Art
& Story-line by :
Yeon Veggy
Tittle : Favorite Girl
(You’re In Danger the Series)
Prominent
cast :
-
Jeon Jeongkook
-
Lee Hakyo
Length : Part 1
Beberapa menit kemudian. Semuanya tertidur di
depan laptop yang masih menayangkan anime hentai tersebut. Hanya
manusia-manusia yang ada di video itu saja sekarang yang sedang beraktivitas.
>>>
Hakyo bersama ke enam teman-temannya
sudah tiba di sekolah mereka Hannyoung High School setelah di hantarkan oleh
bus. Nae, mereka hari ini bersama-sama naik bus karna sudah bermalam di
kediaman Dongyoo. Mereka berjalan dengan santai ketika di koridor. Membuat
beberapa haksaeng memperhatikan mereka dengan iri karna kedekatan mereka yang
berjumlahkan tujuh orang tersebut. Tetapi masing-masing dari mereka sudah
mempunyai pasangan yang paling dekat. Seperti halnya Richan~Soo-ah, Yeon
Young~Je In, Eunhwa~Dongyoo, dan Hakyo yang easy going terhadap siapa saja. Ia
termasuk yeoja yang cocok bergaul dengan siapa saja dan lebih tepatnya, ia
sangat mudah menyukai seorang namja.
Flashback
10
september 2014. Ia sedang mengikuti paduan suara bersama Yeon Young di setiap
hari Jumat. Ia memilih klub tersebut karna memang ia suka bernyanyi dan merasa
suaranya sudah mampu mengimbangi irama.
Hakyo POV
Ku
lihat Yeon Young sangat serius bernyanyi dan memperhatikan Dirigen di depan.
Sepeti kebiasaan, mataku selalu saja mencari dan memperhatikan orang-orang di
sekeliling. Aku rasa hanya aku saat ini yang tidak bisa menahan pandangan.
Tetapi aku mendapat pemandangan yang sedikit membuat jantungku terasa berbeda.
Seorang namja yang sejalur dengan ku hanya saja di pisahkan oleh 5 siswa. Ia
menatapku, tetapi sekarang tidak lagi karna aku juga menatapnya, ia langsung
mengalihkan pandangannya ke depan. Tapi.. aku tidak yakin kalau ia
memperhatikanku, hm..
Aku
pun mulai iseng lagi untuk melihatnya, dan… TEPAT!! Ia memang memperhatikanku,
tetapi lagi-lagi ia membuang pandangannya saat aku menatapnya. Kyaa…! ia memang
tampan dan manis. Tapi.. ia kan namja yang menjadi favorit yeoja-yeoja di sini.
Pasti ia playboy!. Tapi.. kenapa rasanya degupan ini belum reda juga? Apa aku
menyukainya? Omo.. apa ia menyukaiku? Ah, tapi itu sangat tidak mungkin
Hakyo-ssi, arraseo??.
Hakyo POV end
Hakyo kembali
serius menatap Dirigen di depan dan melantangkan suaranya dengan semangat.
Saat kejadian tersebut Hakyo selalu
mengingatnnya dan membayangkan wajah namja tersebut. Eunhwa dan Dongyoo saling
menatap karna melihat Hakyo yang melamun sejak tadi. Biasanya ia juga merupakan
anggota yang salah satunya suka berbicara.
“HAKYO-SSI…!!!”
teriak Eunhwa dan Dongyoo serempak.
“Aish..
kecilkan suara kalian pabo!” Hakyo menekan-nekan kedua telinganya karna hampir
tuli.
“Yak
wae?” tanya Je-in bingung.
“Hakyo
melamunkan namja lagi” jawab Eunhwa dan ia sudah sangat tahu dengan sikap
Hakyo.
“Eum..”
Je-in mengangguk.
~~
“Aigo..
yak, temani ke toilet palli..” Hakyo menggoyang lengan Dongyoo dan yeoja
tersebut tengah tertidur.
“Yaak,
temani ke toilet..” Hakyo berpaling ke Eunhwa.
“Chakaman..
lihat ini tinggal sedikit lagi” Eunhwa tengah
mencatat tugas milik Je-in.
“Aissh!!
Yeon Young-ah.. temani aku ke toilet..” Kini ia memohon lagi.
“Hm..
aku.. malas.. hehe..^^” Jawab Yeon Young apa adanya.
“Je-in..
Je-in…” dan sekarang pada Je-in.
“Okay..”
Je-in langsung beranjak dari bangkunya.
“Je
In-ssi, kau di panggil oleh Hwa In saem” kata Dong Bin salah satu anggota Osis
di kelas tersebut.
“Ah
arraseo.. segera.. Hakyo-ssi mian…” ujar Je-n yang sudah berjalan menuju ke
luar.
Padahal sekarang Hakyo sedang
terburu-buru dan ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Di lihatnya Richan dan Soo-ah
sedang sibuk ber-selca. Terpaksa ia pun pergi dengan sendirian. Baru kali ini
ia keluar kelas seorang diri. Tapi masa bodoh untuknya, ia pun mempercepat langkahnya dan akhirnya berlari juga.
BUG! BUG!
Karna terburu-buru, saat berlari di
koridor ia juga sudah tidak memperdulikan haksaeng-haksaeng yang ia senggol.
Haksaeng-haksaeng korban senggolan Hakyo hanya menggeleng-gelengkan kepala
melihat tingkahnya.
Hakyo
POV
Kyaaa… palli…
mengapa toilet di ciptakan selalu jauh dari kelas. Aaa… ini rasanya sudah di
ujung..!!!. aaa.. eommaaa…. Jebaaal…..
BUG!!!
Aigo appo! Aku,
aku menabrak seorang namja? Nae.. kini aku tengah berada di depan dadanya.
Perlahan ku angkat sedikit kepalaku dan melihat siapa pemilik wajah tersebut.
Dan…
OMO!!!! Namja
itu…?? Ia menatapku tajam, sepertinya ia marah padaku. Aku harus pergi, ini
memalukaan!. Aku langsung lari begitu saja, tidak perduli ia ingin berkata apa,
karna sekarang yang ku butuhkan adalah toilet!
Hakyo
POV end
Hakyo memang sangat terburu-buru sehingga ia
tidak menyadari ada seorang namja yang sedang berjalan searah dengannya. Dan
akhirnya ia memang menabraknya, untung saja mereka berdua tidak terjatuh. Namja
itu adalah namja yang sudah di pikirkannya akhir-akhir ini, namja yang terkenal
di sekolah tersebut. Terkenal dengan bakat-bakatnya dan ketampanannya, Jeon
Jeongkook.
“Hm, dasar tidak tahu malu. Meminta maaf saja
tidak.. ck” gumam Jeongkook pelan. Jeongkook melanjutkan kembali jalannya.
~~
Saat yang di tunggu-tunggu pun tiba,
apalagi kalau bukan bel pertanda jam sekolah berakhir. Semua haksaeng Hanyoung
berlomba-lomba keluar dari kelas. Begitu pula dengan Soo-ah, Richan, Dongyoo,
Eunhwa, Yeon Young, Je In, dan Hakyo. Sesampainya di depan gerbang, mereka
menghentikan langkah dan mulai berpamitan satu sama lain. Karna Hakyo dan Yeon
Young setiap pulang sekolah mereka akan menunggu jemputan di halte. Sementara
Eunhwa, Richan, Dongyoo, dan Soo-ah memilih untuk naik bus, lain halnya dengan
Je-in, ia tinggal berjalan kaki saja karna rumahnya tidak terlalu jauh dari
sekolah.
“Annyeong..”
pamit Eunhwa, Dongyoo, Richan, dan Soo-ah ketika bus sudah tiba.
“Annyeong..”
lambai Yeon Young, Hakyo, dan Je in.
“Aku
juga harus pulang sekarang, annyeong..” setelah kepergian ke empat temannya
barusan, Je in segera menyusul untuk pulang.
“Nae
annyeong..” Yeon Young.
“Hati-hati..”
Hakyo.
Hakyo dan Yeon Young duduk
bersebelahan di kursi panjang halte tersebut. Bukan hanya mereka berdua, tetapi
beberapa haksaeng lainnya pun juga ada yang menunggu jemputan. Sejak masuk di
SMA tersebut, Hakyo dan Yeon Young sudah terbiasa dengan menunggu jemputan.
Yeon Young, ia berkata sendiri kalau ia tidak bisa naik bus, selain itu ia juga
malu jika harus pulang berjalan kaki terkecuali ada teman. Sementara Hakyo,
eomma-nya sudah memberi peringatan padanya agar setiap pulang ia akan di jemput
dan tidak boleh ke mana-mana, seperti jalan-jalan, naik bus, ke rumah teman,
dan sebagainya. Itulah yang menyebabkan mereka mati kutu untuk menunggu
jemputan dan terkadang mereka harus menunggu dari batas waktu, karna si
penjemput biasanya lupa waktu.
“Aigoo,
lama sekali..” keluh Hakyo sebal.
“Nae..”
Yeon Young mengangguk.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil
berwarna hitam mendarat di depan halte tersebut. Kaca mobil turun dan
menampakkan wajah Yoon Dong.
“Mianhaeyo,
aku duluan..” Yeon Young meninggalkan halte tersebut.
“Nae,
gwaenchana^_^. Annyeong..” Hakyo melambaikan tangganya.
“Annyeong..”
balas Yeon dari dalam mobil.
Dan mobil tersebut segera melaju dari
halte tersebut. Kini tersisa tiga haksaeng yeoja termasuk Hakyo.
“(Jaeyooong
oppa…!!! Kau di mana eoh??)” batin Hakyo
geram sembari meremas tali tasnya.
Dengan
mengayunkan kakinya sambil memperhatikan mobil-mobil yang lalu lalang di jalan
tersebut. Ia belum juga mendapatkan mobil keluarganya yang berwarna silver, yang
mungkin akan menuju ke halte itu. Karna terlalu lama Hakyo pun menekuk
kepalanya, menatap kosong rok sekolahnya tersebut.
Tuk, tuk, tuk, tuk
Ia dapat mendengar suara langkah kaki
seseorang dari kejauhan yang berjalan menuju halte tersebut. Tetapi ia tidak
tertarik untuk menatapnya.
Hakyo
Pov
Setelah beberapa
detik mendengar langkah kaki yang membuatku penasaran itu. Aku pun memutuskan
untuk melihatnya, apakah itu seorang kakek-kakek berlumut yang ingin
menggigitku?.
Karna lampu
jalanan di dekat halte ini mati, aku jadi tidak terlalu jelas melihatnya. Tapi
itu sudah jelas ia bukan kakek-kakek, tetapi seorang namja yang juga memakai
seragam SMA ini.
Semakin dekat..
tampaknya aku mengenalnya.. Omona! Ia tengah menatapku? Nae! Ia Jeongkook..
aigooo… apa yang harus ku lakukan??. Aku pun menundukkan pandanganku kembali,
dan ia semakin mendekat ke halte ini. Ketika ia berada tepat di depan halte ia
menghentikan langkahnya.
“Yak” panggilnya, mungkin ia memanggil salah
satu yeoja di sampingku.
“Yak, neo..” panggilnya lagi.
“Dia memanggilmu..” bisik yeoja di sampingku,
aku pun mengangkat wajahku dan memberanikan diri untuk menatapnya.
“Kau memanggilku?” tanyaku berpura-pura pabo.
“Nae..” jawabnya santai.
Aku pun berjalan
ke arahnya dengan ragu. Menatap ke bagian tubuhnya, tidak berani melihat ke
wajahnya karna takut gugup jadi penyebab.
“Wae?” tanyaku seperti tidak punya salah, dan
kini aku dapat menatap kedua matanya.
“Kau yang tadi menabrak dadaku kan?” tanya
Jeongkook.
“Nde, waeyo? Apa kau juga ingin memukul
dadaku?” kataku tidak tahu malu.
“Pabo!”
PLAK!
Ia menjitak
kepalaku dengan keras, lalu ia pergi melanjutkan jalannya lagi. Aigoo.. hampir
saja jantung ini putus. Aku menggosok-gosok kepalaku yang tadi di jitak
olehnya. Dan untung saja aku pintar berakting, agar wajahku yang memerah ini
tidak terlihat di depan matanya. Hahahaha… good job today!
Tiiiiiiiiin..!!!
Dari kejauhan
mobil berwarna silver sudah mengklakson dengan panjang. Nae, pasti itu Jaeyong
oppa. Dasar gila orang ini, ia pikir aku tidak melihat?.
“Annyeong…” sapanya dari jendela mobil, ia
pikir aegyeo-nya itu akan membuatku luluh? Hueekk!!
Aku pun
melangkahkan kakiku dengan sedikit di hentakkan, ini adalah hari paling lama
aku menunggu, biasanya tidak selama ini.
“Yak, kemana saja kau oppa? Jangan bilang kau
sedang kencan” kata Hakyo gusar.
“Aniyo, aku hanya menonton saja di rumah.
Hahaha..” jawabnya sambil terkekeh.
“Dasar gila, tahu seperti itu. Lebih baik
tadi aku ikut Jeongkook..” kataku berbohong, nae.. aku hanya memancing
amarahnya. Padahal dengan Jeongkook, kenal saja tidak. Hahaha
“Mwo? Siapa itu? Kau berpacaran? Akan ku
adukan pada eomma” ancamnya.
“Adukan saja, lagi pula aku tidak
mengenalnya. Hahaha..” kini giliran aku yang tertawa.
“Lalu?”
“Dia? Artis di sekolah..” balasku.
“Dan kau menyukainya? Setampan apa dia? Aku
tidak yakin kalau ia lebih tampan dariku” ujarnya sombong.
“Haha.. wajah kau itu setara dengan cangkang
dangkomang” ledek ku.
Di perjalanan
menuju pulang, kami tidak berhenti saling mengejek. Ia memang oppa yang menyebalkan,
kenapa aku tidak mempunyai oppa seperti Yoon Dong oppa, oppa-nya Yeon Young.
Tapi.. namja itu terlalu pendiam dan dingin. Pantas saja dongsaeng-nya juga
seperti itu. Aku jadi takut kalau punya kakak namja seperti dia.
Yang paling
sempurna adalah mempunyai oppa seperti Young Hoon, oppa sepupunya Dongyoo. Ia
manis, baik hati, dan mempunyai lesung pipi. Kyaaa… !! Aku jadi ingat saat ia
tersenyum ketika kami datang ke kediamannya. Beruntunglah kau Dongyoo.. tapi
sayangnya hanya oppa sepupu, ahahaha..
“Yak! Sampai kapan kau akan melamun di sana
heoh?” bentak Jaeyong oppa dari luar mobil, aku tidak sadar ternyata sudah
sampai. Aku hanya menatapnya dengan kesal lalu turun dari mobil.
Hakyo
POV end
>>>
Di kampus. Namjoon, Jin, Yoongi, Hoseok, Jimin,
dan Taehyung sedang bermain basket di lapangan tepatnya di halaman. Karna di
kampus tersebut menyediakan dua lapangan basket, yakni di dalam ruangan dan di
luar ruangan tepatnya bersebelahan dengan pertamanan di kampus tersebut. Jadi
mereka lebih memilih dan kerap bermain di lapangan terbuka.
“Taehyung-ah..!”
teriak Jimin yang satu tim dengan Taehyung agar melemparkan bola padanya.
Secepatnya Taehyung melempar bola
tersebut dengan kekuatan penuh. Bola tersebut terlempar terlalu jauh hingga
melewati keberadaan Jimin.
BUG!
Bola itu mengenai wajah seorang namja
yang tengah berjalan melewati taman di samping lapangan tersebut. Namja itu
sekarang tengah terduduk di tanah sambil menutupi hidungnya yang terasa sakit
mungkin, dua temannya terlihat khawatir dengan keadaannya sekarang.
“Yoon
Dong-ah, gwaenchanayo?” tanya Heechon khawatir.
Ia tidak menjawab, di usapnya darah
yang keluar sedikit dari hidungnya. Ia menatap marah pada Namjoon dan
teman-teman yang kini terdiam di lapangan sambil menatap ke arahnya. Yoon Dong
langsung berdiri lalu berjalan ke lapangan basket.
“Siapa
yang melempar heoh?!!” bentak Yoon Dong geram sembari mendekat ke arah Namjoon
cs.
Dengan ragu-ragu Jimin menunjuk ke
arah Taehyung. Dan Taehyung kini tengah menatap dingin pada Yoon Dong yang
sekarang malah berjalan tepat ke arahnya dengan membawa bola basket tadi.
Dengan tempo cepat, Yoon Dong juga melemparkan bola tersebut pada Taehyung dan
BUG!!, bola itu tepat mengenai jidat Taehyung dengan
keras.
Merasa tidak terima, Taehyung datang
ke arahnya dengan geram
BUG!!
Sebuah tinjuan dari Taehyung mengenai
sudut bibir Yoon Dong. Yoon Dong juga tidak mau kalah dan balas meninju wajah
Taehyung dengan keras. Taehyung mencekram kerahnya sampai ia termundur ke belakang
dan perkelahian hampir berlanjut.
“Yak
yak yak yak…” Hoseok datang secepat mungkin ke arah Taehyung dan langsung
memegangi lengannya.
Taehyung mengelak dan ia kembali
mencekram kerah baju Yoon Dong dengan tatapan tajamnya. Tetapi sekarang Seokjin
juga ikut menahannya. Heechon dan Inhaeng juga mendekat lalu menarik Yoon Dong
agar mundur. Yoon Dong dan Taehyung saling menatap satu sama lain dengan
tatapan marah.
“Jeongmal
mianhae.. kami tidak sengaja” Jimin membungkukkan tubuhnya pada Yoon Dong.
Yoon Dong tidak menjawab apa-apa dan
langsung pergi dari lapangan tersebut, di ikuti dengan Heechon dan Inhaeng.
Taehyung masih menyaksikan kepergian ketiga orang tersebut dengan tatapan
kesalnya.
“Siphal!”
ia menyumpah sejadinya.
“Yak,
kau sendiri yang melakukannya, buat apa kau marah” Yoongi terkekeh melihat
tingkah dongsaengnya itu.
“Kau
tahu sendiri kalau Taehyung sensitive” bisik Jimin pelan.
“Aaa..
setelah berkelahi dengan Jimin, kau berkelahi dengan kelas lain” Seokjin
menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Taehyung.
Taehyung meninggalkan hyung-hyungnya di lapangan
tersebut masih dengan wajah kesalnya. Para hyung-nya saling menatap satu sama
lain.
“Chakaman,
sepertinya.. sebelumnya aku pernah melihatnya” Jimin memegang dagunya.
“Itu
karna kita satu kampus pabo!” sambung Namjoon.
“Aniy,
aku baru saja melihatnya di kampus ini..” Jimin membenarkan lagi.
“Itu
karna kita baru melihatnya sekarang, kau pikir mengenali wajah mahasiswa di
sini mudah? Haish..” cibir Hoseok.
“Jimin
benar, aku juga merasa begitu..” Seokjin juga ikut memegangi dagu-nya.
“Aigo
sudahlah. Jangan menambah beban pikiran.. kajja” Yoongi mengajak teman-temannya
itu untuk pergi dari lapangan tersebut.
~~
Talk
Richan {Setelah pulang, kajja jalan-jalan
}
Soo-ah {Nae nae nae
}
Hakyo {Terdengar menyenangkan
, aku akan menghubungi nan oppa}
Dongyoo {Jinja?
Ah arraseo
arraseo}
Eunhwa {Yeeei, I like it! Traktiiir…
}
Je In {Okay.. mumpung uang bulananku masih banyak
}
Yeon Young {Aku mengantuk, keundae, gwaenchana..
}
Di saat keheningan ketika Son
seonsaengnim sedang sibuk menerangkan di papan tulis tanpa menoleh ke arah
murid-muridnya. Kesempatan bagi Je In CS untuk mengetik pesan di tablet dan
berkomunikasi lewat Talk. Lagi pula pelajaran saat ini adalah pelajaran
terakhir. Jadi tidak ada salahnya mereka mulai rusuh.
Aku akan keluar
sebentar malam ini, jadi ketika aku menghubungimu lagi, itu saatnya kau harus
menjemputku, arraseo??
Huh!!!
SEND!
Hakyo mengirim pesan tersebut pada
oppa-nya, Jaeyong.
~~
Setelah tiba di kawasan pameran malam.
Mereka mulai berjalan kesana kemari untuk melihat berbagai macam pertunjukkan,
games, event, pernak-pernik yang di jual, sampai pada makanan dan minuman.
Setelah beberapa menit kemudian. Mereka terpencar
karna sibuk memperhatikan segala macam yang ada di pameran tersebut. Richan dan
Soo-ah, Je In dan Yeon Young, Dongyoo dan Eunhwa, mereka berjalan entah kemana,
mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Sementara Hakyo, ia tersesat
sendirian. Ia berjalan mencari jalan keluar, tetapi karna kawasannya yang luas
dan terlebih lagi banyak penungunjung yang berdatangan, jadi ia susah menemukan
jalan keluar.
Hakyo
POV
Omonaaa!! Aku di
mana?? Ke mana mereka?? Jangan-jangan mereka sudah pulang! Aigooo.. Aku sangat
lelah saat ini karna sedari tadi berjalan tidak henti-hentinya. Ku lihat ada
warung kecil yang tidak banyak pengunjungnya. Aku pun segera berjalan ke sana
dan masuk untuk beristirahat sebentar. Ku lihat ke tujuh orang tersebut tengah
sibuk dengan aktifitas mereka, entah apa yang mereka lakukan aku tidak perduli.
Aku kembali sibuk dengan menelepon
Jaeyong oppa.
Tut
tut tut
“Yak!! Apa dia kencan lagi heoh?? iiish!!!”
kata ku berbicara sendiri dengan kesal, aku tidak perduli orang-orang yang ada
di belakang ku itu ingin mengataiku apa, aku memang sedang geram sekarang.
Hakyo
POV end
~~
“Wuahahaha….
Huuuuuu!! Kalian kalah… hahahahaha” gelak tawa Namjoon membuat berisik warung
tersebut.
“Hahahaha…
ini menyenangkan” tak kalah Yoongi juga tertawa puas.
“Hehehehe,
yak kau golden maknae, kemana perginya golden andalanmu itu heoh? Hahaha…” ejek
Seokjin sambil menunjuk wajah Jeongkook.
“Yak,
kalian harus siap menerima hukumannya. Wahahaa…” Hoseok memegangi perutnya
karna ia tertawa kelewat batas.
Jimin dan Taehyung hanya dapat tertawa
pasrah mendengar tim mereka kalah. Sementara Jeongkook, ia sudah merasa tidak
nyaman dengan akal para hyung-nya tersebut.
Jeongkook
POV
Ku lihat mereka
tengah berbisik sambil membelakangi kami, sementara Taehyung hyeong dan Jimin
hyeong, mereka asik bertudingan satu sama lain tentang hukuman apa yang akan di
berikan. Pasti hukuman sekarang menyebalkan. Apa mereka merencanakan untuk
menggoda Halmeoni lagi? Aah.. michigeseo..!.
“Aahh.. ini dia hukumannya” kata Hoseok
hyeong, mereka berbalik ke posisi semula.
“Men..dapat..kan yeo…ja..” kata Namjoon
hyeong slow motion dengan gaya tangan kasnya.
“Geurae..” tambah Seokjin hyeong setuju.
“Hm.. itu mudah” aku mengacungkan jempolku.
“Sombong sekali kau, mentang-mentang populer
di sekolah” cibir Jimin hyeong.
“Waeyo? Apa kau cemburu? Haha.. aku tahu kau
itu tidak laku hyeong.. hahaha” tawaku lalu di ikuti yang lainnya, dan sekarang
wajah Jimin hyeong tampak kusut.
Taehyung hyeong
hanya tersenyum-senyum memperhatikan kami yang heboh berbicara. Itu memang
kebiasaannya, ia seperti mati kutu ketika kami sibuk berdebat. Tetapi ia akan
jadi gila ketika semuanya diam. Dasar alien.. ckckck. Apa ia tidak berpikir
bagaimanakah ia harus mendapatkan yeoja? Dasar alien.. aku yakin ia belum
berpengalaman. Hahaha… Hm, dari pada berlama-lama dan membiarkan hukuman ini
menghantui pikiranku, lebih baik aku beraksi sekarang.
Aku mulai
berdiri dari kursi ku, niatku adalah keluar dari warung ini dan mencari yeoja
manis di sekitar pameran ini. C chakaman! Ternyata baru ku sadari di warung ini
ada satu yeoja, nae.. ia tengah membelakangi kami. Dari pada Jimin dan Taehyung
hyeong yang lebih dahulu mengambilnya, aku harus bertindak secepat mungkin dan
membuktikkan pada para hyeong bahwa aku ahli dalam hal ini, ahahah..
Para hyeong
mulai berbisik ketika melihatku yang mulai berjalan mendekati yeoja itu, hah..
biarkanlah burung meraung.
Cause
your sex takes me to paradise
Yeah
your sex takes me to paradise
And
it shows, yeah, yeah, yeah
Cause
you make me feel like,
I've
been locked out of heaven
For
too long, for too longYeah
you
make me feel like,
I've
been locked out of heaven
For too long, for too long~
Tanpa basa-basi
aku langsung menyanyikan lagu dari Bruno Mars Locked Of Heaven sambil berjalan
mengitari yeoja tersebut mencoba menggodanya, layaknya JB yang menyanyikan lagu
One Less Lonely Girl untuk fans-nya. Ia tidak menatapku dan sepertinya memang
tidak menyadari keberadaan ku. Hei, aku bukan pengamen arraseo?.
Karna melihatnya
yang tidak meresponku, langsung saja aku duduk tepat di samping yeoja tersebut.
“Annyeonghaseo” dan ketika aku menatap wajahnya,
dan ia yang langsung menatapku, ia kan… yeoja yang menabrak dadaku kemarin??.
“Neo? Wae?” tanyanya terlihat bingung, tapi
kenapa aku rasa ia terlihat sedikit bergetar?.
Ku lihat para
hyeong sedikit menahan tawanya karna melihat aku dan yeoja ini. Aku kembali
menatap yeoja yang kini berada di sampingku sambil menundukkan wajahnya.
“Jeongkook imnida” aku mengulurkan tanganku
padanya.
“Arro, Hakyo imnida, bangawoyo..^_^” yah, aku
sudah bisa menebak itu, tidak mungkin haksaeng yeoja Hannyoung tidak mengenaliku.
Hahaha..
“Nado..” aku tersenyum begitu manis padanya,
tetapi tiba-tiba saja aku melihat perubahan aneh padanya, pipinya memerah
begitu saja.
Jeongkook
POV end
Namjoon, Yoongi, Hoseok, Seokjin, dan
Jimin asik menertawakan mereka dengan diam-diam, sementara Taehyung hanya
menampakkan reaksi blank-nya dengan mulut terbuka.
“Yak!
Kau yang tertawa paling over, kau juga kena hukuman arraseo?” akhirnya Namjoon
berhenti tertawa, tetapi tidak untuk Jimin.
“Ah
hyeong.. perutku sakit wuahahaha…” Jimin.
“Kenapa
kalian masih di sini?” Hoseok mengerutkan keningnya menatap pada Jimin dan
Taehyung.
“Ah
besok saja hyeong, aku ingin membeli gelembung” kata Taehyung asal dan ia pun
meninggalkan warung tersebut.
“Nado
nado.. di sini tidak ada yang cantik, lain kali saja nae..” Jimin juga ikut
keluar.
“Ck,
dasar..” decak Seokjin.
“Gwaenchana,
kita akan lihat. Apa mereka bisa melakukannya atau tidak” ujar Yoongi.
“(Aaaaa
mwoya ige..???? aaahh simjangi twinda!!. Hm, kau harus kuat Lee Hakyo! Ini
adalah kesempatan yang tidak boleh di abaikan)” gerutu Hakyo di benaknya
berusaha tetap terlihat tegar.
Cukup lama Jeongkook dan Hakyo saling diam. Hakyo
hanya berpura-pura memainkan tabletnya karna ia sungguh mati kutu sekarang.
Sementara Jeongkook, ia hanya menyanyi-nyanyi kecil.
Tetapi tiba-tiba saja Jeongkook menumpukan
wajahnya di atas meja tersebut sambil menatapi Hakyo. Hakyo yang menyadari itu
menjadi sedikit salah tingkah.
“W
waeyo?” tanya Hakyo berusaha menyembunyikan kegugupannya. Jeongkook hanya
menggeleng dan tetap menatapnya sambil tersenyum.
“Hakyo-ssi..”
panggilnya.
“N
nae?” yeoja itu semakin bergetar sebab tatapan sendu Jungkook yang begitu
mempesona.
“Naneun…”
Drrrrrddddddddddd~
Pembicaraan Jeongkook terpotong karna
Hakyo yang tiba-tiba mengangkat tabletnya yang tengah bergetar.
“Yak
pabo! Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku heoh?? Kau kencan kan???. Haiiish
jinja, jemput aku di depan taman pameran arraseo??”
Tut~
“Mian..
aku harus pulang. Annyeong..”
Hakyo bergegas keluar dari warung
tersebut. Jeongkook hanya menyaksikan bayang-bayangnya yang sudah menghilang cepat
dari pandanganya itu dengan wajah yang sedikit kecewa.
“Gwaenchana,
gwaenchana, ahahaha..” ejek Hoseok tertawa geli melihat Jungkook yang di
tinggalkan yeoja itu.
“Uljima
Kookie-ah..” tambah Seokjin bermaksud mengejek.
“Ehehe..”
Jeongkook hanya tertawa pasrah.
“(Jadi ia sudah mempunyai namjachingu?
Aigoo.. untung saja aku belum sempat mengatakan cinta padanya. Kalau tidak,
mungkin ketika Hakyo menolak pasti para hyeong sudah menertawaiku, huh!!)”
batin Jungkook yang sedikit merasa malu.
Jungkook segera berdiri dari kursi di mana ia
duduk tepat bersebelahan dengan yeoja tadi. Ia pun berbalik untuk kembali ke
tempat para hyung-nya.
“Annyeonghaseo”
tiba-tiba saja suara yeoja terdengar memberi salam pada mereka yang tengah
berdiri di ambang pintu kedai tersebut.Mendengar suara yang tidak asing itu,
Jungkook berbalik kembali.
“Jeongkook-ssi..
apa.. kau ingin mengantarkanku ke luar? Sebenarnya aku sudah tersesat sejak
tadi” yeoja itu tidak lain adalah Hakyo. Jeongkook sedikit menatapnya dengan
tidak percaya.
“Oh
tentu saja, kajja..” dengan cepat mood-nya yang low kembali high karena Hakyo
yang kembali padanya.
Hakyo dan Jeongkook berjalan pelan
menuju keluar. Mereka kembali diam satu sama lain. Jeongkook yang sudah pupus
harapannya sangat yakin ia tidak akan bisa mendapatkan Hakyo dan ia terpaksa
mencari yeoja lain lagi. Tetapi Hakyo, sedari tadi ia belum juga bisa meredakan
debaran di jantungnya hingga sekarang. Ia terlihat seperti ingin mengatakan
sesuatu.
“Jeongkook-ssi..”
tegur Hakyo sambil memainkan kedua jari telunjuknya.
“Nae?”
“Boleh
aku minta sesuatu?” tanya Hakyo dan masih memainkan kedua jari telunjuknya.
“Nae,
mwoya?” Jeongkook menaikan alisnya. Hakyo menyurungkan tabletnya pada namja itu.
“Tolong..
tuliskan nomor teleponmu” kata Hakyo ragu.
“Apa
kau tidak takut namjachingumu marah karna kau menghubungiku?” tanya Jeongkook
khawatir.
“Eoh?
Aku tidak mempunyai namjachingu.. berpacaran saja tidak pernah” bela Hakyo yang
terkejut dengan pertanyaan namja itu.
“Jadi
tadi..”
“Aaa
arro, tadi itu oppa-ku” jelas Hakyo jujur.
“Geuraeyo?
Ah mian aku terlalu berpikiran negative. Tapi untunglah..” ujar Jeongkook
menghela nafasnya lega.
“Untunglah?
wae?” kini Hakyo-lah yang menatap Jeongkook dengan curiga.
“E
ehehe.. bukan apa-apa..” Jeongkook berusaha tersenyum di hadapannya.
“Ah
itu dia..” Hakyo sudah bisa melihatnya mobil Jaeyong yang sudah menunggu di
tepi taman tersebut.
Tanpa ragu-ragu Jeongkook mengikuti
Hakyo yang berjalan menuju mobilnya. Dan ketika Hakyo sudah memasuki mobil
tersebut, mobil itu belum berjalan juga. Dengan iseng Jeongkook pun
memperhatikan mobil tersebut dari jarak yang lumayan dekat, kurang lebih 3
meter.
“Kau
berpacaran nae?” tanya Jaeyong melihat sadar akan Hakyo di temani oleh namja
itu.
“Aniy,
ia hanya temanku” bela Hakyo jujur.
“Lalu,
mengapa ia terus memperhatikan kita? Dan kau tidak lihat? Kini ia tengah
tersenyum-senyum” desak Jaeyong mulai heran dengan dongsaengnya tersebut.
“Mungkin
dia gila.. ayolah pergi dari sini oppa..” Hakyo sudah takut dengan sikap
oppa-nya, karna jika eomma-nya tahu ia berpacaran, ia akan di marahi
habis-habisan.
Tanpa basa-basi Jaeyong menurunkan
kaca mobilnya dan menatap Jeongkook yang masih tersenyum dengan tatapan bingug,
ia tersenyum tepat pada Hakyo bukan Jaeyong.
“Jinja
saranghamnida Hakyo-sii…!!” teriak Jeongkook semangat tanpa terduga oleh Hakyo
sendiri. Membuat kedua bola mata yeoja itu terbelalak kaget.
Di benaknya saat ini Hakyo bingung antara
senang dan takut. Ia sungguh sangat senang karna ternyata Jeongkook memang
menyukainya seperti apa yang di tebak-tebaknya akhir-akhir ini. Tetapi ia juga
takut karna ia tengah berhadapan dengan Jaeyong sekarang. Ia membisu seketika,
di alihkannya pandangannya ke depan, tidak ingin menatap namja itu di mata
oppa-nya. Semenatara Jaeyong, ia mengangkat kedua alisnya menatap Jeongkook,
tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh anak kecil di seberang sana.
Ngeeeeng~
Belum sempat Jeongkook mendengar
balasan apa yang di katakan oleh Hakyo, mobil tersebut sudah melaju terlebih
dahulu. Ia hanya menatap kepergian mobil itu dengan mulut yang menganga.
“Yak
yak menjauh..!” Jaeyong menyingkirkan tangan Hakyo dari setiran. Ternyata yeoja
itu yang menjalankan mobilnya agar cepat meninggalkan Jeongkook.
“Oppa
jangan salah paham arra? Ia hanya bercanda” Hakyo mencoba menjelaskan dengan
perasaan was-was.
“Eoh,
ini adalah tanda-tanda anak muda seperti kau akan berpacaran. Bagaimana pun aku
akan mengadukan pada eomma” Jaeyong mengangguk-anggukan kepalanya.
“Andwae
andwae!, jujur aku memang menyukainya. Keundae.. keundae….” Hakyo tidak bisa
meneruskan kata-katanya.
“Itu
semakin memperkuat fakta bahwa kalian berdua tidak lama lagi akan berpacaran” prediksi
kakak laki-lakinya itu terdengar mengancam.
“Jebaaal..
jangan adukan pada eomma..” kini Hakyo menarik-narik lengan baju Jaeyong.
“Tetap
akan ku adukan”
Mendengar kata-kata Jaeyong yang
sungguh membuat Hakyo sakit hati. Hakyo pun berhenti untuk berdebat dengannya.
Ia menatap kaca mobilnya dengan muka masam. Melihat Hakyo yang kini diam tanpa
menatapnya, Jaeyong pun merasa iba.
“Yak..”
tegur Jaeyong.
Saat itu pula mereka sampai di depan
rumah. Tanpa menjawab Hakyo langsung keluar dari mobil dan menghempaskan
pintunya dengan keras. Ia masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa memberi salam,
padahal eomma dan appa-nya tengah bersantai di ruang tengah.
“Apa
yang terjadi dengan anak itu?” eomma-nya menatap Jaeyong yang baru masuk.
“Jhoneun
mollaseo..” Jaeyong mengangkat kedua bahunya.
Melihat Hakyo yang tengah bad mood ia
membatalkan niatnya untuk mengadukan hal tadi pada eomma-nya, ia takut terjadi
apa-apa pada dongsaengnya tersebut.
>>>
Jeongkook
POV
Aku tidak habis
pikir dengan Hakyo, yeoja yang pergi begitu saja setelah aku mengungkapkan
perasaanku padanya. Ia pikir ini sebuah gurauan?. Mungkin.. ia takut jika harus
berpacaran denganku. Siapa yang tidak kenal denganku di sekolah ini, hampir
para yeoja di sini tergila-gila padaku.
“Aa.. Jeongkookie annyeonghaseo.. neomu saranghae..”
“Nado
saranghae^^”
Aah baru saja
terlintas di pikiranku, mereka sudah menyapaku dalam waktu yang masih pagi ini.
Membuat tingkat percaya diriku melewati batas yang telah di tentukan. Anggap
saja aku sebagai artis di sekolah ini, hanya saja tidak ada bodyguard yang
berjalan di kiri-kananku.
Pikiranku
kembali tertuju pada Hakyo. Jadi itulah alasan mengapa ia tidak menerimaku,
takut jika diriku ini seorang namja playboy karna suka berganti pasangan dengan
fans sendiri, mungkin.
Aku memang
sering mendapatinya tengah menatapku, sama seperti yeoja-yeoja lainnya yang juga
memperhatikanku dengan teliti. Tapi, ia memiliki cara pandang yang berbeda.
Tatapannya tidak menawan, hanya saja.. ah apa itu aku tidak tahu!. Seperti ada
sesuatu yang tersembunyi dari balik tatapannya tersebut ketika ia menatapku.
Jujur, sebelumnya aku tidak pernah kenal ataupun mengenalnya. Yang ku tahu ia
hanya seorang haksaeng di sekolah ini dan aku rasa ia menyukaiku, tapi untuk
selanjutnya entahlah.
Yak, apakah itu
dirinya?. Saat ini aku tengah berjalan di koridor bangunan sekolah ini. Ia
terlihat jauh di depanku, terhalang beberapa
hakseng lainnya hingga aku kesusahan memastikannya, apakah itu Hakyo
atau bukan. Ku percepat langkah kakiku menerobos kerumunan hakseng yang baru
berdatangan tersebut.
“Oppa oppa..”
Sial, anak kelas
10 sedang menghadangku sekarang dengan membawa note kecil beserta bolpoin di
tangannya. Aktivitas semacam ini juga sudah kerap aku lalui, mereka meminta
tanda tanganku.
Entah itu
beraturan atau tidak, aku hanya mencoret-coretkan tintah bolpoin itu ke atas
note tersebut karna pandanganku terus ke depan, memastikan apakah yeoja itu
sudah menghilang.
“Ige ige” ku serahkan secara paksa
barang-barang itu kepada pemiliknya lalu berlari berusaha mengejar Hakyo.
“Gamsahamnida….” Yaah.. aku masih dapat
mendengar teriakan terima kasih anak malang itu.
Jeongkook
POV end
Terlambat. Jeongkook sudah kehilangan jejak
Hakyo. Ia berdiri tegap berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil
menatap lebar ke depan di tengah-tengah koridor tersebut.
“Aah
sial..” ia mengacak rambutnya kesal.
~~
Dengan ekspresi yang tidak bisa di
sembunyikan, Hakyo memasuki ruangan kelasnya dengan wajah bahagia. Eunhwa dan
Dongyoo yang menyadarinya dengan cepat menyambarnya.
“Wae?
wae??” Dongyoo mendekat ke arahnya.
“Kau
tahu..??” tanya Hakyo begitu senang.
“Apa?
Cepatlah katakan” ujar Eunhwa gusar.
“Kau
tahu kau tahu????” kini ia memegangi pundak Dongyoo.
“Jeon
Jeongkook menyukaiku… yeeeeii…………” ia berteriak keras lalu meloncat-loncat
hingga beberapa haksaeng lain menatapnya aneh.
“Wuaa
jinja?” Richan juga mendekat.
“Nae
nae, ketika pulang dari pameran kemarin malam. Aku tidak sengaja bertemu
dengannya.. ah senangnya..” Hakyo menumpukan dagu ke atas dua telapak tangannya.
“Lalu,
bagaimana bisa dia dengan cepat menembakmu?” Soo-ah mengerutkan jidatnya.
“Molla,
aku juga bingung. Tapi yang pasti ia benar-benar mengatakan kalau ia
munyukaiku” ia masih tersenyum dengan mata yang menerawang ke atas.
“Baguslah,
akhirnya cintamu tidak bertepuk sebelah tangan” tambah Yeon Young tersenyum
simpul.
“Sepertinya
ada sesuatu di balik ini” Je In memegang dagunya berusaha berpikir.
“Jadi,
maksudmu Jeongkook hanya terpaksa melakukannya?” Hakyo langsung menatap tajam
pada Je In.
“Kemungkinan,
sebelumnya kalian tidak pernah kenal kan?” Hakyo menggeleng dengan wajah polos
mendengar pertanyaan Je-In yang suka menerka-nerka itu.
“Tapi
aku juga tidak tahu apa alasan yang tepat. Yang ku tahu, anehnya ia langsung
mengatakannya padamu”
“Yak,
bagaimana jika ia memang mempunyai rasa pada Hakyo huh?. Kenapa sepertinya kau
tidak setuju jika Jeongkook menembak Hakyo?” Eunhwa mengganti alih pembicaraan
Je In. Sementara Hakyo kembali dengan wajah cerianya.
“Sudahlah,
semoga saja Jeongkook tidak mempermainkan Hakyo. Kita juga belum tahu dengan
sifat namja itu, yang kerap kita tahu ia adalah artis di sekolah ini” keadaan
kembali tenang ketika Dongyoo buka mulut.
“Nde,
temuilah dia jika kau sendiri merasa janggal. Cari tahu yang sebenarnya” Richan
memegang pundak Hakyo. Berusaha memberi saran agar Hakyo sendiri tidak tertipu
oleh Jeongkook, namja favorit tersebut. Karna tampangnya ia memang seperti
namja playboy.
“Hm,
aku akan lihat keadaan terlebih dahulu” jawab Hakyo. Kini ia terlihat tidak
seceria tadi.
~~
Di waktu luang
istirahat, Hakyo bersama teman-temannya berjalan santai menuju kantin. Ia terus
memikirkan perkataan yang keluar dari mulut Je In tadi, rasa sakit tentunya
sedang berkumpul di hatinya sekarang. Di tambah lagi Jeongkook memang mempunyai
banyak fans di sekolah ini, membuatnya merasa terpojokkan.
Dan
tepat, ia tidak sengaja mendapati Jeongkook yang tengah berbicara dengan teman
sebayanya di dekat tangga, namja tersebut juga tidak sengaja bertemu pandangan
dengan Hakyo. Membuat yeoja itu mengalihkan pandangannya dengan sedikit salah
tingkah.
“Nanti sambung lagi” ujar Jeongkook dan
berlalu meninggalkan temannya tersebut.
“Yak..” panggilnya dan Hakyo berpura-pura
tidak mendengarkan sambil tetap berjalan ke depan, membuntuti teman-temannya.
Jarak
yang tidak terlalu jauh membuat Jeongkook dengan mudah mendapatkannya.
Jeongkook menahan pundak Hakyo, membuat yeoja itu menghentikan langkahnya dan
mau tidak mau berbalik menghadapnya. Soo-ah, Richan, Yeon Young, Dongyoo, Je
In, dan Eunhwa tersadar atas kehadiran namja itu, mereka sedikit membuat komunikasi
dengan kedipan mata agar meninggalkan Hakyo bersama Jeongkook.
“Kami duluan” kata Richan pelan, dengan wajah
pasrah Hakyo berusaha tersenyum. Sebenarnya ia bimbang sekarang, belum pernah
merasakan berduaan dengan seorang namja ketika di sekolah.
“Mian mengganggu, tapi bisakah kau ikut aku
sebentar?” Jeongkook memasang wajah innocent-nya. Mendengar itu, Hakyo
menundukkan pandangannya, ia bingung antara suka dan tidak suka. Suka, tentunya
karna ia juga penggemar Jeongkook. Tidak suka, karna beranggapan kalau saja
kata-kata Je In memang benar, lagi pula jika ia harus menerima cinta namja itu,
orang tuanya lah yang menjadi masalahnya.
“Nde” tanpa ia sadari sendiri, ia menyetujui
permintaan Jeongkook. Membuat namja itu tersenyum senang.
~~
Hakyo
POV
Taman, seperti
di drama-drama romantis. Jeongkook, namja yang selama ini aku gilai, yang
selalu saja ku perhatikan secara diam-diam. Ia sekarang tengah duduk satu
bangku panjang denganku di taman ini, tapi aku tetap menjaga jarak padanya.
Takut kalau aku harus jadi bahan pembicaraan yeoja-yeoja lain, terutama fans
Jeongkook.
“Wae?” ia berusaha memperhatikan wajah yang
ku tekuk ke bawah, dan sedikit menggeser tubuhnya mendekati ku.
“Cepatlah, aku tidak ingin para yeoja di
sekolah ini membenciku” kataku tanpa menatapnya, entah kenapa sekarang aku
sedikit merasa risih padanya. Kemana perginya rasa tergila-gila ku itu?.
“Mwo? Ahaha.. tenanglah. Aku akan bilang
kalau kau noona ku” jawabnya enteng sambil terkekeh kecil. Aaah, sekarang ia
sungguh terlihat playboy. Dan bagaimana mungkin ia mengatakan jika aku
noona-nya? Bukankah aku dengannya satu angkatan? Apa maksud dari kata noona itu
huh??.
“Yak cepatlah, apa maksudmu membawaku ke
sini..??” kini aku mendesaknya, menatap wajahnya yang kini menampakkan reaksi
sedikit terkejut. Apa sikapku keterlaluan?.
“Wae, kau marah? aah cha cha.. aku hanya
ingin tahu apa balasan dari kata-kataku kemarin malam” ia menatap mataku dengan
jelas, menopangkan dagunya pada telapak tangan kanannya, menunggu jawabanku.
Jujur, sifatnya membuatku hampir gila sekarang. Bagaimana aku harus
menyembunyikan wajah panasku ini?”
“A aa itu..,”
“Aku sungguh membutuhkanmu sekarang,
kasarnya.. aku memang memaksamu. Eottae?”
DEG!
Mwo?? Mwoya??.
Sakit, sakit yang ku rasakan sekarang. Aku menatapnya dengan pandangan tidak
percaya. Merasa harga diriku benar-benar hilang, perkataan Je In memang benar
adanya. Namja seperti dia tidak akan ku terima. Apa maksud dari semua ini? Ia
coba menjadikanku kelinci percobaan begitu huh?. Yang ku butuhkan hanyalah
cinta yang tulus. Jika seperti ini ia memang sedang mempermainkanku, shit!.
“Kau pikir aku yeoja yang mudah di pengaruhi
huh?. Aku memang menyukaimu, nde.. lebih tepatnya aku tergila-gila padamu.”
Urat malu ku sudah putus, ku katakan yang sebenarnya tepat di depan namja yang
ku gilai tersebut.
“Tapi semua itu sirna, hilang.. kau hanya
ingin mempermainkanku kan?” kedua matanya sedikit membulat ketika aku
menyambarnya dengan kata-kata tersebut. Tanpa berlama-lama aku langsung berdiri
dari kursi ini.
“Tapi ini bukan seperti yang kau pikirkan
Hakyo-ssi” ujarnya sembari menahan pergelangan kananku. Aaah sudahlah, ia pikir
aku akan percaya dan luluh. Dengan kasar, aku menarik tanganku dan
meninggalkannya sendiri di kursi tersebut.
Hakyo
POV end
Jeongkook
tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kecil melihat Hakyo yang hampir
menghilang dari jarak pandangnya karna terhalang oleh haksaeng lain. Dengan
santainya ia melipat kedua tangan di depan dadanya.
Jeongkook
POV
Pabo, ia pikir aku akan menyerah begitu?. Aku akan mendapatkan
apa yang ku inginkan. Lalu, apa kata para hyeong jika aku tidak berhasil
mencari yeoja??. Sebenarnya pekerjaan tersebut sangatlah enteng, aku masih
punya banyak fans, tidak mungkin mereka menolakku jika aku menembak mereka.
Tapi, yang ku inginkan hanya Hakyo, harus ku katakan lagi kalau yeoja itu
sedikit berbeda. Ia mempunyai tatapan aneh padaku, aku harus mengetahuinya. Dan
jika aku mendapatkannya, ia akan ku pamerkan pada hyeong-hyeong. Hahaha..
Jeongkook
POV end
~~
“Annyeong..”
Je
In, Hakyo, Dongyoo, Eunhwa, Richan, Soo-ah, dan Yeon Young berpisah di depan
sekolah besar mereka. Nae, setiap pukul kurang lebih 15.00 KST mereka harus
pulang, tetapi bukan ke rumah melainkan untuk kerja paruh waktu. Je In, ia
mulai mencari kerja ketika berada di kelas 10 bersama Yeon Young, hanya saja
mereka berbeda tempat, ia bekerja di sebuah Perpustakaan kota. Soo-ah, ia
bekerja di Beauty Salon dan sudah memulai pekerjaan tersebut sejak ia menginjak
di kelas 12 seperti sekarang. Yeon Young, ia menuruti kata Eomma-nya untuk
bekerja di sebuah Caffe. Dongyoo, ia mengambil kerja paruh waktu di sebuah
market besar dan menjadi kasir di sana bersama Eunhwa, mereka memang sangat
dekat sampai-sampai kerja paruh waktu pun mengambil tempat yang sama, mereka mulai
bekerja ketika kelas 11. Hakyo, ia menjadi pelayan di restoran dan ia-lah yang
paling lama di antara yang lainnya mengambil kerja part time. Richan, ia
bekerja di sebuah toko majalah dan hampir sama dengan Soo-ah, ia yang paling
terakhir mencari kerja.
Seperti
sekarang ini, Hakyo harus berpisah dari teman-temannya. Ia sendiri yang
memiliki pekerjaan yang tidak sejalur dengan yang lain, tetapi jaraknya tidak
terlalu jauh dari sekolahnya. Untuk menempuh ke tempat kerjanya, yakni sebuah
restoran Myongji yang cukup banyak di kunjungi orang-orang, ia harus melewati
gang kecil, itulah sebabnya ia harus berbeda arah dengan teman-temannya.
Sembari
berjalan dengan wajah tertunduk, jarinya tidak berhenti untuk mengusap layar
tabletnya, mengecek aplikasi SNS untuk melihat berita atau informari terbaru
dari yang lain.
Hakyo
terlalu sibuk sekarang, bahkan seseorang yang sedang berjalan sekitar 4 meter di
belakangnya saja tidak ia sadari. Salah seorang murid yang berasal dari SMA
Hannyoung juga, ia sengaja membuntuti Hakyo. Ia namja yang di jadikan Hakyo
sebagai idola dalam hidupnya, Jeon Jeongkook.
Sore
itu Jeongkook tetap berjalan dengan santai sembari memperhatikan Hakyo yang
tengah sibuk dengan pekerjaannya sendiri di depannya. Dan ia dapat mendengar
beberapa dering pemberitahuan dari tablet yeoja tersebut di tengah kesunyian
jalan itu. Sesekali ia tersenyum kecil, ia tidak akan menganggu Hakyo sebelum
yeoja itu sendiri mengetahui keberadaannya. Jadi ia tetap mengikuti langkah
Hakyo, kemana ia akan pergi.
Setelah
hampir 1,5 km berjalan, Jeongkook terdiam menghentikan langkahnya lantasan
melihat yeoja yang ia ikuti sedari tadi memasuki restoran Myongji, sebuah
restoran mewah yang sudah di bangun oleh appa-nya sejak 4 tahun yang lalu. Perasaannya
Hakyo mungkin akan mengisi perutnya di restoran itu. Ia pun kembali berjalan
dan akhirnya memasuki restoran yang manager-nya adalah appa-nya itu sendiri. Ia
sangat jarang mengunjungi tempat itu, baginya tidak penting untuk melakukan hal
tersebut. Jika ingin makan, ia hanya pergi ke kedai yang menjual ramyeon siap
saji. Tidak ingin orang-orang mengetahui hal tersebut dengan berlebihan.
Jeongkook tahu saat ini appa-nya
sedang berada di kantor, jadi ia lebih leluasa berkeliling di tempat itu. Hanya
beberapa pelayan saja yang mengenalnya, tahu bahwa ia adalah anak dari pemilik
restoran itu.
Matanya melebar memperhatikan pengunjung di
ruangan besar restoran itu, tetapi ia tidak melihat haksaeng mengenakan seragam
yang sama persis dengannya, yang tidak lain adalah Hakyo.
Dan keputusan selanjutnya adalah membawa kedua
kakinya menuju toilet. Ia berdiri menatap semua pintu toilet perempuan yang
semuanya tertutup rapat.
Pintu toilet paling ujung terbuka, menampakkan
yeoja yang mengenakan seragam waitress hitam-putih di atas lutut, di sertai bando
putih yang melintang menghiasi kepalanya, yakni itu adalah seragam seorang
pelayan dan tidak lain yeoja itu memang Hakyo. Tentu saja pemandangan yang
Jeongkook lihat saat ini mampu membuatnya hampir terperangah, yeoja tersebut
begitu mempesona dengan pakaian yang ia kenakan. Hakyo, ia juga tidak bisa
menahan debaran jantungnya ketika mendapati Jeongkook secara tiba-tiba ada di
depan ruang toilet yeoja tersebut. Tetapi ia sedikit memandang namja itu dengan
sinis.
Merasa tidak nyaman, Hakyo pun
melangkahkan kakinya, berusaha pergi dengan melewati seorang Jeongkook yang
tengah berdiri di tembok L ruangan tersebut.
“Yak”
Dengan tanggap Jeongkook meraih
pergelangan kiri Hakyo, menariknya hingga Hakyo tersandar di tembok, tepat
berhadapan dengannya. Di tatapnya kedua mata Hakyo yang tampak sedikit tegas
karna garis eyeliner tersebut.
“Sepertinya
dengan sedikit ancaman, mungkin akan membuatmu sepenuhnya jadi milikku” tutur
Jeongkook pelan, pupil hitamnya bergerak menjelajahi setiap inci wajah yang
sedang ia hadapi sekarang, dan berhenti tepat di ukiran bibir mungil Hakyo.
Menatapnya dengan begitu lekat, seakan-akan ia ingin melumatnya habis.
Jarak sedekat ini tentunya membuat
Hakyo gila sekarang, tempo detak jantungnya mungkin sudah setara dengan
kecepatan pesawat zet. Jeongkook terlalu tampan di hadapannya, membuatnya
kehilangan apa yang seharusnya tidak ia lakukan sekarang. Ia terjerat dalam
pesona namja itu. Bahkan ia tidak sempat sama sekali mencerna perkataan yang
barusan terlontar dari bibir Jeongkook.
Sesaat penglihatan Hakyo menjadi
berkabut, tapi ia dapat merasakan nafas hangat Jeongkook yang menerpa kulit
mukanya. Ia juga dapat merasakan jarak antara wajah mereka berdua semakin
bertambah dekat. Hidung namja itu sudah menempel ke hidungnya.
Cup~
Kaku, kaku yang Hakyo rasakan
sampai-sampai ia hampir tidak berkedip saat ciuman singkat itu mendarat di
bibirnya. Jeongkook kembali menatapinya setelah berhasil merasakan bibir Hakyo.
“Ikutlah
besok denganku, kau akan tahu apa yang aku inginkan. Arraseo?” ia mengacak
rambut terurai Hakyo dan pergi meninggalkannya yang masih mematung di sana.
3 menit kemudian. Hakyo terkejut ketika
mendapati dirinya yang sudah melamun terlalu lama.
“OMO..!!”
ujarnya tiba-tiba dengan reaksi depresi sambil memegangi bibirnya yang terasa
seperti bantalan sosis tebal.
Hakyo
POV
Ciuman racun
itu..! ia membuatku hampir terlena karnanya. Sadarlah Lee Hakyo..! bagaimana
sampai ada yang mengintip kejadian tadi dan akhirnya sampai pada telinga
Jaeyong oppa?? bagaimanaa??? aku bisa mati!. Keundae.., apa, maksud dari
kata-katanya tadi?. Mengancam? Membawaku ke sebuah tempat?? YAAAK… APA MAKSUD
DARI SEMUA INII..??!!”
Hakyo
POV end
~~
Sejak sepulang dari restoran appa-nya Jeongkook
sudah berkumpul dengan para hyung-nya. Kerja part time? Iya tidak melakukannya,
berkali-kali kedua orang tuanya memaksa untuk mencari kerja part time. Tapi,
manusia yang merasa dirinya sudah kaya itu, Jeongkook tidak ingin melakukannya.
Padahal mereka melakukan itu agar Jeongkook mandiri. Ia hanya ingin berhura-hura,
yakni seperti sekarang.
Dan saat ini, ketika matahari sudah
tergantikan oleh bulan. Ia mengikuti jejak hyung-hyungnya untuk pergi ke sebuah
bar. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia lakukan.
“Jiminie
hyeong, Taehyungie hyeong. Eottae? Kalian sudah melakukannya?” sambil memegangi
perut gelas wine, Jeongkook menatap Jimin dan Taehyung yang duduk di samping
kirinya.
“Nae,
tapi taktik ku tidak berhasil” sahut Taehyung sembari menatapi gelas kosong
yang ia genggam sekarang, sementara Jimin tidak merespon pertanyaannya sama
sekali, namja itu terlalu mabuk.
“Ahaha,
memangnya apa yang kau lakukan hyeong? Aku merasa kalau kau melakukan hal yang
aneh” cibir Jeongkook dengan wajah yang meremehkan, ia sedang menyindir
Taehyung sekarang.
“Mollaseo..”
Taehyung menghembuskan nafasnya panjang. Menatap dingin ke depan.
“Berhentilah
bersifat aneh, yeoja tidak akan suka dengan tingkah tidak jelasmu. Kau harus
bisa buat mereka jatuh dalam pesonamu, seperti.. menciumnya dengan tiba-tiba.
Nae..” saran Jeongkook layaknya ia seorang penakluk yeoja, membuat Seokjin
berdehem sekaligus membenarkan posisi duduknya, sementara Yoongi dan Hoseok
saling menatap.
“Yak
Kookie-ah, aku tidak tahu kalau kau ahli dalam hal itu. Aku merasa iri padamu”
ujar Seokjin, entah Jeongkook sadar atau tidak kalau kata-kata Seokjin barusan
adalah sindiran. Karna ia namja termuda di sana, pantas saja para hyung-nya
hanya menggelengkan kepala dengan tingkahnya yang bak laki-laki dewasa.
“Ah
arraseo-arraseo hyeong”
Jeongkook menuangkan wine miliknya lagi
ke dalam gelas, tinggal satu tegukan untuk menghabiskannya. Ujung hidungnya
sedikit memerah karna efek dari alchohol tersebut.
>>>
Keadaan masih pagi, seperti halnya
Dongyoo, Eunhwa, Richan, Soo-ah, dan Je In yang sibuk membicarakan seorang
namja. Keadaan itu pula yang sontak membuat Hakyo teringat pada namja yang
menciumnya kemarin sore. Membuat jantungnya kembali berdetak cepat. Tetapi
hatinya muncul sesuatu yang ingin sekali ia lakukan, ia benar-benar ingin
mengetahui bagaimana perkembangan pribadi teman-temannya saat ini. Apakah
mengalami hal yang sama dengan dirinya.
“Yak,
apa akhir-akhir ini kalian mempunyai rasa pada seorang namja?. Dan sebelum
kalian bertanya, sudah pasti jawabanku adalah Jeongkook. Kalian sudah
mengetahuinya sejak dulu bukan?. Sekarang aku ingin tahu dengan kalian” Hakyo
mengubah pembicaraan yang sedikit berbeda sekarang.
“Jaeyong
Oppa…” sambar Eunhwa nyaring dan Hakyo sudah tahu betul untuk jawaban yang satu
ini.
“Haha
si pabo” ledek Hakyo. Ia memang kerap melakukannya pada Jaeyong.
“YAAK!!”
Eunhwa menatapnya tajam.
“Naneun..
molla.. mungkin hanya sekedar suka, bukan cinta” ujar Richan seperti berpikir.
“Nugu?”
Soo-ah pun menatapnya dengan tatapan evil.
“Yoon
Gi oppa, ia kapten basket yang terkenal di kampus Seoul National University.
Ia sungguh keren” puji Richan.
“Wuaa
jeongmal?, apa ia mengenalmu?” Eunhwa.
“Aniy..”
jawab Richan dengan wajah memelas.
“Aku
Heecheon oppa..!” ujar Je-In semangat.
“Hm
arra arra” Eunhwa menanggapinya cepat, mereka memang sudah tahu akan itu.
“Naega
eobsoyeo, tidak ada yang dapat membuatku luluh akhir-akhir ini” kata Soo-ah
dengan muka pasrah.
“Hm
begitu.. dan kau Jung Yeon Young?” Hakyo menatap pada Yeon. Ia sungguh ingin
tahu dengan jawaban dari yeoja pendiam itu.
Yeon Young hanya menggeleng dengan
tanpa eskpresi. Siapa saja yang melihatnya pasti orang-orang akan berpikiran
kalau yeoja seperti dia bukan yeoja yang mudah jatuh cinta.
“Kita tidak akan tahu apakah Yeon Young itu tengah menyukai seseorang atau tidak, karna setiap hari wajahnya selalu saja seperti itu” ujar Eunhwa.
“Geurae,
meskipun ia menyukai namja mungkin ia tidak akan memberitahunya pada kita”
tambah Soo-ah. Sementara Yeon Young hanya diam, ia tidak akan marah meskipun
teman-temannya menjahilinya, ia hanya diam dan diam. Masa bodoh untuknya
melayani mereka.
“Lalu
bagaimana dengan mu Dongyoo-ssi, apa kau memang menyukai namja itu? Sahabat Kim
Taehyung?” Hakyo.
“Nae
nae.. sepertinya aku menyukainya. Jimin oppa, nae itu namanya..” kata Dongyoo
dengan wajah sumringah.
Tiba-tiba saja ketika mendengar
pernyataan dari Dongyoo, air muka Yeonyoung tampak berubah. Je-In yang tersadar
pun tidak segan ingin tahu apa penyebabnya.
“Wae?”
tanya Je-In heran dengan perubahan wajah Yeon.
“Wae?
aku rasa wajahnya tidak berubah sama sekali” cibir Eunhwa.
“Gwaenchana”
jawab Yeon Young datar.
~~
Jeongkook berjalan agak tergesa-gesa
menuju halte. Tujuannya tidak lain untuk menemui Hakyo yang seperti janjinya
ingin membawa yeoja itu ke sebuah tempat. Ia juga mati kutu tidak bisa menghubungi
sama sekali handphone Hakyo, padahal yeoja itu sudah meminta nomor milik
Jeongkook, tapi sampai sekarang ia tidak pernah menghubungi Jeongkook sama
sekali. Kesalahan Jeongkook juga tidak meminta nomornya. Ia berharap yeoja itu
belum pulang duluan.
Hampir mendekati keberadaan halte di
mana itu adalah tempat Hakyo menunggu jemputan. Lampu jalan di sekitar daerah
itu tidak hidup, menyusahkan Jeongkook untuk melihat keadaan halte itu, tapi ia
tahu kalau di sana terdapat manusia yang tengah duduk menatapi sesuatu.
Tiba-tiba saja Jeongkook menahan
langkahnya, menundukkan pandangannya ke tanah, berusaha menajamkan
pendengarannya di jalanan yang tengah sunyi itu. Samar-samar ia mendengar suara
aneh yang berasal dari bawah halte tersebut.
“Oooch..shh..aaaakhh…aakhh..”
suara itu semakin terdengar jelas di telinganya terbawa angin malam yang tepat
berhembus menerpa tubuh Jeongkook, kedua matanya langsung melotot. Ia tahu
persis suara apa itu.
Langkah cepatnya kembali berjalan dan
sangat-sangat antusias ingin pergi ke halte itu.
Ia tiba di halte tersebut, memandang
yeoja yang tengah duduk dengan kepala tertekuk untuk melihat layar tablet yang
ia genggam di atas pahanya.
“Yak!”
“EOH!!”
yeoja itu terkejut setengah mati melihat Jeongkook yang ada di ujung halte itu
dan ia segera menekan-nekan layar tabletnya dengan gemetaran.
Ia Lee Hakyo, Jeongkook menatapnya
dengan tatapan tidak percaya lalu sedikit menyunggingkan senyum nakalnya.
“M
mwo? W waeyo??. Ah!! Kau ingin mengajak ku ke suatu tempatkan??” Salah tingkah,
Hakyo benar-benar malu sekarang, wajahnya benar-benar memerah layaknya udang
rebus.
“Haha,
hei.. apa yang kau lakukan tadi huh?” Jeongkook terkekeh dan berjalan mendekat
padanya.
“A
a aniy, i itu.. aah ayolah bukankah kau akan mengajakku? Palli.. a aku tidak
bisa berlama-lama di lu luar..” kini Hakyo benar-benar gelagapan, jantungnya
berdetak dengan cepat. Dapat ia rasakan jika darahnya mengalir dengan deras.
“HYAA!”
tiba-tiba saja Jeongkook merampas tablet Hakyo
dengan wajah bahagia.
“Yak!!
Apa yang kau lakukan?!” gusar Hakyo langsung berdiri dan ingin mengambil
kembali tabletnya di tangan Jungkook.
“Biarkan
aku mengeceknya..haha” Jeongkook mengangkat tangannya ke atas agar yeoja itu
tidak bisa menggapainya.
“Aah
Jeongkookie jebal!!, jebal..!!” Hakyo melompat-lompat sambil berpegangan ke
tubuh Jeongkook berusaha keras mendapatkan tabletnya tersebut. Ia benar-benar
takut dengan privasi yang ada di dalam tabletnya itu dapat di lihat orang lain.
“Aniya
aniya..” ejek Jungkook sambil memeletkan lidahnya.
“Kookie-ah..!!
aaah jebal..”
Hakyo memukul-mukul dada namja itu dan
raut wajahnya tampak ingin menangis. Sementara Jeongkook tetap tidak ingin
memberikannya, yang ada ia malah menggoyang-goyangkan tangannya sambil tertawa
kesenangan di atas penderitaan yeoja tersebut.
PRAK!
“Omona!”
Hakyo terbelalak dengan memegangi
kedua wajahnya. Jeongkook hanya terdiam dengan kedua mata yang membulat. Tablet
Hakyo terhempas ke tanah dan alhasil layarnya retak di bagian tengah.
“Oh
tidak, apa yang sudah kau lakukan pada tabletku..” sesal yeoja itu dengan nada
pelan, sekarang ia sungguh ingin mengeluarkan air matanya.
Hakyo segera berjongkok dan mengambil
tablet kesayangannya itu. Tidak menyangka tentu saja. Ini bukan sebuah
kesengajaan yang di lakukan oleh Jeongkook. Tablet tersebut tiba-tiba saja
meluncur dari genggamannya dan mendarat dengan keras ke tanah.
Dengan kesal Hakyo segera berdiri,
tatapannya beralih pada Jeongkook yang sekarang hanya bisa terdiam. Ia tampak
ingin mengatakan sesuatu, tetapi bibirnya begitu kelu.
“Ini
hadiah dari Jaeyong oppa, dan kau adalah perusaknya..!” bentak Hakyo geram.
“A
aku bisa menggantinya sekarang Kyo-ssi”
“ANIYA!!”
sergah yeoja itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Tanpa pikir panjang Hakyo langsung melangkahkan
kedua kakinya. Pergi meninggalkan Jeongkook sendirian di halte itu.
“Lee
Hakyo mian.. Hakyo-ssi!” panggil Jeongkook berharap yeoja itu akan kembali
padanya.
>>>
Jungkook POV
Aku sedikit mempercepat langkahku.
Terlihat para haksaeng juga tengah berlari kecil untuk menuju masuk ke gerbang
sekolah yang hampir di tutup oleh Han saem. Terlihat namja tersebut tengah
memegang pointer di tangannya, berjaga-jaga untuk memukul haksaeng namja yang
biasanya tidak sopan.
Beberapa haksaeng namja dari kelas
lain tengah berjalan di depanku. Secepatnya aku langsung menyusup di
tengah-tengah mereka. Tentu saja mereka terlihat heran menatapku yang tiba-tiba
bergabung di grup mereka. Aku hanya bersikap santai.
Kami pun melewati Han saem. Ku
bungkukkan sedikit tubuhku agar orang tua tersebut tidak melihatku. Tidak ingin
sampai pandangannya bertemu dengan pandanganku.
“Yaak
Jeon Jungkook…..!”
Oke, aku tertangkap lagi karna Han
saem menahan kerah belakangku hingga membuat leher ku sedikit tercekik.
“Aah
seonsaengnim!”
PLETAK!
Pointer yang ia genggam mendarat di
kepalaku dengan kuat. Respek tanganku langsung mengelus kepalaku karna sakit
tentu saja.
“Kemana
dasimu? Eoh?” tanyanya enteng. Tangannya sudah berancang-ancang ingin memukul
lagi.
“Eoh
dasi? Ah tentu saja aku bawa Han saem.. aku akan memakainya di kelas” alasan
yang sangat jelas terdengar bohong. Aku bingung ingin memakai alasan apa lagi.
“Mworago?
Kau pikir aku percaya kau akan memakainya eoh? Pakai di sini, palli!” bentaknya
sambil menaikkan tangannya yang masih menggenggam pointer. Aku langsung
melindungi kepalaku karna takut.
Ku garuk tengkuk ku sambil terkekeh
kecil padanya. Sebenarnya aku memang tidak membawa dasi. Entah kenapa aku
merasa diriku begitu kampungan saat memakai benda itu. Kerah bagian atas
terbuka itu lebih keren dan tidak membuat gerah.
“Kenapa
kau tersenyum padaku?” Han saem juga melemarkan senyum busuknya.
“Aku
sudah menebak itu. Mulai sekarang hingga istirahat pertama, kau bersihkan kaca
di ruang olahraga” ujar manusia gila itu sambil melipat kedua tangannya di
depan dada.
“M
mwo?? ruang olahraga?? K keundae saem..”
“Tidak
ada tapi-tapian. Kau sudah melakukan hal ini beribu-ribu kali. Jadi apa
salahnya aku memberikan hukuman yang paling berat. Agar kau bisa sadar,
arraseo??!”
“Algaesseo
seonsaengnim” ucapku aku pasrah. Aku pun meninggalkan Han saem yang masih
memperhatikan kepergianku.
~~
“Aaah
ige mwoya?”
Ku acak-acak rambutku frustasi dengan
hukuman yang di berikan manusia terkutuk itu. Sambil berjalan menuju ruangan
olahraga pikiranku mulai berpindah ke pada Lee Hakyo. Aku tersenyum sendiri
mengingatnya.
Aah aku juga baru ingat, hari ini aku
akan memberikan tablet dengan kondom berwarna merah yang tadi malam baru saja
ku beli setelah berhasil meretakkan tablet miliknya. Sebenarnya aku tidak tahu
apakah dia menyukai warna tersebut, aku hanya mengikuti kata hatiku saja karna
aku memang sangat tergila-gila dengan benda yang berhubungan dengan warna
merah.
“Ah
menyebalkan, ck!”
Aku hampir tiba di ruangan olahraga.
Malu?? Tentu saja, bagaimana jika anak-anak yang tengah bermain basket atau
voli ataupun bola sepak menertawakan ku eoh? Ingin taruh di mana wajah tampan
ku ini??. Jika begini toilet adalah tempat terbaik dari pada membersihkan
ruangan tersebut. Aah!!
Jungkook POV end
~~
Pak pak pak pak
Jungkook menepuk-nepukkan pembersih
kaca dengan bosan. Ia bersyukur 1000x karna jadwal kelas yang berolahraga di
ruangan itu belum bermunculan. Tapi tetap saja ia merasa kesal.
“Eoh
bagaimana kencanmu tadi malam?”
“Kajja
sepulang sekolah kita main game lagi”
“Yak,
yak, siapa itu?”
“Eoh
itu Jeon Jungkook, kasihan sekali dia hahaha”
“Yak
jangan mengejeknya, aku waifeu-nya arraseo!”
Dan akhirnya yang di benci Jungkook
pun muncul. Para haksaeng yang seangkatan dengannya mulai berdatangan ke
stadium tersebut. Jungkook tetap dalam posisi membelakangi mereka, menghadap ke
dinding kaca di sebelah utara ruangan itu. Ia dapat mendengar pembicaraan
merekam, apalagi terdengar suara beberapa yeoja yang tengah membicarakannya.
Membuat hatinya semakin panas saja.
Tidak tahan dengan keadaan sekarang.
Jungkook pun pergi dari tempat itu. Ia memilih naik ke tangga yang ada di
ruangan itu, dan duduk di tengah-tengah tangga tersebut. Tidak perduli lagi
dengan hukuman tersebut, lagi pula Han saem tidak akan memata-matainya.
“Aah
dengan begini mereka tidak akan memperhatikanku” gumamnya sambil tertawa
enteng.
Pandangannya mulai memperhatikan
anak-anak itu yang tengah beraktifitas. Mereka bermain voli dengan di bagi
menjadi dua , voli khusus namja dan voli khusu yeoja.
“Lee
Hakyo?” Jungkook tersadar saat pandangannya terarah pada yeoja yang tengah
berjongkok sambil memperbaiki tali sepatunya.
Ia semakin mempertajam penglihatannya
memperhatikan Hakyo dari jauh. Senyuman kecil lagi-lagi muncul di bibirnya.
Melihat yeoja itu yang dengan lincah mengoper bola voli pada teman-temannya.
Tetapi tanpa ia kehendaki tiba-tiba saja sorot matanya tertuju pada pemandangan
yang membuatnya dengan jelas memperhatikannya dengan mata yang sedikit
membulat. Melihat bagian tubuh montok Hakyo yang terguncang dengan jelas,
terutama pada dua payudaranya.
“Bukankah
dia begitu sexy?” gumam Jungkook tanpa berkedip melihat ke tubuh yeoja itu.
Ini hanya perasaanku saja atau apa?,
jika di perhatikan dengan teliti payudaranya paling montok dari teman-teman di
sekelilingnya. Itu sangat terlihat meskipun ia tengah menggunakan kaos tebal
olahraga.
Prok,prok,prok!!
“Haksaeng,
kini giliran kalian yang berlatih renang” terlihat Hyorin saem tengah berbicara
dengan para haksaeng yeoja.
“Oh
jinjayo Hyorin saem? Bukannya sekarang jam volli?” tanya salah seorang yeoja di
sana. Suara mereka menggema di ruangan ini, jadi dengan jelas aku bisa
mendengarnya.
“Maja,
tapi bukankah minggu lalu haksaeng namja sudah berlatih?. Hari ini giliran
kalian, palli ke ruang ganti dan temui aku di kolam renang” desak seonsaengnim
yeoja yang terkenal dengan kulit coklat eksotisnya dan tubuhnya yang begitu
sexy. Semua guru laki-laki di sini tergila-gila padanya.
“(Eum..
renang??”) batinku terasa ada ide bagus yang akan tercurah ke otakku.
Jungkook POV end
Reaksi wajah Jungkook sungguh terlihat
nakal sekarang. Entah apa yang tengah ia pikirkan. Dan tidak lama lagi
tampaknya ia akan pergi dari ruangan tersebut.
~~
“Chaa..
pada hitungan ke tiga barisan paling depan akan langsung terjun dan melakukan
gaya bebas sejauh 50 meter. Arra?” teriak Hyorin saem dengan suara centilnya.
“Arra..”
jawab para haksaeng yeoja serentak.
Kini mereka sudah berganti dengan
pakaian renang yang begitu ketat, kain tanpa lengan dan bawahan di atas lutut.
Barisan mereka sudah terbentuk sesuai petak yang tertera di kolam renang tersebut.
Semua tampak bersemangat, terkecuali Yeonyoung. Ia hanya merunduk lesu.
“Eottae?”
bisik Yeonyoung khawatir pada Hakyo yang sebaris dengannya.
“Eum,
kau bilang saja sedang sakit”
“Sejak
dulu juga aku selalu berkata seperti itu. Aku tidak ingin kejadian saat itu
terjadi lagi” raut wajah Yeonyoung semakin kusut mengingat ia pernah lemas
karna tenggelam di kolam renang tersebut.
“Aah
benar juga. Bagaimana jika..”
“Jung
Yeonyoung!!” tiba-tiba saja suara Hyorin saem membuat kedua yeoja itu sama-sama
terkejut.
“Nde
saem” sahut Yeonyoung yang berada di barisan paling belakang.
“Aku
sudah tahu kau tidak akan bisa mengikuti olahraga ini. Terpaksa setiap kali jam
olahraga berakhir ini kau harus membersihkan tempat ini, arra?” ujar guru
wanita termuda di sekolah itu sambil menepuk pelan pundak Yeonyoung.
“Nde
saem” yeoja itu mengangguk pasrah.
“Aah
sebenarnya aku kasihan juga padamu.. tapi itu bla bla bla bla….”
Yeonyoung tidak mengindahkan celotehan
Hyorin saem lagi. Ia mundur dari barisan tersebut dan lebih memilih duduk
lesehan di sana sendirian sambil memperhatikan teman-temannya yang sibuk
berenang dengan lihai. Salahnya sendiri karna tidak bisa berenang sejak kecil,
jadi sampai sekarang ia tidak pernah berani untuk mencobanya.
“Gwaenchana^^” support Soo-ah sambil tersenyum
lebar yang menatap Yeonyoung di belakangnya.
~~
“Omona..
tubuhnya..”
Di lantai dua tepat di atas area kolam
renang sekolah tersebut, Jungkook tengah berjongkok untuk mengintip dari balik
pagar di tepi lantai tingkat tersebut. Mengintip para yeoja yang sebelumnya
sudah melakukan olahraga voli di ruang olahraga, tepatnya pandangannya tersorot
pada Lee Hakyo. Ia keluar diam-diam dari ruang olahraga dan berniat ingin
mengintip yeoja yang tengah ia incar tersebut.
“Lee
Hakyo, kau..”
Kedua mata Jungkook membulat memperhatikan Hakyo
yang tengah mengenakan pakaian begitu ketat. Membuat dadanya semakin terlihat
membusung besar.
Sementara sekarang adalah barisan
terakhir yang akan maju. Hakyo, Richan, dan Soo-ah yang sebaris sudah bersiap
pada posisinya masing-masing. Mereka menurunkan kaca mata renang pada mata
mereka agar tidak kena terhadap terjangan air yang mereka tabrak.
Priiiiiiiiiiit~
Hyorin saem menium peluit dan mereka
langsung terjun ke kolam tersebut dengan gaya yang sudah di tetapkan. Dari
atas, Jungkook hanya memperhatikannya dengan melongo. Terpesona dengan gerakan
tubuh Hakyo yang begitu indah ketika melakukan gaya bebas.
“Aah
Hakyo-ssi, kau semakin membuatku terjebak dalam pesonamu” gumamnya kecil sambil
tersenyum tidak jelas dengan wajah yang menempel di pagar tersebut, melihat
Hakyo dari celah-celah pagar itu.
PLETAK!
“Aaaakh..”
jeritnya kesakitan karna sebuah pointer yang melayang keras di pucuk kepalanya.
Membuat Hyorin saem dan beberapa haksaeng di bawah menoleh ke atas.
Han Seam mendapati Jungkook yang
tengah berjongkok melihat ke pemandangan di bawahnya saat ini. Seonsaengnim itu
menarik telinganya hingga Jungkook berdiri dari tempatnya.
“Aah
appo saem!”
“Mian
sudah mengganggu aktifitas kalian sekarang hehe. Anak ini ingin berbuat mesum.
Jeongmal mianhae” ujar Han saem yang mendongakkan kepalanya ke bawah. Hyorin
saem hanya mengangguk kecil dengan raut wajah bingung. Untungnya mereka tidak
melihat jika namja itu adalah Jeon Jungkook namja yang banyak di idolakan itu.
~~
Hakyo POV
“Aah
untung saja Jaeyong oppa tidak marah”
Ku pandangi tablet kesayanganku dengan
layar yang sudah retak ini. Tetapi mesinnya masih berfungsi, entah kapan aku
akan memperbaikinya. Sungguh malas pergi ke tempat perbaikan ponsel hanya untuk
mengganti layar tablet ini.
“Gwaenchana,
hwaiting Lee Hakyo”
Ku tatap diriku yang sudah rapi dengan
seragam Waitress-nya yang tampak membuat tubuhku terlihat sexy. Kenapa aku
berani berkata seperti itu, karna rok seragam ini begitu pendek bahkan lebih
pendek dari rok sekolahku, terutama ukurannya sangat pas-pasan dengan tubuhku.
Kret~
Terlihat di pantulan cermin yang ku
pandangi sekarang pintu ruangan ini terbuka pelan. Aku menduga itu adalah
karyawan restoran ini juga. Itu salah, salah besar hingga aku sendiri merasa
ini hanya mimpi. Anak dari pemilik restoran ini, Jungkook! Apa yang ingin di
lakukannya hingga masuk ke sini eoh?!.
“J
Jungkook? K kenapa kau..”
“Tenanglah,
aku ingin memberikan ini padamu” ucapnya santai. Tangannya bergerak memutar
kunci pintu di ruangan ini, ia menguncinya eoh??!.
Perlahan Jungkook berjalan mendekat ke
arahku dengan senyum manis yang tergambar jelas di wajahnya. Membuat sisi nakal
dari namja itu hilang bahkan ia terlihat seperti namja yang penyayang. Aku
tetap berdiri di depan cermin, tidak berani melangkah sedikit pun.
“Ige”
Jungkook berdiri tepat di depanku dengan tangan memegang sebuah bingkisan yang ia
surungkan padaku.
“Mwoya?”
tanyaku terheran menatap bingkisan itu, padahal jantung ini serasa ingin putus.
Tanpa berlama-lama langsung saja ku
buka benda yang di berikan oleh Jungkook. Penasaran tentu saja, kenapa untuk
memberikan bingkisan ini ia harus mengunci pintu juga. Membuat pikiranku
terlintas dengan hal yang berbau mesum saja. Semoga di dalamnya bukan kondom,
apalagi bom.
“Eoh..”
Aku melongo ketika tahu isi bingkisan
tersebut adalah sebuah tablet yang masih mulus. Dan yang paling tidak di
percaya adalah bungkus tablet itu berwarna merah. Merah adalah warna
kesukaanku, tidak seperti tablet yang di belikan Jaeyong oppa berwarna biru,
aku tidak menyukainya.
“Untukku?”
tanyaku berharap ia menjawab iya, bukan harapan palsu.
“Tentu
saja. Maaf untuk malam itu, aku tidak sengaja menjatuhkannya” ujarnya terdengar
begitu tulus. Tatapannya membuatku teringat kejadian di toilet saat itu. Aah
mwoya ige..?. Apa ia akan melakukan hal yang sama lagi?? Aah jebal aku ingin ke
luar dari tempat ini T_T.
“Gwaenchana,
aku tidak memikirkannya lagi. Gomawo Jungkookie” ucapku terdengar kaku sambil
membungkukkan sedikit tubuhku padanya.
“Hakyo-ssi”
“E
eoh?” responku cepat. Kini ia benar-benar menatapku sangat dalam. Aku juga
tidak sadar sejak kapan ia jadi sedekat ini dengan tubuhku.
“Kenapa
saat itu kau selalu menatapku” suaranya membuat tubuhku merinding. Seakan-akan
itu adalah embel-embel sebelum bercinta yang biasanya di lakukan banyak orang.
“B
bukankah kau tahu jika aku penggemarmu? Jadi a apa boleh buat aku selalu ingin
menatapmu” kali ini aku sungguh tertangkap basah. Ingin berbohong pun tidak
mungkin pastinya.
“Arro,
tapi.. tatapanmu itu berbeda. Tidak seperti yeoja lainnya yang mungkin
terpesona” tangannya terangkat dan menyentuh kepalaku dengan lembut. Memangnya
ada apa dengan tatapanku?, apa benar berbeda???.
“Apa yang kau pikirkan saat melihatku, eoh?”
sial, kini wajah Jungkook tepat berhadapan dengan wajahku. Eottokhaeyo??
Memangnya apa yang ku pikirkan?? Aku tidak ingat pabo! Yang ku tahu aku hanya
terseposa dengan ketampanannya.
“Molla,
i itu sudah lama dan aku tidak m mengingatnya Kookie-ah”
Tiba-tiba saja Jungkook mendekatkan
wajahnya ke sisi kanan kepalaku dengan sangat-sangat dekat. Bahkan nafasnya
dapat ku rasakan. Apa ini?? Ayolah jangan membuatku jadi seperti ini paboya!!.
“Neo...
apa kau berpikiran mesum padaku? Huh?” tiba-tiba saja kedua mataku terbelalak mendengar
pertanyaannya yang sekarang. Itu, itu memang benar. Kenapa aku baru
mengingatnya saat ini. Ku rasakan pita suaraku seperti tidak bisa mengeluarkan
suara lagi. Aku benar-benar tertangkap basah olehnya, sejak kapan ia bisa
membaca pikiranku yak..!.
“Wae?
kau tidak bisa menjawab sayang? Seberapa besar keinginanmu menginginkan tubuhku
eoh? Yeoja mesum..”
Chup~
Jungkook mengecup telingaku sekilas,
membuat sekujur tubuhku tersengat. Ku teguk air liurku mentah-mentah.
Sepertinya aku tidak akan bisa lari dari jeratan namja ini. Mulutku sungguh
tidak bisa mencegahnya, aku bingung dengan diriku sendiri.
Seperkian
detik bibir Jungkook pun mendarat di bibirku. Memberikan kecupan hangat. Ciuman
racun itu kembali membuatku kehilangan akal. Pikiranku bercampur aduk entah
kemana dan yang ku rasakan tubuhku hanya melayang di buatnya.
Ku rasakan tangan kirinya menarik pinggulku hingga tubuh
kami semakin menyatu. Tangan kanannya yang sejak tadi membelai kepalaku kini
turun ke tengkuk ku. Bibir tipisnya mulai bergerak menekan-nekan bibirku.
Melumatnya dengan perlahan mungkin hingga tanpa ku sadari kedua kelopak mataku
pun terpejam. Dan dengan respek mengikuti setiap gerakan bibirnya. Ia mengisap
dan menggigit pelan bibirku bergantia. Tubuhku benar-benar sudah terkontaminasi
dengan racun ciumannya, membuat kedua tanganku mengalung erat di lehernya
sembari berjinjit.
Ia semakin menekan tengkukku dan memperdalam lumatannya,
melahap mulutku dengan penuh nafsu. Tidak lama kemudian sebuah benda lembab dan
basah terasa memasuki rongga mulutku. Jungkook memainkan lidahku dengan
lidahnya, saliva kami terproduksi banyak dan saling menyatu, namja itu
menghisap lidahku dengan nakal. Aku pernah berpikir jika hal semacam ini sangat
menjijikan, tapi sebaliknya ini malah membuatku ketagihan. Tidak ingin
melepaskan kesempatan emas ini.
Entah ini hanya perasaanku saja atau tidak, sebuah benda
hangat terasa mengelus kulit punggungku dengan lembut. Tapi setiap detail
Jungkook membuatku melupakan hal itu. Ia semakin agresif melumati mulutku. Dan
benda hangat itu kembali terasa di pundakku, dan semakin menjalar hingga ke
bagian dada atas. Langsung saja ku dorong tubuh Jungkook karna merasakan ada
hal aneh.
“YAKK!! MWORANEUNGOYA??!!”
To
be continued. . .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar