.. bukan apa-apa..” Jeongkook berusaha tersenyum di hadapannya.
“Ah itu dia..” Hakyo sudah bisa melihatnya mobil Jaeyong yang sudah menunggu di tepi taman tersebut.
          Tanpa ragu-ragu Jeongkook mengikuti Hakyo yang berjalan menuju mobilnya. Dan ketika Hakyo sudah memasuki mobil tersebut, mobil itu belum berjalan juga. Dengan iseng Jeongkook pun memperhatikan mobil tersebut dari jarak yang lumayan dekat, kurang lebih 3 meter.
“Kau berpacaran nae?” tanya Jaeyong melihat sadar akan Hakyo di temani oleh namja itu.
“Aniy, ia hanya temanku” bela Hakyo jujur.
“Lalu, mengapa ia terus memperhatikan kita? Dan kau tidak lihat? Kini ia tengah tersenyum-senyum” desak Jaeyong mulai heran dengan dongsaengnya tersebut.
“Mungkin dia gila.. ayolah pergi dari sini oppa..” Hakyo sudah takut dengan sikap oppa-nya, karna jika eomma-nya tahu ia berpacaran, ia akan di marahi habis-habisan.
          Tanpa basa-basi Jaeyong menurunkan kaca mobilnya dan menatap Jeongkook yang masih tersenyum dengan tatapan bingug, ia tersenyum tepat pada Hakyo bukan Jaeyong.
“Jinja saranghamnida Hakyo-sii…!!” teriak Jeongkook semangat tanpa terduga oleh Hakyo sendiri. Membuat kedua bola mata yeoja itu terbelalak kaget.
          Di benaknya saat ini Hakyo bingung antara senang dan takut. Ia sungguh sangat senang karna ternyata Jeongkook memang menyukainya seperti apa yang di tebak-tebaknya akhir-akhir ini. Tetapi ia juga takut karna ia tengah berhadapan dengan Jaeyong sekarang. Ia membisu seketika, di alihkannya pandangannya ke depan, tidak ingin menatap namja itu di mata oppa-nya. Semenatara Jaeyong, ia mengangkat kedua alisnya menatap Jeongkook, tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh anak kecil di seberang sana.
Ngeeeeng~
          Belum sempat Jeongkook mendengar balasan apa yang di katakan oleh Hakyo, mobil tersebut sudah melaju terlebih dahulu. Ia hanya menatap kepergian mobil itu dengan mulut yang menganga.
“Yak yak menjauh..!” Jaeyong menyingkirkan tangan Hakyo dari setiran. Ternyata yeoja itu yang menjalankan mobilnya agar cepat meninggalkan Jeongkook.
“Oppa jangan salah paham arra? Ia hanya bercanda” Hakyo mencoba menjelaskan dengan perasaan was-was.
“Eoh, ini adalah tanda-tanda anak muda seperti kau akan berpacaran. Bagaimana pun aku akan mengadukan pada eomma” Jaeyong mengangguk-anggukan kepalanya.
“Andwae andwae!, jujur aku memang menyukainya. Keundae.. keundae….” Hakyo tidak bisa meneruskan kata-katanya.
“Itu semakin memperkuat fakta bahwa kalian berdua tidak lama lagi akan berpacaran” prediksi kakak laki-lakinya itu terdengar mengancam.
“Jebaaal.. jangan adukan pada eomma..” kini Hakyo menarik-narik lengan baju Jaeyong.
“Tetap akan ku adukan”
          Mendengar kata-kata Jaeyong yang sungguh membuat Hakyo sakit hati. Hakyo pun berhenti untuk berdebat dengannya. Ia menatap kaca mobilnya dengan muka masam. Melihat Hakyo yang kini diam tanpa menatapnya, Jaeyong pun merasa iba.
“Yak..” tegur Jaeyong.
          Saat itu pula mereka sampai di depan rumah. Tanpa menjawab Hakyo langsung keluar dari mobil dan menghempaskan pintunya dengan keras. Ia masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa memberi salam, padahal eomma dan appa-nya tengah bersantai di ruang tengah.
“Apa yang terjadi dengan anak itu?” eomma-nya menatap Jaeyong yang baru masuk.
“Jhoneun mollaseo..” Jaeyong mengangkat kedua bahunya.
          Melihat Hakyo yang tengah bad mood ia membatalkan niatnya untuk mengadukan hal tadi pada eomma-nya, ia takut terjadi apa-apa pada dongsaengnya tersebut.
 >>>
Jeongkook POV
Aku tidak habis pikir dengan Hakyo, yeoja yang pergi begitu saja setelah aku mengungkapkan perasaanku padanya. Ia pikir ini sebuah gurauan?. Mungkin.. ia takut jika harus berpacaran denganku. Siapa yang tidak kenal denganku di sekolah ini, hampir para yeoja di sini tergila-gila padaku.
 “Aa.. Jeongkookie annyeonghaseo.. neomu saranghae..”
“Nado saranghae^^”
Aah baru saja terlintas di pikiranku, mereka sudah menyapaku dalam waktu yang masih pagi ini. Membuat tingkat percaya diriku melewati batas yang telah di tentukan. Anggap saja aku sebagai artis di sekolah ini, hanya saja tidak ada bodyguard yang berjalan di kiri-kananku.
Pikiranku kembali tertuju pada Hakyo. Jadi itulah alasan mengapa ia tidak menerimaku, takut jika diriku ini seorang namja playboy karna suka berganti pasangan dengan fans sendiri, mungkin.
Aku memang sering mendapatinya tengah menatapku, sama seperti yeoja-yeoja lainnya yang juga memperhatikanku dengan teliti. Tapi, ia memiliki cara pandang yang berbeda. Tatapannya tidak menawan, hanya saja.. ah apa itu aku tidak tahu!. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi dari balik tatapannya tersebut ketika ia menatapku. Jujur, sebelumnya aku tidak pernah kenal ataupun mengenalnya. Yang ku tahu ia hanya seorang haksaeng di sekolah ini dan aku rasa ia menyukaiku, tapi untuk selanjutnya entahlah.
Yak, apakah itu dirinya?. Saat ini aku tengah berjalan di koridor bangunan sekolah ini. Ia terlihat jauh di depanku, terhalang beberapa  hakseng lainnya hingga aku kesusahan memastikannya, apakah itu Hakyo atau bukan. Ku percepat langkah kakiku menerobos kerumunan hakseng yang baru berdatangan tersebut.
“Oppa oppa..”
Sial, anak kelas 10 sedang menghadangku sekarang dengan membawa note kecil beserta bolpoin di tangannya. Aktivitas semacam ini juga sudah kerap aku lalui, mereka meminta tanda tanganku.
Entah itu beraturan atau tidak, aku hanya mencoret-coretkan tintah bolpoin itu ke atas note tersebut karna pandanganku terus ke depan, memastikan apakah yeoja itu sudah menghilang.
“Ige ige” ku serahkan secara paksa barang-barang itu kepada pemiliknya lalu berlari berusaha mengejar Hakyo.
“Gamsahamnida….” Yaah.. aku masih dapat mendengar teriakan terima kasih anak malang itu.
Jeongkook POV end
          Terlambat. Jeongkook sudah kehilangan jejak Hakyo. Ia berdiri tegap berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil menatap lebar ke depan di tengah-tengah koridor tersebut.
“Aah sial..” ia mengacak rambutnya kesal.
~~
          Dengan ekspresi yang tidak bisa di sembunyikan, Hakyo memasuki ruangan kelasnya dengan wajah bahagia. Eunhwa dan Dongyoo yang menyadarinya dengan cepat menyambarnya.
“Wae? wae??” Dongyoo mendekat ke arahnya.
“Kau tahu..??” tanya Hakyo begitu senang.
“Apa? Cepatlah katakan” ujar Eunhwa gusar.
“Kau tahu kau tahu????” kini ia memegangi pundak Dongyoo.
“Jeon Jeongkook menyukaiku… yeeeeii…………” ia berteriak keras lalu meloncat-loncat hingga beberapa haksaeng lain menatapnya aneh.
“Wuaa jinja?” Richan juga mendekat.
“Nae nae, ketika pulang dari pameran kemarin malam. Aku tidak sengaja bertemu dengannya.. ah senangnya..” Hakyo menumpukan dagu ke atas dua telapak tangannya.
“Lalu, bagaimana bisa dia dengan cepat menembakmu?” Soo-ah mengerutkan jidatnya.
“Molla, aku juga bingung. Tapi yang pasti ia benar-benar mengatakan kalau ia munyukaiku” ia masih tersenyum dengan mata yang menerawang ke atas.
“Baguslah, akhirnya cintamu tidak bertepuk sebelah tangan” tambah Yeon Young tersenyum simpul.
“Sepertinya ada sesuatu di balik ini” Je In memegang dagunya berusaha berpikir.
“Jadi, maksudmu Jeongkook hanya terpaksa melakukannya?” Hakyo langsung menatap tajam pada Je In.
“Kemungkinan, sebelumnya kalian tidak pernah kenal kan?” Hakyo menggeleng dengan wajah polos mendengar pertanyaan Je-In yang suka menerka-nerka itu.
“Tapi aku juga tidak tahu apa alasan yang tepat. Yang ku tahu, anehnya ia langsung mengatakannya padamu”
“Yak, bagaimana jika ia memang mempunyai rasa pada Hakyo huh?. Kenapa sepertinya kau tidak setuju jika Jeongkook menembak Hakyo?” Eunhwa mengganti alih pembicaraan Je In. Sementara Hakyo kembali dengan wajah cerianya.
“Sudahlah, semoga saja Jeongkook tidak mempermainkan Hakyo. Kita juga belum tahu dengan sifat namja itu, yang kerap kita tahu ia adalah artis di sekolah ini” keadaan kembali tenang ketika Dongyoo buka mulut.
“Nde, temuilah dia jika kau sendiri merasa janggal. Cari tahu yang sebenarnya” Richan memegang pundak Hakyo. Berusaha memberi saran agar Hakyo sendiri tidak tertipu oleh Jeongkook, namja favorit tersebut. Karna tampangnya ia memang seperti namja playboy.
“Hm, aku akan lihat keadaan terlebih dahulu” jawab Hakyo. Kini ia terlihat tidak seceria tadi.
~~
          Di waktu luang istirahat, Hakyo bersama teman-temannya berjalan santai menuju kantin. Ia terus memikirkan perkataan yang keluar dari mulut Je In tadi, rasa sakit tentunya sedang berkumpul di hatinya sekarang. Di tambah lagi Jeongkook memang mempunyai banyak fans di sekolah ini, membuatnya merasa terpojokkan.  
          Dan tepat, ia tidak sengaja mendapati Jeongkook yang tengah berbicara dengan teman sebayanya di dekat tangga, namja tersebut juga tidak sengaja bertemu pandangan dengan Hakyo. Membuat yeoja itu mengalihkan pandangannya dengan sedikit salah tingkah.
“Nanti sambung lagi” ujar Jeongkook dan berlalu meninggalkan temannya tersebut.
“Yak..” panggilnya dan Hakyo berpura-pura tidak mendengarkan sambil tetap berjalan ke depan, membuntuti teman-temannya.
          Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Jeongkook dengan mudah mendapatkannya. Jeongkook menahan pundak Hakyo, membuat yeoja itu menghentikan langkahnya dan mau tidak mau berbalik menghadapnya. Soo-ah, Richan, Yeon Young, Dongyoo, Je In, dan Eunhwa tersadar atas kehadiran namja itu, mereka sedikit membuat komunikasi dengan kedipan mata agar meninggalkan Hakyo bersama Jeongkook.
“Kami duluan” kata Richan pelan, dengan wajah pasrah Hakyo berusaha tersenyum. Sebenarnya ia bimbang sekarang, belum pernah merasakan berduaan dengan seorang namja ketika di sekolah.
“Mian mengganggu, tapi bisakah kau ikut aku sebentar?” Jeongkook memasang wajah innocent-nya. Mendengar itu, Hakyo menundukkan pandangannya, ia bingung antara suka dan tidak suka. Suka, tentunya karna ia juga penggemar Jeongkook. Tidak suka, karna beranggapan kalau saja kata-kata Je In memang benar, lagi pula jika ia harus menerima cinta namja itu, orang tuanya lah yang menjadi masalahnya.
“Nde” tanpa ia sadari sendiri, ia menyetujui permintaan Jeongkook. Membuat namja itu tersenyum senang.
~~
Hakyo POV
Taman, seperti di drama-drama romantis. Jeongkook, namja yang selama ini aku gilai, yang selalu saja ku perhatikan secara diam-diam. Ia sekarang tengah duduk satu bangku panjang denganku di taman ini, tapi aku tetap menjaga jarak padanya. Takut kalau aku harus jadi bahan pembicaraan yeoja-yeoja lain, terutama fans Jeongkook.
“Wae?” ia berusaha memperhatikan wajah yang ku tekuk ke bawah, dan sedikit menggeser tubuhnya mendekati ku.
“Cepatlah, aku tidak ingin para yeoja di sekolah ini membenciku” kataku tanpa menatapnya, entah kenapa sekarang aku sedikit merasa risih padanya. Kemana perginya rasa tergila-gila ku itu?.
“Mwo? Ahaha.. tenanglah. Aku akan bilang kalau kau noona ku” jawabnya enteng sambil terkekeh kecil. Aaah, sekarang ia sungguh terlihat playboy. Dan bagaimana mungkin ia mengatakan jika aku noona-nya? Bukankah aku dengannya satu angkatan? Apa maksud dari kata noona itu huh??.
“Yak cepatlah, apa maksudmu membawaku ke sini..??” kini aku mendesaknya, menatap wajahnya yang kini menampakkan reaksi sedikit terkejut. Apa sikapku keterlaluan?.
“Wae, kau marah? aah cha cha.. aku hanya ingin tahu apa balasan dari kata-kataku kemarin malam” ia menatap mataku dengan jelas, menopangkan dagunya pada telapak tangan kanannya, menunggu jawabanku. Jujur, sifatnya membuatku hampir gila sekarang. Bagaimana aku harus menyembunyikan wajah panasku ini?”
“A aa itu..,”
“Aku sungguh membutuhkanmu sekarang, kasarnya.. aku memang memaksamu. Eottae?”
DEG!
Mwo?? Mwoya??. Sakit, sakit yang ku rasakan sekarang. Aku menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Merasa harga diriku benar-benar hilang, perkataan Je In memang benar adanya. Namja seperti dia tidak akan ku terima. Apa maksud dari semua ini? Ia coba menjadikanku kelinci percobaan begitu huh?. Yang ku butuhkan hanyalah cinta yang tulus. Jika seperti ini ia memang sedang mempermainkanku, shit!.
“Kau pikir aku yeoja yang mudah di pengaruhi huh?. Aku memang menyukaimu, nde.. lebih tepatnya aku tergila-gila padamu.” Urat malu ku sudah putus, ku katakan yang sebenarnya tepat di depan namja yang ku gilai tersebut. 
“Tapi semua itu sirna, hilang.. kau hanya ingin mempermainkanku kan?” kedua matanya sedikit membulat ketika aku menyambarnya dengan kata-kata tersebut. Tanpa berlama-lama aku langsung berdiri dari kursi ini.
“Tapi ini bukan seperti yang kau pikirkan Hakyo-ssi” ujarnya sembari menahan pergelangan kananku. Aaah sudahlah, ia pikir aku akan percaya dan luluh. Dengan kasar, aku menarik tanganku dan meninggalkannya sendiri di kursi tersebut.
Hakyo POV end
          Jeongkook tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kecil melihat Hakyo yang hampir menghilang dari jarak pandangnya karna terhalang oleh haksaeng lain. Dengan santainya ia melipat kedua tangan di depan dadanya.
Jeongkook POV
Pabo, ia pikir aku  akan menyerah begitu?. Aku akan mendapatkan apa yang ku inginkan. Lalu, apa kata para hyeong jika aku tidak berhasil mencari yeoja??. Sebenarnya pekerjaan tersebut sangatlah enteng, aku masih punya banyak fans, tidak mungkin mereka menolakku jika aku menembak mereka. Tapi, yang ku inginkan hanya Hakyo, harus ku katakan lagi kalau yeoja itu sedikit berbeda. Ia mempunyai tatapan aneh padaku, aku harus mengetahuinya. Dan jika aku mendapatkannya, ia akan ku pamerkan pada hyeong-hyeong. Hahaha..
Jeongkook POV end
~~
“Annyeong..”
        Je In, Hakyo, Dongyoo, Eunhwa, Richan, Soo-ah, dan Yeon Young berpisah di depan sekolah besar mereka. Nae, setiap pukul kurang lebih 15.00 KST mereka harus pulang, tetapi bukan ke rumah melainkan untuk kerja paruh waktu. Je In, ia mulai mencari kerja ketika berada di kelas 10 bersama Yeon Young, hanya saja mereka berbeda tempat, ia bekerja di sebuah Perpustakaan kota. Soo-ah, ia bekerja di Beauty Salon dan sudah memulai pekerjaan tersebut sejak ia menginjak di kelas 12 seperti sekarang. Yeon Young, ia menuruti kata Eomma-nya untuk bekerja di sebuah Caffe. Dongyoo, ia mengambil kerja paruh waktu di sebuah market besar dan menjadi kasir di sana bersama Eunhwa, mereka memang sangat dekat sampai-sampai kerja paruh waktu pun mengambil tempat yang sama, mereka mulai bekerja ketika kelas 11. Hakyo, ia menjadi pelayan di restoran dan ia-lah yang paling lama di antara yang lainnya mengambil kerja part time. Richan, ia bekerja di sebuah toko majalah dan hampir sama dengan Soo-ah, ia yang paling terakhir mencari kerja.
          Seperti sekarang ini, Hakyo harus berpisah dari teman-temannya. Ia sendiri yang memiliki pekerjaan yang tidak sejalur dengan yang lain, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Untuk menempuh ke tempat kerjanya, yakni sebuah restoran Myongji yang cukup banyak di kunjungi orang-orang, ia harus melewati gang kecil, itulah sebabnya ia harus berbeda arah dengan teman-temannya.
          Sembari berjalan dengan wajah tertunduk, jarinya tidak berhenti untuk mengusap layar tabletnya, mengecek aplikasi SNS untuk melihat berita atau informari terbaru dari yang lain. 
          Hakyo terlalu sibuk sekarang, bahkan seseorang yang sedang berjalan sekitar 4 meter di belakangnya saja tidak ia sadari. Salah seorang murid yang berasal dari SMA Hannyoung juga, ia sengaja membuntuti Hakyo. Ia namja yang di jadikan Hakyo sebagai idola dalam hidupnya, Jeon Jeongkook.
          Sore itu Jeongkook tetap berjalan dengan santai sembari memperhatikan Hakyo yang tengah sibuk dengan pekerjaannya sendiri di depannya. Dan ia dapat mendengar beberapa dering pemberitahuan dari tablet yeoja tersebut di tengah kesunyian jalan itu. Sesekali ia tersenyum kecil, ia tidak akan menganggu Hakyo sebelum yeoja itu sendiri mengetahui keberadaannya. Jadi ia tetap mengikuti langkah Hakyo, kemana ia akan pergi.
          Setelah hampir 1,5 km berjalan, Jeongkook terdiam menghentikan langkahnya lantasan melihat yeoja yang ia ikuti sedari tadi memasuki restoran Myongji, sebuah restoran mewah yang sudah di bangun oleh appa-nya sejak 4 tahun yang lalu. Perasaannya Hakyo mungkin akan mengisi perutnya di restoran itu. Ia pun kembali berjalan dan akhirnya memasuki restoran yang manager-nya adalah appa-nya itu sendiri. Ia sangat jarang mengunjungi tempat itu, baginya tidak penting untuk melakukan hal tersebut. Jika ingin makan, ia hanya pergi ke kedai yang menjual ramyeon siap saji. Tidak ingin orang-orang mengetahui hal tersebut dengan berlebihan.
          Jeongkook tahu saat ini appa-nya sedang berada di kantor, jadi ia lebih leluasa berkeliling di tempat itu. Hanya beberapa pelayan saja yang mengenalnya, tahu bahwa ia adalah anak dari pemilik restoran itu.
           Matanya melebar memperhatikan pengunjung di ruangan besar restoran itu, tetapi ia tidak melihat haksaeng mengenakan seragam yang sama persis dengannya, yang tidak lain adalah Hakyo.
Dan keputusan selanjutnya adalah membawa kedua kakinya menuju toilet. Ia berdiri menatap semua pintu toilet perempuan yang semuanya tertutup rapat.
Pintu toilet paling ujung terbuka, menampakkan yeoja yang mengenakan seragam waitress hitam-putih di atas lutut, di sertai bando putih yang melintang menghiasi kepalanya, yakni itu adalah seragam seorang pelayan dan tidak lain yeoja itu memang Hakyo. Tentu saja pemandangan yang Jeongkook lihat saat ini mampu membuatnya hampir terperangah, yeoja tersebut begitu mempesona dengan pakaian yang ia kenakan. Hakyo, ia juga tidak bisa menahan debaran jantungnya ketika mendapati Jeongkook secara tiba-tiba ada di depan ruang toilet yeoja tersebut. Tetapi ia sedikit memandang namja itu dengan sinis.
          Merasa tidak nyaman, Hakyo pun melangkahkan kakinya, berusaha pergi dengan melewati seorang Jeongkook yang tengah berdiri di tembok L ruangan tersebut.
“Yak”
          Dengan tanggap Jeongkook meraih pergelangan kiri Hakyo, menariknya hingga Hakyo tersandar di tembok, tepat berhadapan dengannya. Di tatapnya kedua mata Hakyo yang tampak sedikit tegas karna garis eyeliner tersebut.
“Sepertinya dengan sedikit ancaman, mungkin akan membuatmu sepenuhnya jadi milikku” tutur Jeongkook pelan, pupil hitamnya bergerak menjelajahi setiap inci wajah yang sedang ia hadapi sekarang, dan berhenti tepat di ukiran bibir mungil Hakyo. Menatapnya dengan begitu lekat, seakan-akan ia ingin melumatnya habis.
          Jarak sedekat ini tentunya membuat Hakyo gila sekarang, tempo detak jantungnya mungkin sudah setara dengan kecepatan pesawat zet. Jeongkook terlalu tampan di hadapannya, membuatnya kehilangan apa yang seharusnya tidak ia lakukan sekarang. Ia terjerat dalam pesona namja itu. Bahkan ia tidak sempat sama sekali mencerna perkataan yang barusan terlontar dari bibir Jeongkook.
          Sesaat penglihatan Hakyo menjadi berkabut, tapi ia dapat merasakan nafas hangat Jeongkook yang menerpa kulit mukanya. Ia juga dapat merasakan jarak antara wajah mereka berdua semakin bertambah dekat. Hidung namja itu sudah menempel ke hidungnya.
Cup~
          Kaku, kaku yang Hakyo rasakan sampai-sampai ia hampir tidak berkedip saat ciuman singkat itu mendarat di bibirnya. Jeongkook kembali menatapinya setelah berhasil merasakan bibir Hakyo.
“Ikutlah besok denganku, kau akan tahu apa yang aku inginkan. Arraseo?” ia mengacak rambut terurai Hakyo dan pergi meninggalkannya yang masih mematung di sana.
          3 menit kemudian. Hakyo terkejut ketika mendapati dirinya yang sudah melamun terlalu lama.
“OMO..!!” ujarnya tiba-tiba dengan reaksi depresi sambil memegangi bibirnya yang terasa seperti bantalan sosis tebal.
Hakyo POV
Ciuman racun itu..! ia membuatku hampir terlena karnanya. Sadarlah Lee Hakyo..! bagaimana sampai ada yang mengintip kejadian tadi dan akhirnya sampai pada telinga Jaeyong oppa?? bagaimanaa??? aku bisa mati!. Keundae.., apa, maksud dari kata-katanya tadi?. Mengancam? Membawaku ke sebuah tempat?? YAAAK… APA MAKSUD DARI SEMUA INII..??!!”
Hakyo POV end
~~
          Sejak sepulang dari restoran appa-nya Jeongkook sudah berkumpul dengan para hyung-nya. Kerja part time? Iya tidak melakukannya, berkali-kali kedua orang tuanya memaksa untuk mencari kerja part time. Tapi, manusia yang merasa dirinya sudah kaya itu, Jeongkook tidak ingin melakukannya. Padahal mereka melakukan itu agar Jeongkook mandiri. Ia hanya ingin berhura-hura, yakni seperti sekarang.
          Dan saat ini, ketika matahari sudah tergantikan oleh bulan. Ia mengikuti jejak hyung-hyungnya untuk pergi ke sebuah bar. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia lakukan.
“Jiminie hyeong, Taehyungie hyeong. Eottae? Kalian sudah melakukannya?” sambil memegangi perut gelas wine, Jeongkook menatap Jimin dan Taehyung yang duduk di samping kirinya.
“Nae, tapi taktik ku tidak berhasil” sahut Taehyung sembari menatapi gelas kosong yang ia genggam sekarang, sementara Jimin tidak merespon pertanyaannya sama sekali, namja itu terlalu mabuk.
“Ahaha, memangnya apa yang kau lakukan hyeong? Aku merasa kalau kau melakukan hal yang aneh” cibir Jeongkook dengan wajah yang meremehkan, ia sedang menyindir Taehyung sekarang.
“Mollaseo..” Taehyung menghembuskan nafasnya panjang. Menatap dingin ke depan.
“Berhentilah bersifat aneh, yeoja tidak akan suka dengan tingkah tidak jelasmu. Kau harus bisa buat mereka jatuh dalam pesonamu, seperti.. menciumnya dengan tiba-tiba. Nae..” saran Jeongkook layaknya ia seorang penakluk yeoja, membuat Seokjin berdehem sekaligus membenarkan posisi duduknya, sementara Yoongi dan Hoseok saling menatap.
“Yak Kookie-ah, aku tidak tahu kalau kau ahli dalam hal itu. Aku merasa iri padamu” ujar Seokjin, entah Jeongkook sadar atau tidak kalau kata-kata Seokjin barusan adalah sindiran. Karna ia namja termuda di sana, pantas saja para hyung-nya hanya menggelengkan kepala dengan tingkahnya yang bak laki-laki dewasa.
“Ah arraseo-arraseo hyeong”
          Jeongkook menuangkan wine miliknya lagi ke dalam gelas, tinggal satu tegukan untuk menghabiskannya. Ujung hidungnya sedikit memerah karna efek dari alchohol tersebut.
>>> 
          Keadaan masih pagi, seperti halnya Dongyoo, Eunhwa, Richan, Soo-ah, dan Je In yang sibuk membicarakan seorang namja. Keadaan itu pula yang sontak membuat Hakyo teringat pada namja yang menciumnya kemarin sore. Membuat jantungnya kembali berdetak cepat. Tetapi hatinya muncul sesuatu yang ingin sekali ia lakukan, ia benar-benar ingin mengetahui bagaimana perkembangan pribadi teman-temannya saat ini. Apakah mengalami hal yang sama dengan dirinya.
“Yak, apa akhir-akhir ini kalian mempunyai rasa pada seorang namja?. Dan sebelum kalian bertanya, sudah pasti jawabanku adalah Jeongkook. Kalian sudah mengetahuinya sejak dulu bukan?. Sekarang aku ingin tahu dengan kalian” Hakyo mengubah pembicaraan yang sedikit berbeda sekarang.

“Jaeyong Oppa…” sambar Eunhwa nyaring dan Hakyo sudah tahu betul untuk jawaban yang satu ini.

“Haha si pabo” ledek Hakyo. Ia memang kerap melakukannya pada Jaeyong.

“YAAK!!” Eunhwa menatapnya tajam.

“Naneun.. molla.. mungkin hanya sekedar suka, bukan cinta” ujar Richan seperti berpikir.

“Nugu?” Soo-ah pun menatapnya dengan tatapan evil.

“Yoon Gi oppa, ia kapten basket yang terkenal di kampus Seoul National University. Ia sungguh keren” puji Richan.

“Wuaa jeongmal?, apa ia mengenalmu?” Eunhwa.

“Aniy..” jawab Richan dengan wajah memelas.

“Aku Heecheon oppa..!” ujar Je-In semangat.

“Hm arra arra” Eunhwa menanggapinya cepat, mereka memang sudah tahu akan itu.

“Naega eobsoyeo, tidak ada yang dapat membuatku luluh akhir-akhir ini” kata Soo-ah dengan muka pasrah.

“Hm begitu.. dan kau Jung Yeon Young?” Hakyo menatap pada Yeon. Ia sungguh ingin tahu dengan jawaban dari yeoja pendiam itu.

          Yeon Young hanya menggeleng dengan tanpa eskpresi. Siapa saja yang melihatnya pasti orang-orang akan berpikiran kalau yeoja seperti dia bukan yeoja yang mudah jatuh cinta.

“Kita tidak akan tahu apakah Yeon Young itu tengah menyukai seseorang atau tidak, karna setiap hari wajahnya selalu saja seperti itu” ujar Eunhwa.

“Geurae, meskipun ia menyukai namja mungkin ia tidak akan memberitahunya pada kita” tambah Soo-ah. Sementara Yeon Young hanya diam, ia tidak akan marah meskipun teman-temannya menjahilinya, ia hanya diam dan diam. Masa bodoh untuknya melayani mereka.

“Lalu bagaimana dengan mu Dongyoo-ssi, apa kau memang menyukai namja itu? Sahabat Kim Taehyung?” Hakyo.

“Nae nae.. sepertinya aku menyukainya. Jimin oppa, nae itu namanya..” kata Dongyoo dengan wajah sumringah.

          Tiba-tiba saja ketika mendengar pernyataan dari Dongyoo, air muka Yeonyoung tampak berubah. Je-In yang tersadar pun tidak segan ingin tahu apa penyebabnya.

“Wae?” tanya Je-In heran dengan perubahan wajah Yeon.

“Wae? aku rasa wajahnya tidak berubah sama sekali” cibir Eunhwa.

“Gwaenchana” jawab Yeon Young datar.

~~

          Jeongkook berjalan agak tergesa-gesa menuju halte. Tujuannya tidak lain untuk menemui Hakyo yang seperti janjinya ingin membawa yeoja itu ke sebuah tempat. Ia juga mati kutu tidak bisa menghubungi sama sekali handphone Hakyo, padahal yeoja itu sudah meminta nomor milik Jeongkook, tapi sampai sekarang ia tidak pernah menghubungi Jeongkook sama sekali. Kesalahan Jeongkook juga tidak meminta nomornya. Ia berharap yeoja itu belum pulang duluan.

          Hampir mendekati keberadaan halte di mana itu adalah tempat Hakyo menunggu jemputan. Lampu jalan di sekitar daerah itu tidak hidup, menyusahkan Jeongkook untuk melihat keadaan halte itu, tapi ia tahu kalau di sana terdapat manusia yang tengah duduk menatapi sesuatu.

          Tiba-tiba saja Jeongkook menahan langkahnya, menundukkan pandangannya ke tanah, berusaha menajamkan pendengarannya di jalanan yang tengah sunyi itu. Samar-samar ia mendengar suara aneh yang berasal dari bawah halte tersebut.

“Oooch..shh..aaaakhh…aakhh..” suara itu semakin terdengar jelas di telinganya terbawa angin malam yang tepat berhembus menerpa tubuh Jeongkook, kedua matanya langsung melotot. Ia tahu persis suara apa itu.

          Langkah cepatnya kembali berjalan dan sangat-sangat antusias ingin pergi ke halte itu.
          Ia tiba di halte tersebut, memandang yeoja yang tengah duduk dengan kepala tertekuk untuk melihat layar tablet yang ia genggam di atas pahanya.
“Yak!”
“EOH!!” yeoja itu terkejut setengah mati melihat Jeongkook yang ada di ujung halte itu dan ia segera menekan-nekan layar tabletnya dengan gemetaran.
          Ia Lee Hakyo, Jeongkook menatapnya dengan tatapan tidak percaya lalu sedikit menyunggingkan senyum nakalnya.
“M mwo? W waeyo??. Ah!! Kau ingin mengajak ku ke suatu tempatkan??” Salah tingkah, Hakyo benar-benar malu sekarang, wajahnya benar-benar memerah layaknya udang rebus.
“Haha, hei.. apa yang kau lakukan tadi huh?” Jeongkook terkekeh dan berjalan mendekat padanya.
“A a aniy, i itu.. aah ayolah bukankah kau akan mengajakku? Palli.. a aku tidak bisa berlama-lama di lu luar..” kini Hakyo benar-benar gelagapan, jantungnya berdetak dengan cepat. Dapat ia rasakan jika darahnya mengalir dengan deras.
“HYAA!” tiba-tiba saja Jeongkook merampas tablet Hakyo         dengan wajah bahagia.
“Yak!! Apa yang kau lakukan?!” gusar Hakyo langsung berdiri dan ingin mengambil kembali tabletnya di tangan Jungkook.
“Biarkan aku mengeceknya..haha” Jeongkook mengangkat tangannya ke atas agar yeoja itu tidak bisa menggapainya.
“Aah Jeongkookie jebal!!, jebal..!!” Hakyo melompat-lompat sambil berpegangan ke tubuh Jeongkook berusaha keras mendapatkan tabletnya tersebut. Ia benar-benar takut dengan privasi yang ada di dalam tabletnya itu dapat di lihat orang lain.
“Aniya aniya..” ejek Jungkook sambil memeletkan lidahnya.
“Kookie-ah..!! aaah jebal..”
          Hakyo memukul-mukul dada namja itu dan raut wajahnya tampak ingin menangis. Sementara Jeongkook tetap tidak ingin memberikannya, yang ada ia malah menggoyang-goyangkan tangannya sambil tertawa kesenangan di atas penderitaan yeoja tersebut.
PRAK!
“Omona!”
          Hakyo terbelalak dengan memegangi kedua wajahnya. Jeongkook hanya terdiam dengan kedua mata yang membulat. Tablet Hakyo terhempas ke tanah dan alhasil layarnya retak di bagian tengah.
“Oh tidak, apa yang sudah kau lakukan pada tabletku..” sesal yeoja itu dengan nada pelan, sekarang ia sungguh ingin mengeluarkan air matanya.
          Hakyo segera berjongkok dan mengambil tablet kesayangannya itu. Tidak menyangka tentu saja. Ini bukan sebuah kesengajaan yang di lakukan oleh Jeongkook. Tablet tersebut tiba-tiba saja meluncur dari genggamannya dan mendarat dengan keras ke tanah.
          Dengan kesal Hakyo segera berdiri, tatapannya beralih pada Jeongkook yang sekarang hanya bisa terdiam. Ia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi bibirnya begitu kelu.
“Ini hadiah dari Jaeyong oppa, dan kau adalah perusaknya..!” bentak Hakyo geram.
“A aku bisa menggantinya sekarang Kyo-ssi”
“ANIYA!!” sergah yeoja itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
          Tanpa pikir panjang Hakyo langsung melangkahkan kedua kakinya. Pergi meninggalkan Jeongkook sendirian di halte itu.
“Lee Hakyo mian.. Hakyo-ssi!” panggil Jeongkook berharap yeoja itu akan kembali padanya.
>>> 
Jungkook POV
          Aku sedikit mempercepat langkahku. Terlihat para haksaeng juga tengah berlari kecil untuk menuju masuk ke gerbang sekolah yang hampir di tutup oleh Han saem. Terlihat namja tersebut tengah memegang pointer di tangannya, berjaga-jaga untuk memukul haksaeng namja yang biasanya tidak sopan.
          Beberapa haksaeng namja dari kelas lain tengah berjalan di depanku. Secepatnya aku langsung menyusup di tengah-tengah mereka. Tentu saja mereka terlihat heran menatapku yang tiba-tiba bergabung di grup mereka. Aku hanya bersikap santai.
          Kami pun melewati Han saem. Ku bungkukkan sedikit tubuhku agar orang tua tersebut tidak melihatku. Tidak ingin sampai pandangannya bertemu dengan pandanganku.
“Yaak Jeon Jungkook…..!”
          Oke, aku tertangkap lagi karna Han saem menahan kerah belakangku hingga membuat leher ku sedikit tercekik.
“Aah seonsaengnim!”
PLETAK!
          Pointer yang ia genggam mendarat di kepalaku dengan kuat. Respek tanganku langsung mengelus kepalaku karna sakit tentu saja.
“Kemana dasimu? Eoh?” tanyanya enteng. Tangannya sudah berancang-ancang ingin memukul lagi.
“Eoh dasi? Ah tentu saja aku bawa Han saem.. aku akan memakainya di kelas” alasan yang sangat jelas terdengar bohong. Aku bingung ingin memakai alasan apa lagi.
“Mworago? Kau pikir aku percaya kau akan memakainya eoh? Pakai di sini, palli!” bentaknya sambil menaikkan tangannya yang masih menggenggam pointer. Aku langsung melindungi kepalaku karna takut.
          Ku garuk tengkuk ku sambil terkekeh kecil padanya. Sebenarnya aku memang tidak membawa dasi. Entah kenapa aku merasa diriku begitu kampungan saat memakai benda itu. Kerah bagian atas terbuka itu lebih keren dan tidak membuat gerah.
“Kenapa kau tersenyum padaku?” Han saem juga melemarkan senyum busuknya.
“Aku sudah menebak itu. Mulai sekarang hingga istirahat pertama, kau bersihkan kaca di ruang olahraga” ujar manusia gila itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“M mwo?? ruang olahraga?? K keundae saem..”
“Tidak ada tapi-tapian. Kau sudah melakukan hal ini beribu-ribu kali. Jadi apa salahnya aku memberikan hukuman yang paling berat. Agar kau bisa sadar, arraseo??!”
“Algaesseo seonsaengnim” ucapku aku pasrah. Aku pun meninggalkan Han saem yang masih memperhatikan kepergianku.
~~
“Aaah ige mwoya?”
          Ku acak-acak rambutku frustasi dengan hukuman yang di berikan manusia terkutuk itu. Sambil berjalan menuju ruangan olahraga pikiranku mulai berpindah ke pada Lee Hakyo. Aku tersenyum sendiri mengingatnya.
          Aah aku juga baru ingat, hari ini aku akan memberikan tablet dengan kondom berwarna merah yang tadi malam baru saja ku beli setelah berhasil meretakkan tablet miliknya. Sebenarnya aku tidak tahu apakah dia menyukai warna tersebut, aku hanya mengikuti kata hatiku saja karna aku memang sangat tergila-gila dengan benda yang berhubungan dengan warna merah.
“Ah menyebalkan, ck!”
          Aku hampir tiba di ruangan olahraga. Malu?? Tentu saja, bagaimana jika anak-anak yang tengah bermain basket atau voli ataupun bola sepak menertawakan ku eoh? Ingin taruh di mana wajah tampan ku ini??. Jika begini toilet adalah tempat terbaik dari pada membersihkan ruangan tersebut. Aah!!
Jungkook POV end
~~
Pak pak pak pak
          Jungkook menepuk-nepukkan pembersih kaca dengan bosan. Ia bersyukur 1000x karna jadwal kelas yang berolahraga di ruangan itu belum bermunculan. Tapi tetap saja ia merasa kesal.
“Eoh bagaimana kencanmu tadi malam?”
“Kajja sepulang sekolah kita main game lagi”
“Yak, yak, siapa itu?”
“Eoh itu Jeon Jungkook, kasihan sekali dia hahaha”
“Yak jangan mengejeknya, aku waifeu-nya arraseo!”
          Dan akhirnya yang di benci Jungkook pun muncul. Para haksaeng yang seangkatan dengannya mulai berdatangan ke stadium tersebut. Jungkook tetap dalam posisi membelakangi mereka, menghadap ke dinding kaca di sebelah utara ruangan itu. Ia dapat mendengar pembicaraan merekam, apalagi terdengar suara beberapa yeoja yang tengah membicarakannya. Membuat hatinya semakin panas saja.
          Tidak tahan dengan keadaan sekarang. Jungkook pun pergi dari tempat itu. Ia memilih naik ke tangga yang ada di ruangan itu, dan duduk di tengah-tengah tangga tersebut. Tidak perduli lagi dengan hukuman tersebut, lagi pula Han saem tidak akan memata-matainya.
“Aah dengan begini mereka tidak akan memperhatikanku” gumamnya sambil tertawa enteng.
          Pandangannya mulai memperhatikan anak-anak itu yang tengah beraktifitas. Mereka bermain voli dengan di bagi menjadi dua , voli khusus namja dan voli khusu yeoja.
“Lee Hakyo?” Jungkook tersadar saat pandangannya terarah pada yeoja yang tengah berjongkok sambil memperbaiki tali sepatunya.
          Ia semakin mempertajam penglihatannya memperhatikan Hakyo dari jauh. Senyuman kecil lagi-lagi muncul di bibirnya. Melihat yeoja itu yang dengan lincah mengoper bola voli pada teman-temannya. Tetapi tanpa ia kehendaki tiba-tiba saja sorot matanya tertuju pada pemandangan yang membuatnya dengan jelas memperhatikannya dengan mata yang sedikit membulat. Melihat bagian tubuh montok Hakyo yang terguncang dengan jelas, terutama pada dua payudaranya.
“Bukankah dia begitu sexy?” gumam Jungkook tanpa berkedip melihat ke tubuh yeoja itu.
          Ini hanya perasaanku saja atau apa?, jika di perhatikan dengan teliti payudaranya paling montok dari teman-teman di sekelilingnya. Itu sangat terlihat meskipun ia tengah menggunakan kaos tebal olahraga.
Prok,prok,prok!!
“Haksaeng, kini giliran kalian yang berlatih renang” terlihat Hyorin saem tengah berbicara dengan para haksaeng yeoja.
“Oh jinjayo Hyorin saem? Bukannya sekarang jam volli?” tanya salah seorang yeoja di sana. Suara mereka menggema di ruangan ini, jadi dengan jelas aku bisa mendengarnya.
“Maja, tapi bukankah minggu lalu haksaeng namja sudah berlatih?. Hari ini giliran kalian, palli ke ruang ganti dan temui aku di kolam renang” desak seonsaengnim yeoja yang terkenal dengan kulit coklat eksotisnya dan tubuhnya yang begitu sexy. Semua guru laki-laki di sini tergila-gila padanya.
“(Eum.. renang??”) batinku terasa ada ide bagus yang akan tercurah ke otakku.       
Jungkook POV end
          Reaksi wajah Jungkook sungguh terlihat nakal sekarang. Entah apa yang tengah ia pikirkan. Dan tidak lama lagi tampaknya ia akan pergi dari ruangan tersebut.
~~
“Chaa.. pada hitungan ke tiga barisan paling depan akan langsung terjun dan melakukan gaya bebas sejauh 50 meter. Arra?” teriak Hyorin saem dengan suara centilnya.
“Arra..” jawab para haksaeng yeoja serentak.
          Kini mereka sudah berganti dengan pakaian renang yang begitu ketat, kain tanpa lengan dan bawahan di atas lutut. Barisan mereka sudah terbentuk sesuai petak yang tertera di kolam renang tersebut. Semua tampak bersemangat, terkecuali Yeonyoung. Ia hanya merunduk lesu.
“Eottae?” bisik Yeonyoung khawatir pada Hakyo yang sebaris dengannya.
“Eum, kau bilang saja sedang sakit”
“Sejak dulu juga aku selalu berkata seperti itu. Aku tidak ingin kejadian saat itu terjadi lagi” raut wajah Yeonyoung semakin kusut mengingat ia pernah lemas karna tenggelam di kolam renang tersebut.
“Aah benar juga. Bagaimana jika..”
“Jung Yeonyoung!!” tiba-tiba saja suara Hyorin saem membuat kedua yeoja itu sama-sama terkejut.
“Nde saem” sahut Yeonyoung yang berada di barisan paling belakang.
“Aku sudah tahu kau tidak akan bisa mengikuti olahraga ini. Terpaksa setiap kali jam olahraga berakhir ini kau harus membersihkan tempat ini, arra?” ujar guru wanita termuda di sekolah itu sambil menepuk pelan pundak Yeonyoung.
“Nde saem” yeoja itu mengangguk pasrah.
“Aah sebenarnya aku kasihan juga padamu.. tapi itu bla bla bla bla….”
          Yeonyoung tidak mengindahkan celotehan Hyorin saem lagi. Ia mundur dari barisan tersebut dan lebih memilih duduk lesehan di sana sendirian sambil memperhatikan teman-temannya yang sibuk berenang dengan lihai. Salahnya sendiri karna tidak bisa berenang sejak kecil, jadi sampai sekarang ia tidak pernah berani untuk mencobanya.
 “Gwaenchana^^” support Soo-ah sambil tersenyum lebar yang menatap Yeonyoung di belakangnya.
~~
“Omona.. tubuhnya..”
          Di lantai dua tepat di atas area kolam renang sekolah tersebut, Jungkook tengah berjongkok untuk mengintip dari balik pagar di tepi lantai tingkat tersebut. Mengintip para yeoja yang sebelumnya sudah melakukan olahraga voli di ruang olahraga, tepatnya pandangannya tersorot pada Lee Hakyo. Ia keluar diam-diam dari ruang olahraga dan berniat ingin mengintip yeoja yang tengah ia incar tersebut.
“Lee Hakyo, kau..”
Kedua mata Jungkook membulat memperhatikan Hakyo yang tengah mengenakan pakaian begitu ketat. Membuat dadanya semakin terlihat membusung besar.
          Sementara sekarang adalah barisan terakhir yang akan maju. Hakyo, Richan, dan Soo-ah yang sebaris sudah bersiap pada posisinya masing-masing. Mereka menurunkan kaca mata renang pada mata mereka agar tidak kena terhadap terjangan air yang mereka tabrak.
Priiiiiiiiiiit~
          Hyorin saem menium peluit dan mereka langsung terjun ke kolam tersebut dengan gaya yang sudah di tetapkan. Dari atas, Jungkook hanya memperhatikannya dengan melongo. Terpesona dengan gerakan tubuh Hakyo yang begitu indah ketika melakukan gaya bebas.
“Aah Hakyo-ssi, kau semakin membuatku terjebak dalam pesonamu” gumamnya kecil sambil tersenyum tidak jelas dengan wajah yang menempel di pagar tersebut, melihat Hakyo dari celah-celah pagar itu.
PLETAK!
“Aaaakh..” jeritnya kesakitan karna sebuah pointer yang melayang keras di pucuk kepalanya. Membuat Hyorin saem dan beberapa haksaeng di bawah menoleh ke atas.
          Han Seam mendapati Jungkook yang tengah berjongkok melihat ke pemandangan di bawahnya saat ini. Seonsaengnim itu menarik telinganya hingga Jungkook berdiri dari tempatnya.
“Aah appo saem!”
“Mian sudah mengganggu aktifitas kalian sekarang hehe. Anak ini ingin berbuat mesum. Jeongmal mianhae” ujar Han saem yang mendongakkan kepalanya ke bawah. Hyorin saem hanya mengangguk kecil dengan raut wajah bingung. Untungnya mereka tidak melihat jika namja itu adalah Jeon Jungkook namja yang banyak di idolakan itu.
~~
Hakyo POV
“Aah untung saja Jaeyong oppa tidak marah”
          Ku pandangi tablet kesayanganku dengan layar yang sudah retak ini. Tetapi mesinnya masih berfungsi, entah kapan aku akan memperbaikinya. Sungguh malas pergi ke tempat perbaikan ponsel hanya untuk mengganti layar tablet ini.
“Gwaenchana, hwaiting Lee Hakyo”
          Ku tatap diriku yang sudah rapi dengan seragam Waitress-nya yang tampak membuat tubuhku terlihat sexy. Kenapa aku berani berkata seperti itu, karna rok seragam ini begitu pendek bahkan lebih pendek dari rok sekolahku, terutama ukurannya sangat pas-pasan dengan tubuhku.
Kret~
          Terlihat di pantulan cermin yang ku pandangi sekarang pintu ruangan ini terbuka pelan. Aku menduga itu adalah karyawan restoran ini juga. Itu salah, salah besar hingga aku sendiri merasa ini hanya mimpi. Anak dari pemilik restoran ini, Jungkook! Apa yang ingin di lakukannya hingga masuk ke sini eoh?!.
“J Jungkook? K kenapa kau..”
“Tenanglah, aku ingin memberikan ini padamu” ucapnya santai. Tangannya bergerak memutar kunci pintu di ruangan ini, ia menguncinya eoh??!.
          Perlahan Jungkook berjalan mendekat ke arahku dengan senyum manis yang tergambar jelas di wajahnya. Membuat sisi nakal dari namja itu hilang bahkan ia terlihat seperti namja yang penyayang. Aku tetap berdiri di depan cermin, tidak berani melangkah sedikit pun.
“Ige” Jungkook berdiri tepat di depanku dengan tangan memegang sebuah bingkisan yang ia surungkan padaku.
“Mwoya?” tanyaku terheran menatap bingkisan itu, padahal jantung ini serasa ingin putus.
          Tanpa berlama-lama langsung saja ku buka benda yang di berikan oleh Jungkook. Penasaran tentu saja, kenapa untuk memberikan bingkisan ini ia harus mengunci pintu juga. Membuat pikiranku terlintas dengan hal yang berbau mesum saja. Semoga di dalamnya bukan kondom, apalagi bom.
“Eoh..”
          Aku melongo ketika tahu isi bingkisan tersebut adalah sebuah tablet yang masih mulus. Dan yang paling tidak di percaya adalah bungkus tablet itu berwarna merah. Merah adalah warna kesukaanku, tidak seperti tablet yang di belikan Jaeyong oppa berwarna biru, aku tidak menyukainya.
“Untukku?” tanyaku berharap ia menjawab iya, bukan harapan palsu.
“Tentu saja. Maaf untuk malam itu, aku tidak sengaja menjatuhkannya” ujarnya terdengar begitu tulus. Tatapannya membuatku teringat kejadian di toilet saat itu. Aah mwoya ige..?. Apa ia akan melakukan hal yang sama lagi?? Aah jebal aku ingin ke luar dari tempat ini T_T.
“Gwaenchana, aku tidak memikirkannya lagi. Gomawo Jungkookie” ucapku terdengar kaku sambil membungkukkan sedikit tubuhku padanya.
“Hakyo-ssi”
“E eoh?” responku cepat. Kini ia benar-benar menatapku sangat dalam. Aku juga tidak sadar sejak kapan ia jadi sedekat ini dengan tubuhku.
“Kenapa saat itu kau selalu menatapku” suaranya membuat tubuhku merinding. Seakan-akan itu adalah embel-embel sebelum bercinta yang biasanya di lakukan banyak orang.
“B bukankah kau tahu jika aku penggemarmu? Jadi a apa boleh buat aku selalu ingin menatapmu” kali ini aku sungguh tertangkap basah. Ingin berbohong pun tidak mungkin pastinya.
“Arro, tapi.. tatapanmu itu berbeda. Tidak seperti yeoja lainnya yang mungkin terpesona” tangannya terangkat dan menyentuh kepalaku dengan lembut. Memangnya ada apa dengan tatapanku?, apa benar berbeda???.
 “Apa yang kau pikirkan saat melihatku, eoh?” sial, kini wajah Jungkook tepat berhadapan dengan wajahku. Eottokhaeyo?? Memangnya apa yang ku pikirkan?? Aku tidak ingat pabo! Yang ku tahu aku hanya terseposa dengan ketampanannya.
“Molla, i itu sudah lama dan aku tidak m mengingatnya Kookie-ah”
          Tiba-tiba saja Jungkook mendekatkan wajahnya ke sisi kanan kepalaku dengan sangat-sangat dekat. Bahkan nafasnya dapat ku rasakan. Apa ini?? Ayolah jangan membuatku jadi seperti ini paboya!!.
“Neo... apa kau berpikiran mesum padaku? Huh?” tiba-tiba saja kedua mataku terbelalak mendengar pertanyaannya yang sekarang. Itu, itu memang benar. Kenapa aku baru mengingatnya saat ini. Ku rasakan pita suaraku seperti tidak bisa mengeluarkan suara lagi. Aku benar-benar tertangkap basah olehnya, sejak kapan ia bisa membaca pikiranku yak..!.
“Wae? kau tidak bisa menjawab sayang? Seberapa besar keinginanmu menginginkan tubuhku eoh? Yeoja mesum..”
Chup~
          Jungkook mengecup telingaku sekilas, membuat sekujur tubuhku tersengat. Ku teguk air liurku mentah-mentah. Sepertinya aku tidak akan bisa lari dari jeratan namja ini. Mulutku sungguh tidak bisa mencegahnya, aku bingung dengan diriku sendiri.
          Seperkian detik bibir Jungkook pun mendarat di bibirku. Memberikan kecupan hangat. Ciuman racun itu kembali membuatku kehilangan akal. Pikiranku bercampur aduk entah kemana dan yang ku rasakan tubuhku hanya melayang di buatnya.
          Ku rasakan tangan kirinya menarik pinggulku hingga tubuh kami semakin menyatu. Tangan kanannya yang sejak tadi membelai kepalaku kini turun ke tengkuk ku. Bibir tipisnya mulai bergerak menekan-nekan bibirku. Melumatnya dengan perlahan mungkin hingga tanpa ku sadari kedua kelopak mataku pun terpejam. Dan dengan respek mengikuti setiap gerakan bibirnya. Ia mengisap dan menggigit pelan bibirku bergantia. Tubuhku benar-benar sudah terkontaminasi dengan racun ciumannya, membuat kedua tanganku mengalung erat di lehernya sembari berjinjit.

          Ia semakin menekan tengkukku dan memperdalam lumatannya, melahap mulutku dengan penuh nafsu. Tidak lama kemudian sebuah benda lembab dan basah terasa memasuki rongga mulutku. Jungkook memainkan lidahku dengan lidahnya, saliva kami terproduksi banyak dan saling menyatu, namja itu menghisap lidahku dengan nakal. Aku pernah berpikir jika hal semacam ini sangat menjijikan, tapi sebaliknya ini malah membuatku ketagihan. Tidak ingin melepaskan kesempatan emas ini.

          Entah ini hanya perasaanku saja atau tidak, sebuah benda hangat terasa mengelus kulit punggungku dengan lembut. Tapi setiap detail Jungkook membuatku melupakan hal itu. Ia semakin agresif melumati mulutku. Dan benda hangat itu kembali terasa di pundakku, dan semakin menjalar hingga ke bagian dada atas. Langsung saja ku dorong tubuh Jungkook karna merasakan ada hal aneh.

“YAKK!! MWORANEUNGOYA??!!”


To be continued. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar